Palangka Raya (ANTARA Jambi) - Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia Asmar Arsjad menyatakan perkebunan kelapa sawit tidak merusak lingkungan seperti yang diisukan oleh pihak asing, khususnya Uni Eropa, sepanjang dikelola dengan benar.
"Selama ini Uni Eropa melalui pasar internasional selalu memberikan isu negatif tentang perkebunan kelapa sawit melalui LSM asing atau nasional yang mendapatkan suntikan dana negara luar," katanya di Palangka Raya, Rabu.
Ia menilai isu negatif tentang sawit Indonesia itu merupakan trik perdagangan di tingkat internasional, mengingat harga minyak sawit lebih murah dibandingkan minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai dan matahari.
Asmar mengatakan luas perkebunan kelapa sawit nasional mencapai 9,8 juta hektare, dan yang merupakan milik rakyat seluas 3,8 juta hektar. Dari hasil perkebunan kelapa sawit rakyat tersebut, sedikitnya ada 10 juta jiwa yang menggantungkan perekonomiannya pada hasil kebun itu.
Ia mengaku sudah lama melakukan penelitian kelapa sawit dan tidak benar kalau mengembangkan perkebunan tersebut dapat melakukan pengrusakan lingkungan.
Oleh sebab itu, melalui Apkasindo yang saat ini sudah tersebar di 21 provinsi di Indonesia akan memberikan berbagai macam informasi dan pemahaman tentang perkebunan kelapa sawit kepada petani.
"Sejak tahun 1969 sampai dengan sekarang, dari hasil minyak kelapa sawit telah menguntungkan negara sekitar Rp100 triliun. Sayang sampai sekarang keterpihakan pemerintah terhadap para petani kelapa sawit masih sangat kurang," ujarnya.
Apkasindo juga meminta agar daerah yang menjadi lokasi petani sawit mendapatkan dana bagi hasil secara khusus seperti yang diberikan kepada lokasi perkebunan petani tembakau.(Ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2013
"Selama ini Uni Eropa melalui pasar internasional selalu memberikan isu negatif tentang perkebunan kelapa sawit melalui LSM asing atau nasional yang mendapatkan suntikan dana negara luar," katanya di Palangka Raya, Rabu.
Ia menilai isu negatif tentang sawit Indonesia itu merupakan trik perdagangan di tingkat internasional, mengingat harga minyak sawit lebih murah dibandingkan minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai dan matahari.
Asmar mengatakan luas perkebunan kelapa sawit nasional mencapai 9,8 juta hektare, dan yang merupakan milik rakyat seluas 3,8 juta hektar. Dari hasil perkebunan kelapa sawit rakyat tersebut, sedikitnya ada 10 juta jiwa yang menggantungkan perekonomiannya pada hasil kebun itu.
Ia mengaku sudah lama melakukan penelitian kelapa sawit dan tidak benar kalau mengembangkan perkebunan tersebut dapat melakukan pengrusakan lingkungan.
Oleh sebab itu, melalui Apkasindo yang saat ini sudah tersebar di 21 provinsi di Indonesia akan memberikan berbagai macam informasi dan pemahaman tentang perkebunan kelapa sawit kepada petani.
"Sejak tahun 1969 sampai dengan sekarang, dari hasil minyak kelapa sawit telah menguntungkan negara sekitar Rp100 triliun. Sayang sampai sekarang keterpihakan pemerintah terhadap para petani kelapa sawit masih sangat kurang," ujarnya.
Apkasindo juga meminta agar daerah yang menjadi lokasi petani sawit mendapatkan dana bagi hasil secara khusus seperti yang diberikan kepada lokasi perkebunan petani tembakau.(Ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2013