Jambi (ANTARA Jambi) - Keindahan alam terkadang luput dari perhatian, salah satunya di Desa Air Liki, Kabupaten Merangin, Jambi, desa ini memiliki banyak potensi wisata alam tersembunyi yang bisa dijadikan objek wisata ternama, khususnya di Provinsi Jambi.

Desa Air Liki termasuk kategori desa terpencil, untuk bisa sampai ke desa nan indah ini harus melewati perjalanan super ekstrem, betapa tidak, jalan yang dilewati bukanlah jalan pada umumnya.

Dari kota Bangko, ibukota Kabupaten Merangin butuh waktu dua jam untuk sampai di simpang yang merupakan akses utama menuju Desa Air Liki, tepatnya di Kecamatan Sungai Manau, ketika memulai perjalanan dari simpang Sungai Manau kendaraan yang digunakan haruslah kendaran double gardan, pasalnya jalan yang ditempuh adalah bukit-bukit dan lembah-lembah.

Butuh waktu 2,5 jam berada dalam kendaraan double gardan ini, dalam perjalanan pun pengendara mesti ekstra hati-hati, hilang kendali sedikit saja kendaraan akan jatuh di jurang-jurang terjal di bawah bukit.

Setelah waktu jarak tempuh itu, tiba lah di salah satu pelabuhan tempek (perahu kecil) yang merupakan alat transportasi air menuju Desa Air Liki, menaiki perahu kecil bermesin robin ini pengunjung harus mengeluarkan kocek Rp100 ribu/ perorang, perahu ini maksimal ditumpangi tiga penumpang.

Tarif jalur sungai itu tidak akan terasa mahal ketika kita sudah mulai melakukan perjalanan, pasalnya sepanjang jalur sungai terpampang alam nan asli dipenuhi batu-batu berumur ribuan tahun meski kita harus melawan arus sungai, tidak hanya itu beberapa air terjun juga menambah pesona Desa Air Liki.

Perjalanan ini memang menegangkan dan membuat jantung berdebar selama dua jam, meski begitu rasa itu akan hilang dengan sendirinya seiiring rasa kagum ketika melihat pemandangan di kiri, kanan dan atas sungai yang indah, tidak hanya itu, air bebatuan yang jernih menambah keindahan pemandangan bawah sungai.

Setelah melewati jarak tempuh dua jam melewati jalur sungai, tibalah di pangkalan ojek yang bisa langsung menuju Desa Air Liki. Nah, inilah akses ke Desa Air Liki yang yang paling ekstrem dan membuat jantung terasa copot.

Betapa tidak, dengan menaiki kendaraan roda dua kita harus melewati jalan di pinggir-pinggir bukit dengan jurang terjal di bawahnya, parahnya lagi ban sepeda motor harus melewati napal-napal bukit dengan kultur jalan menanjak dan menurun yang hampir 80 derajat, entah berapa bukit yang harus dilalui sebelum sampai ke desa indah itu.

Jarak tempuh jalur ini hanya enam kilometer, meski begitu waktu yang diperlukan lebih dari satu jam, jika bertemu turunan dan tanjakan tajam, penumpang harus turun, jika berpapasan dengan kendaraan lain, salah satu pengendara pun harus mengalah.

Namun rasa letih di perjalanan seketika itu hilang setelah kaki meninjakan kaki di tanah desa tersebut, pasalnya pemandangan bukit-bukit tinggi, hutan nan asli dan aliran sungai bebatuan mengagumkan mata kita, semuanya itu tampak jelas dari Desa Air Liki. Ditambah penduduk-penduduk desa yang ramah menambah nyamannya berada di desa tersebut.

Di Desa Air Liki terbentang luas lahan sawah di pinggiran sungai, bersawah adalah salah satu cara mereka memperoleh beras sebagai makanan utama, sebab akses yang sulit ditempuh tidak memungkinkan mereka untuk hilir mudik membeli beras dan bahan pokok lain.

"Kami di sini menanam padi sawah, satu petak sawah bisa menghasilkan berasa hingga satu ton, cukup untuk stok selama satu tahun. Kami juga menanam cabai dan sayur-sayuran serta rempah-rempah lain, yang kami beli dari pasar hanya minyak sayur, untuk gula kami gunakan gula aren," kata Kepala Desa Air Liki, Nasrul, ketika dikonfirmasi Antara yang mengunjungi desa tersebut belum lama ini.

