Jakarta (ANTARA Jambi) - Investigasi yang dilakukan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menunjukkan bahwa kerusakan Pulau Bangka akibat penambangan timah yang sebagian besar untuk pasar smartphone dan perangkat elektronik lainnya menimbulkan biaya sosial dan lingkungan yang besar.

"Penambangan di Bangka telah mengubah pulau itu menjadi tandus, penuh lubang, sumber air bersih kritis, terumbu karang mati dan merusak kehidupan masyarakat lokal. Alasan utama atas semua hal ini adalah timah, bahan penting bagi handphone dan smartphone modern," kata Manajer Kampanye Tambang dan Energi Walhi, Pius Ginting, di Jakarta, Rabu.

Timah penting bagi semua telepon dan gadget elektronik, Indonesia adalah pengekspor timah terbesar dunia dimana sekitar 90 persen timah Indonesia berasal dari Bangka-Belitung.

Pulau Bangka-Belitung menghasilkan hampir sepertiga timah dunia sedangkan penduduk Bangka hanya berjumlah hampir satu juta orang, lebih setengahnya bergantung pada pertanian dan nelayan.

Terdapat 5,6 miliar handphone di dunia, dan pada 2017, jumlah telpon genggam akan melebihi jumlah manusia. Handphone mengandung ratusan komponen, dan lebih dari 40 macam bahan kimia, termasuk tambaga dalam kabel, timah solder, dan emas dalam papan sirkuit, yang digali dari berbagai tambang di dunia.

Dokter menduga, katanya, banyak laporan penyakit malaria karena ribuan penambangan di Bangka diisi dengan air tergenang, membuat nyamuk parasit malaria berkembang.

Perburuan timah dapat membahayakan, selain di darat, bahaya juga terjadi di laut. Setelah mengambil timah, kapal keruk dan hisap membuang sedimen ke laut atau tailing yang membunuh terumbu karang dan rumput laut makanan penyu dan mengusir pergi ikan dan akhirnya menghancurkan kehidupan nelayan.

Tailing juga merusak hutan mangrove, menghancurkan habitat berharga yang penting bagi ikan-ikan yang dijual nelayan. Hutan mangrove penting melindungi pulau dari ombak.

"Menambang timah untuk smartphone dan gadget elektronik, menghancurkan hutan dan lahan pertanian, merusak terumbu karang dan menyesengsarakan komunitas," katanya.

Jika hal ini terus berlangsung tanpa teratasi, bagaimana penduduk Bangka bisa pastikan air yang mereka konsumsi tidak tercemar.

Bagaimana mereka bisa menanam sayuran untuk keluarga mereka atau dijual ke pasar, dan bagaimana tangkapan ikan bisa ditingkatkan lagi bila terumbu karang telah mati, ujar Pius.

Karena itu, Walhi dan Friends of the Earth menyerukan kepada pemain utama pasar smartphone untuk mengumumkan apakah handphone yang mereka buat mengandung timah terkait dengan penghancuran lingkungan di Bangka-Belitung, tambahnya.(Ant)

Pewarta:

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2012