Jakarta (ANTARA Jambi) - Dalam kurun satu dekade terakhir, setidaknya 46.960 hektare (Ha) hutan kaya karbon dan habitat bagi satwa eksotis, gajah dan harimau Sumatera di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Provinsi Riau telah musnah.
"Deforestasi ternyata juga terjadi di kawasan konservasi. Ini yang harus kita benahi," kata Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, di Jakarta, Minggu.
Berdasarkan analisis citra landsat, pada tahun 2000 luas hutan di TNTN dan hutan produksi terbatas yang berada di sisinya, yang kemudian dijadikan areal perluasan taman nasional itu, masih mencapai 75.335 hektare.
Namun pada 2012 luas hutan pada taman nasional yang dikelola bersama dengan LSM asing WWF tersebut tinggal 28.375 hektare.
Awalnya luas TNTN hanya 38.576 hektare berdasarkan Surat Keputusan Menhut No.255/Menhut-II/2004, kemudian melalui inisiatif WWF, taman nasional tersebut kemudian diperluas menjadi 83.068 hektare dengan memasukkan areal hutan produksi terbatas yang berada di sisinya, berdasarkan SK No.663/Menhut-II/2009.
TNTN kemudian dikelola secara kolaboratif bersama LSM yang memiliki kantor pusat di Jenewa, Swiss itu.
Namun demikian kerusakan hutan TNTN justru semakin parah, yang mana saat ini, hutan alam di TNTN sudah hilang hingga 64 persen, sementara khusus pada areal perluasan, hutan alam yang hancur telah mencapai 83 persen.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IV DPR Firman Subagyo mengingatkan, sudah waktunya pemerintah memutuskan untuk tidak bekerja sama dengan LSM asing seperti WWF.
"Ini waktunya bagi Indonesia untuk tidak berkompromi dengan WWF karena mereka terbukti tidak mampu melakukan apa pun," katanya.
Firman mencontohkan, kondisi TNTN yang dikelola secara kolaboratif dengan WWF dan kini terus terdeforestasi sudah menjadi cukup bukti ketidakmampuan LSM tersebut dalam membantu dan memberikan solusi bagi masalah lingkungan di Indonesia.
"Mereka hanya bisa berteriak-teriak dan melakukan kampanye hitam di luar negeri. Sikap arogan LSM itu berdampak pada pelemahan daya saing Industri kita di luar negeri yang akhirnya memperburuk ekonomi Indonesia," katanya.(Ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2013