Jambi  (ANTARA Jambi) - Tidak kurang dari tiga bulan lamanya, masyarakat di Pulau Sumatera dan Kalimantan, hari-harinya bergelut dengan tebalnya kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan.

Bencana "tahunan" tebalnya kabut asap, khususnya di Provinsi Jambi membuat siang hari sedikit gelap, aktivitas sekolah tidak lancar, penerbangan terganggu, dan penyakit infeksi saluran pernafasan akut (Ispa) dan diare, mengintai penduduk di daerah itu.

Syukur, akhir Oktomber 2015, kabut asap secara perlahan terus menipis dan hilang seiring mulai turunnya hujan. Lahan gambut yang sebelumnya terbakar dan mengeluarkan asap, akhirnya juga padam.

Turunnya hujan disambut sukacita jutaan masyarakat di Jambi, sebab lebih tiga bulan daerah itu dilanda kemarau yang juga mulai berdampak sumur  menggering dan susutnya air sungai serta danau di Provinsi Jambi.

Namun, turunnya bukan berarti akan menyelesaikan kabut asap dan mengakhiri musim kering, apalagi jika intensitasnya tinggi maka hujan dapat membawa bencana yakni banjir dan tanah longsor.

Karenanya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Jambi meminta masyarakat di daerah itu mewaspadai kemungkinan banjir dan angin kencang sebab curah hujan diprediksi akan berlangsung hingga beberapa bulan ke depan.

Prakirawan BMKG Provinsi Jambi, Dian Anggraini mengatakan, peralihan musim dari kemarau ke musim hujan sudah terjadi. Ada banyak pertumbuhan awan yang mengarah dan menyebar di seluruh wilayah Provinsi Jambi.

"Hujan terjadi dengan intensitas ringan, sedang hingga lebat ini dimulai pada Dasarian kedua bulan November. Biasanya, hujan juga disertai dengan angin kencang," kata Dian.

Dian mengatakan dalam satu minggu ke depan hujan akan terjadi di seluruh wilayah Provinsi Jambi setiap hari. Hujan tersebut disertai juga dengan angin kencang.

"Dengan kondisi seperti ini diharapkan masyarakat Jambi harus tetap waspada terhadap kemungkinan banjir dan angin kencang," katanya.

 Menurut dia, curah hujan sejak seminggu terakhir belum mencapai 50 mili meter namun baru mencapai 28 mili meter. Namun genangan air bahkan banjir bisa saja terjadi jika ada saluran air yang tersumbat lantaran sampah.

 "Diharapkan masyarakat menjaga lingkungan dan tidak membuang sampah pada tempat-tempat yang biasanya dialiri air. Sehingga aliran air tidak tersendat," ujarnya.

Sementara itu, penjaga alat pengukur debit air Sungai Batanghari di 'Tanggo Rajo' Kota Jambi, Syahrudin mengatakan, saat ini ketinggian air sungai Batanghari masih dibawah normal. Sehingga belum ada kemungkinan banjir akibat meluapnya sungai terpanjang di Sumatera itu.

Syahruddin mengatakan, musim hujan yang sudah mulai beberapa hari ini belum memberikan pengaruh signifikan terhadap ketinggian air. Pergerakan tingginya air katanya masih lambat.

 Ketinggian air yang perlu diwaspadai adalah ketika sudah bergerak ke angka belasan meter. Biasanya jika ketinggian air sudah menjadi 12-13 meter lebih, maka pemukiman warga di daerah pinggiran sungai Batanghari sudah mulai digenangi air.

Meskipun saat ini masih dibawah normal, dia mengatakan kemungkinan besar akan terus bertambah tinggi. Dan berkaca dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, ketinggian air sungai Batanghari mulai naik secara drastis pada bulan Desember 2014.

Pemerintah Provinsi Jambi meminta bantuan Pusat untuk mengantisipasi bencana banjir dan longsor yang kerap terjadi di daerah itu.

"Untuk mengantisipasi terjadinya bencana banjir dan tanah longsor, kita telah mengajukan bantuan kepada pemerintah pusat baik berupa peralatan maupun makanan siap saji," kata Penjabat Gubernur Jambi Irman.

Bantuan pemerintah pusat yang dibutuhkan Jambi kata Irman diantaranya, 12 unit perahu karet, 500 pac family kid, 500 pac makanan siap saji dan dua set peralatan komunikasi dari BNPB. Selain itu bantuan lain yakni normalisasi sungai dan pembangunan turap dari Kementerian PU Pera.

Di samping itu, katanya, untuk kesiapsiagaan Pemprov Jambi dalam mengantisipasi jika terjadinya banjir, tanah longsor dan puting beliung, saat ini pihaknya telah menyiapkan beberapa langkah-langkah.

Yakni menginstruksikan kepada bupati/walikota di wilayahnya, aktivasi Pusdalops penanggulangan bencana menjadi pos komando siaga darurat bencana banjir-longsor dan pendirian posko induk serta posko lapangan baik di provinsi, kabupaten dan kecamatan.

Selain itu lanjutnya, sosialisasi dan imbauan kepada warga di daerah rawan banjir dan longsor juga digalakkan. Kemudian penentuan jalur evakuasi dan pengungsian warga terdampak banjir.

Selanjutnya penyediaaan dan penyiapan logistik seperti sembako, obat-obatan, peralatan, sarana prasarana dan sebagainya.

    
Siaga darurat

Bahkan pihaknya juga menyiapkan untuk penerbitan SK siaga darurat bencana banjir, longsor dan puting beliung yang dikeluarkan gubernur, bupati dan walikota, jika itu memang sudah dalam kondisi besar.

