Padang (ANTARA Jambi) - Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) bidang Pendidikan Musliar Kasim mengeluhkan banyaknya lulusan fakultas pertanian yang bekerja tidak sesuai bidang ilmu.
"Paling hanya 10 persen dari lulusan fakultas pertanian yang bekerja di bidang pertanian," ujar Musliar saat membuka lokakarya fakultas pertanian se-Indonesia di Universitas Andalas, Padang, Senin.
Guru Besar Fakultas Pertanian Unand tersebut menambahkan hal itu sangat disayangkan karena anggaran pemerintah telah banyak keluar untuk membangun fakultas pertanian.
"Kalau seperti itu sama saja dengan mubazir," kata dia.
Dia juga mempertanyakan, apakah para sarjana pertanian terjun langsung ke sawah.
"Pernah tidak merasakan betapa sulitnya petani?" tanyanya.
Dia melanjutkan gelombang kompetitif indeks Indonesia meningkat pada 2014 yakni peringkat 34 dari 114 negara.
"Amat disayangkan, tidak semuanya bisa dilihat dari sektor pertanian."
Dia menambahkan para sarjana pertanian mempunyai tanggung jawab terhadap kontribusi pertanian dalam PDB.
"Sumbangsih pertanian hanya 15 persen dari PBB. Padahal yang kerja 40 persen."
Kemudian, sarjana pertanian juga bertanggung jawab terhadap anggapan pertanian menimbulkan kerusakan lingkungan.
"Yang ketiga adalah produktivitas pertanian belum menggembirakan," tukas dia.
Musliar menceritakan mengenai pertemuannya dengan pengusaha Bob Sadino. Saat itu Bob Sadino mengatakan idealnya seorang sarjana pertanian sama dengan dokter.
"Bisa buka praktik seperti dokter. Membuka konsultasi pertanian."
Wamendikbud mengharapkan perlunya peningkatan sumber daya manusia.
"Cokelat mentah dijual 2,5 dolar AS per kilogram. Tapi kalau sudah diolah bisa menjadi 30 dolar per kilogram," terang dia.
Tidak ada cara lain, sambung dia, pendidikan merupakan satu-satunya cara untuk meningkatkan daya saing. (Ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2014
"Paling hanya 10 persen dari lulusan fakultas pertanian yang bekerja di bidang pertanian," ujar Musliar saat membuka lokakarya fakultas pertanian se-Indonesia di Universitas Andalas, Padang, Senin.
Guru Besar Fakultas Pertanian Unand tersebut menambahkan hal itu sangat disayangkan karena anggaran pemerintah telah banyak keluar untuk membangun fakultas pertanian.
"Kalau seperti itu sama saja dengan mubazir," kata dia.
Dia juga mempertanyakan, apakah para sarjana pertanian terjun langsung ke sawah.
"Pernah tidak merasakan betapa sulitnya petani?" tanyanya.
Dia melanjutkan gelombang kompetitif indeks Indonesia meningkat pada 2014 yakni peringkat 34 dari 114 negara.
"Amat disayangkan, tidak semuanya bisa dilihat dari sektor pertanian."
Dia menambahkan para sarjana pertanian mempunyai tanggung jawab terhadap kontribusi pertanian dalam PDB.
"Sumbangsih pertanian hanya 15 persen dari PBB. Padahal yang kerja 40 persen."
Kemudian, sarjana pertanian juga bertanggung jawab terhadap anggapan pertanian menimbulkan kerusakan lingkungan.
"Yang ketiga adalah produktivitas pertanian belum menggembirakan," tukas dia.
Musliar menceritakan mengenai pertemuannya dengan pengusaha Bob Sadino. Saat itu Bob Sadino mengatakan idealnya seorang sarjana pertanian sama dengan dokter.
"Bisa buka praktik seperti dokter. Membuka konsultasi pertanian."
Wamendikbud mengharapkan perlunya peningkatan sumber daya manusia.
"Cokelat mentah dijual 2,5 dolar AS per kilogram. Tapi kalau sudah diolah bisa menjadi 30 dolar per kilogram," terang dia.
Tidak ada cara lain, sambung dia, pendidikan merupakan satu-satunya cara untuk meningkatkan daya saing. (Ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2014