Nasrul menjelaskan, penduduk Air Liki berjumlah 1.200 jiwa dengan luas desa sekitar 200 hektare lebih, soal transportasi memang kesulitan, selain itu, sarana pendidikan belum memadai, begitu juga dengan pelayanan kesehatan dari pemerintah.

Meski begitu ekonomi masyarakat Desa Air Liki masuk kategori makmur, sebab selain kebutuhan pokok tersedia, masyarakat setempat juga mendulang emas sebagai penghasilan utama di samping berkebun.

Desa Air Liki berdampingan dengan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), antara desa dan TNKS hanya dibatasi aliran Sungai Air Liki, meski begitu penduduk setempat tidak merusak hutan yang sudah dilabel oleh negara itu.

Jika melihat bukit-bukit dari desa, suara burung yang saling bersahutan dan suara gemericik air dengan panorama alam yang luar biasa diyakini mampu menjadikan desa ini sebagai objek wisata ternama dan menarik perhatian pengunjung.

Salah satu yang berpotensi menjadi wisata adalah lubuk larangan, saat berkunjung ke Desa Air Liki belum lama ini, Gubernur Jambi Hasan Basri Agus mengatakan bahwa Lubuk larangan adalah potensi wisata alam Jambi, hal itu didukung dengan kondisi alam yang masih terlihat asli di sekitar lubuk-lubuk larangan yang ada di Provinsi Jambi.

Pada kesempatan itu Gubernur membuka lubuk larangan di Sungai Air Liki yang berisi ikan-ikan semah, ikan di lubuk larangan Air Liki rasanya luar biasa enak, sisik ikan ini pun bisa dibuat menjadi makanan ringan.

Gubernur Jambi terlihat kagum dengan adat-istiadat masyarakat Desa Air Liki, pasalnya mereka sepakat tidak mengambil ikan di lubuk larangan sebelum waktu yang disepakati tokoh masyarakat dan tokoh adat di desa tersebut.

"Kita berkunjung ke Desa Air Liki dan melihat potensi alam di sini dan bisa kita lihat panen ikan semah di lubuk larangan, menyenangkan sekali, ikannya besar-besar, airnya jernih, alamnya masih utuh dan asli," kata Hasan Basri.

"Lubuk larangan merupakan potensi wisata yang harus dikembangkan oleh Bupati Merangin, kita juga melihat budaya masyarakat di sini saat memanen ikan masih berpegang dengan aturan adat disini, mereka tidak mau mengambil ikan sampai saatnya untuk panen bersama," katanya lagi.

Gubernur juga senang melihat suasana kegotong-royongan masyarakat Desa Air liki, dimana para laki-laki sibuk memanen ikan dengan dengan mengunakan jala dan `luka` (perangkap ikan), sedangkan perempuan sibuk menyiapkan kosumsi, setelah itu mereka menikmati hasil panen bersama-sama.

"Menarik sekali, jika ada yang mendapat ikan besar mereka bersorak riang, sampai-sampai pak Bupati Merangin juga ikut menjala ikan, ini sesuatu hal menarik untuk dikembangkan, mungkin rekan-rekan bisa touring untuk melihat potensi-potensi wisata alam di sini," ujarnya.

Hasan Basri juga mengatakan bahwa akses jalan memang jadi masalah dan masyarakat Air Liki mengharapkan adanya pembangunan jalan ke arah desa mereka.

"Desa Air Liki sudah ada sejak ratusan tahun lalu, alamnya memang berbukit-bukit, tentunya ini memerlukan kerja keras dan biaya yang cukup besar untuk membangun jalan ke desa paling terpencil ini," kata Hasan Basri.

Bupati Merangin Al Haris, mengatakan bahwa di Kabupaten Merangin banyak sekali lubuk larangan yang dihuni ikan-ikan semah, ikan yang rasanya luar biasa, dan menjadi ikan andalan Jambi.

"Sebetulnya ada cukup banyak lubuk larangan di Kabupaten Merangin ini, jumlahnya puluhan, lubuk larangan ini oleh perangkat desa di Perdeskan dan bertujuan mengajak warga untuk masuk adat istiadat. Mereka tidak boleh mengambil sebelum waktu panen yang ditentukan dengan kesepakatan bersama, jika ada yang mengambil akan dikenakan denda adat," kata Haris.

