Jambi (ANTARA Jambi) - Dinas Kesehatan Provinsi Jambi mencatat sebanyak 62 bayi berusia di bawah lima tahun (balita) menderita gizi buruk kerena faktor kemiskinan dan pola asuh.
"Penyebab gizi buruk itu lebih cenderung karena faktor kemiskinan sehingga kekurangan asupan gizi yang cukup dan kemudian juga karena pola asuh," kata Kepala Seksi Gizi Masyarakat, Helfian Amnun di Jambi, Kamis.
Dia menyebutkan, 62 kasus itu ditemukan dari laporan dinas kesehatan kabupaten/kota sepanjang tahun 2015. Kriteria gizi buruk adalah sudah sangat kurus dan menurut berat badan dan tinggi badan di bawah normal.
Dirincikannya, kasus gizi buruk itu ditemukan di Kabupaten Merangin sebanyak 12 orang, Tebo 12 orang, Kota Jambi 10 orang, Kerinci tiga orang dan Kota Sungai Penuh tiga orang.
Kemudian Sarolangun empat orang, Bungo tiga orang, Batanghari sembilan orang, Muarojambi lima orang, Tanjung Jabung Timur satu orang dan Tanjung Jabung Barat nihil penderita.
"Umumnya balita yang menderita gizi buruk itu berada di wilayah perdesaan. Di Jambi belum sampai ada perutnya yang buncit," katanya.
Menurutnya Helfian, agar kasus gizi buruk itu tidak semakin parah, pemerintah provinsi memberikan makanan pendamping air susu ibu (Asi) atau makanan formula khusus seperti Formula WHO selama tiga bulan.
"Saat ke Posyandu dua kali di timbang berat badannya tidak naik dan dua kali berada di garis merah, kita berikan makanan formula yang disesuaikan dengan pencernaannya," kata Helfian.
Dia juga mengungkapkan, makanan formula tersebut diberikan setiap hari selama tiga bulan dan dalam satu hari makanan formula tersebut anggarannya Rp15.000/hari.
"Artinya selama tiga bulan itu kita berikan sebesar Rp1.350.000 yang diberikan dalam bentuk makanan formula oleh petugas puskesmas," katanya.
Dia mengimbau kepada orang tua yang mempunyai balita agar terus memantau perkembangan anaknya ke Posyandu terdekat secara rutin agar bisa terhindar dari lambatnya perkembangan anak.
"Yang punya balita datanglah ke posyandu terdekat untuk memantau perkembangan anak kita," katanya. (Ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2015
"Penyebab gizi buruk itu lebih cenderung karena faktor kemiskinan sehingga kekurangan asupan gizi yang cukup dan kemudian juga karena pola asuh," kata Kepala Seksi Gizi Masyarakat, Helfian Amnun di Jambi, Kamis.
Dia menyebutkan, 62 kasus itu ditemukan dari laporan dinas kesehatan kabupaten/kota sepanjang tahun 2015. Kriteria gizi buruk adalah sudah sangat kurus dan menurut berat badan dan tinggi badan di bawah normal.
Dirincikannya, kasus gizi buruk itu ditemukan di Kabupaten Merangin sebanyak 12 orang, Tebo 12 orang, Kota Jambi 10 orang, Kerinci tiga orang dan Kota Sungai Penuh tiga orang.
Kemudian Sarolangun empat orang, Bungo tiga orang, Batanghari sembilan orang, Muarojambi lima orang, Tanjung Jabung Timur satu orang dan Tanjung Jabung Barat nihil penderita.
"Umumnya balita yang menderita gizi buruk itu berada di wilayah perdesaan. Di Jambi belum sampai ada perutnya yang buncit," katanya.
Menurutnya Helfian, agar kasus gizi buruk itu tidak semakin parah, pemerintah provinsi memberikan makanan pendamping air susu ibu (Asi) atau makanan formula khusus seperti Formula WHO selama tiga bulan.
"Saat ke Posyandu dua kali di timbang berat badannya tidak naik dan dua kali berada di garis merah, kita berikan makanan formula yang disesuaikan dengan pencernaannya," kata Helfian.
Dia juga mengungkapkan, makanan formula tersebut diberikan setiap hari selama tiga bulan dan dalam satu hari makanan formula tersebut anggarannya Rp15.000/hari.
"Artinya selama tiga bulan itu kita berikan sebesar Rp1.350.000 yang diberikan dalam bentuk makanan formula oleh petugas puskesmas," katanya.
Dia mengimbau kepada orang tua yang mempunyai balita agar terus memantau perkembangan anaknya ke Posyandu terdekat secara rutin agar bisa terhindar dari lambatnya perkembangan anak.
"Yang punya balita datanglah ke posyandu terdekat untuk memantau perkembangan anak kita," katanya. (Ant)
Editor : Azhari
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2015