Yogyakarta (ANTARA Jambi) - Hutan Tanaman Industri secara ekologis telah kehilangan jati dirinya sebagai hutan dan lebih bernuansa sebagai perkebunan kayu, kata pakar kehutanan dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Djoko Marsono.

"Kaidah hutan sebagai ekosistem mikro telah hilang sama sekali. Hal itu berarti kemampuan ekosistem yang bisa mempertahankan produksi, kesuburan tanah, mencegah erosi, banjir, dan kekeringan telah hilang sama sekali," katanya di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia dalam pidato Dies Natalis Ke-49 Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Hutan Tanaman Industri (HTI) lebih bernuansa sebagai perkebunan kayu sehingga secara ekologis bisa dikatakan telah kehilangan jati diri.

"Jika HTI sebagai perkebunan kayu maka dalam sistem silvikultur perlu ditambahkan masukan energi dan teknologi untuk mengatasi kelemahan karakteristik hutan tersebut sebagai 'chemical stabilizing factor' seperti yang terjadi pada perkebunan coklat dan kopi," katanya.

Dari segi kebijakan, pemerintah terkesan ragu dalam menentukan sikap atau ambivalen, yakni dikatakan sebagai hutan (HTI) tetapi "de facto" berupa kebun kayu.

"Jika HTI berperan sebagai hutan, tidak jelas di mana peran HTI yang seharusnya mampu bersifat homeostatis sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan," katanya.

Menurut Guru Besar Fakultas Kehutanan UGM itu, dalam perspektif ekologis, sikap pemerintah dan rimbawan terkesan ragu terhadap program HTI.

Di sisi lain, hutan jati yang menurut para ahli cukup berhasil sebagai contoh pengelolaan hutan tanaman pada kenyataannya tidak mampu menahan penurunan produktivitas, degradasi, dan kerusakan lingkungan yang lain.(Ant)

Pewarta:

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2012