Menurut Haris, even lubuk larangan bisa menjadi even kabupaten, mengingat banyaknya lubuk larangan di kabupaten berjuluk "Tali Undang Tambang Teliti ini", pihaknya akan segera mengatur untuk menjadi lubuk larangan sebagai objek wisata.

"Di lubuk larangan ikan khasnya ikan sema, ikannya cukup enak sekali dan langka, tapi ada di lubuk larangan, itu sesuai adat istiadat dipanen bersama, ada yang dua tahun sekali dan ada yang tiga tahun sekali, tergantung kesepakatan masyarakat desa," katanya.

Sementara itu Kepala Desa Air Liki Nasrul mengatakan lubuk larangan disiapkan dan biasanya dibuka oleh pemimpin-pemimpin daerah, seperti pada kesempatan kemarin, masyarakat desa menyiapkan lubuk larangan untuk dibuka oleh Gubernur Jambi.

Dia mengungkapkan, jika ada yang mengambil ikan di lubuk larangan sebelum masa panen, akan dikenakan denda berupa satu ekor kambing, beras 10 gantang dan uang Rp500 ribu, denda itu untuk dipergunakan sebagai biaya operasional perbaikan jalan-jalan di desa.

"Ini sudah adat istiadat dari nenek-mamak kami dahulu, jika ada yang melanggar kita denda, ikan Sema di sini banyak dan besar-besar, paling besar itu beratnya 15 kilogram, ini kami makan bersama-sama, manennya dalam satu hari ini saja," kata Nasrul.

Pantauan Antara di lapangan, lubuk larangan dipenuhi ratusan warga setempat usai dibuka oleh Gubernur Jambi dengan ditandai pelemparan jala oleh Bupati Merangin, warga yang sudah siap memanen ikan terlihat memenuhi lokasi bermodal peralatan tangkap ikan.

Sorak histeris terdengar ketika warga mendapat ikan semah yang bobotnya diatas 10 kilogram, pemandangan menarik ini berlangsung hingga dua jam, hasil tangkapan pun di bakar dan dimakan bersama-sama warga dan petinggi-petinggi di Jambi.

Gubernur dan Bupati terlihat asik menikmati ikan semah yang di bakar itu, bahkan Gubernur beserta bupati terlihat lahap menyantap ikan sambil duduk di batu-batu yang ada di sungai, mungkin pikiran ruwet yang mereka hadapi seketika itu hilang seiring freshnya tubuh dan pikiran mereka saat berada dalam suasana ke aslian alam desa.

Sementara untuk akses ke desa berpotensi wisata ini, Bupati Merangin, Al Haris, mengatakan, untuk membuka jalan agar bisa menuju desa paling terpencil di Kabupaten Merangin ini adalah melewati Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

Ia mengatakan pilihan tersebut merupakan cara paling efektif dalam menghemat anggaran, pasalnya jalan yang sudah ada yang kini sebagai akses masyarakat Air Liki sangat ekstrem, dimana harus melewati pinggiran bukit dengan bebatuan ditambah jurang yang terjal.

"Kita sudah merencanakan pembangunan jalan menuju Desa Air Liki, jalan yang ada memang medannya parah, melewati batu-batuan, hanya bisa dilewati kendaraan roda dua dan jika berpapasan salah satu harus mengalah, saya pikir lebih efektif kalau kita coba meloby pihak TNKS," kata Haris.

Menurut dia, jika membuka jalan melewati TNKS, jarak tempuh menuju Desa Air Liki semakin dekat, berdasarkan hasil survei pembangunan jalan hanya diperlukan sekitar 13 kilometer.

"Lebih dekat jika melewati TNKS dan tentu saja biayanya murah, kalau kita membangun jalan di bebatuan yang dipakai warga saat ini memang biayanya mahal karena sangat sulit sekali medannya, saya kira puluhan miliar pun belum tentu tembus ke Air Liki," ujar Haris.

Pembukaan jalan melewati TNKS di Kabupaten Merangin juga pernah dilakukan di Kecamatan Jangkat, di kecamatan ini, pihak TNKS hanya boleh membuka jalan selebar dua meter yang hanya bisa dilewati kendaran kecil roda empat.

"Kita akan upayakan pembangunan jalan ini, kita akan mencoba seperti yang kita lakukan di Kecamatan Jangkat, sebab disitu juga TNKS, disitu hanya diizinkan buka jalan dua meter," katanya.(Ant)

Pewarta: Dodi Saputra

Editor : Dodi Saputra


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2015