"Kami juga harus siap dalam langkah operasi PPE atau pencarian penyelamatan dan evakuasi yang dilaksanakan tim habungan dari SAR, TRC, TNI dan Pol Air, jika sudah dibutuhkan," kata Irman menjelaskan.

Dia juga mengatakan ada beberapa permasalahan yang harus segera diantisipasi sedini mungkin. Yakni adanya tanah longsor dari tebing di pinggir jalan di ruas jalan Bangko Kabupaten Merangin ke Kabupaten Kerinci. Yang jika longsor maka tanah longsoran tersebut menumpuk di atas jalan umum.

"Itu waktu saya ke Kerinci, tebing tersebut masih rentan, di mana ketika longsoran tanah belum diambil maka akses jalan dari Bangko ke Kerinci terancam lumpuh, ini harus cepat diatasi," katanya.

Kekuatan personil Jambi menghadapi bencana banjir dan tanah longsor yakni Basarnas 26 orang, TNI (Den Bekang) 12 orang, Polri (Shabara Polda) 150 orang  (2 SSK), TRC BPBD kabupaten/kota 255 orang, dan TRC BPBP Provinsi Jambi 25 orang.

Kemudian dari Dinas Kesehatan 7 orang, Tagana 185 orang, Senkom Mitra Polri 25 orang, Hipgabi 6 orang, BMKG 10 orang dan Satpol PP 30 orang.

"Kalau kekuatan sarana dan prasarana kita saat ini ada 1 unit mobil dumlap, 1 unit mobil truk serbaguna, 1 unit tangki air, 1 unit amphibi, 12 unit perahu karet, 1 unit kapal mercuri, 11 unit mobil rescue, 25 unit tenda pengungsi, 1 unit mobil toilet, 1 unit mobil comob dan 2 unit perahu dolphin," kata Irman.

"Kalau bisa jangan terjadi banjir dan longsor, kalaupun terjadi penangannannya harus lebih dini atau lebih awal dan kita akan segera menindaklanjuti dan akan didukung oleh TNI dan Polri serta semua pihak terkait," katanya.

Kepala BPBD Provinsi Jambi Arif Munandar  mengatakan bahwa daerahnya kini  berstatus waspada banjir karena sudah memasuki musim penghujan.

"Kalau ketinggian air belum nampak, karena curah hujanya masih dalam kondisi ringan dan sedang belum lebat. Tapi kita statusnya sudah waspada," kata dia.

Arif mengatakan sudah memetakan daerah-daerah rawan banjir dan meminta petugas pintu air untuk rutin melaporkan ketinggian air setiap hari.

"Debit air akan kita pentau terus, sehingga kita bisa mengambil langkah-langkah apakah masuk siaga, siaga 4 atau berapa sebagai langkah antisipasi jika mulai berpotensi banjir," kata Arif.

Arif mengatakan bahwa banjir musiman terjadi di semua daerah di Jambi terutama di pemukiman warga di sepanjang aliran sungai Batanghari.  Banjir musiman terjadi akibat meluapnya air sungai terpanjang di Sumatera itu.

Sedangkan banjir pasang katanya hanya akan terjadi di dua kabupaten yakni Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat karena dua daerah itu berdekatan dengan laut.

"BMKG sudah mengirim surat dan menyatakan bahwa kita sudah masuk di dasarian 2. Artinya tanggal 20 November ke atas kita akan menghadapi curah hujan yang cukup tinggi dan berlangsung sampai dengan April 2016. Untuk itu kita harus antisipasi dan waspada," kata Arif.

Disebutkan, lima daerah di Provinsi Jambi rawan banjir bandang  yakni Kabupaten Kerinci, Merangin, Sarolangun, Tanjung Jabung Barat dan Kota Sungaipenuh.

"Untuk banjir bandang kita sudah petakan, rawan terjadi di lima daerah itu karena dataran tinggi tapi untuk pergerakan tanahnya ada kelasnya, ada kelas tinggi, menengah dan rendah," kata Arif.

Selain banjir bandang,  disebutkan longsor juga menjadi ancaman. Berdasarkan pengalaman, longsor sering terjadi di empat daerah. Yakni Kabupaten Kerinci, Merangin, Sarolangun dan Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar).

"Di Tanjabbar juga rawan longsor, di Sarolangun di daerah Batang Asai, sedangkan di Merangin sering terjadi di Kecamatan Jangkat dan Siau. Sementara di Kerinci sudah pasti terjadi setiap tahun bahkan menutupi jalan karena sebagian besar daerahnya dataran tinggi," katanya menjelaskan.

Arif mengatakan, daerah rawan longsor khususnya di dataran tinggi harus diantisipasi. Salah satunya dengan mengimbau masyarakat tidak melakukan aktivitas di daerah rawan longsor dan tentunya jika terjadi segera melakukan penyelamatan.

"Yang kita belum tau ini pergerakan tanahnya, apakah di dataran tinggi atau sedang dan rendah, kalau tinggi ini yang harus kita antisipasi. Kita juga sudah dapat data dari pihak geologi bahwa ada beberapa wilayah yang perlu diantisipasi longsor," katanya.

Sedangkan banjir musiman kata Arif rawan untuk semua daerah di Jambi, terutama di pemukiman warga di sepanjang aliran sungai Batanghari.

Untuk mengantisipasi agar transportasi masyarakat tetap berjalan normal maka   Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jambi menyiagakan alat berat di titik-titik jalan yang rentan terjadinya longsor akibat meningkatnya curah hujan.

 Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jambi Benhard Pandjaitan, mengatakan alat berat disiagakan di jalan nasional dan provinsi beserta posko-posko penanggulangan longsor.

"Untuk jalan nasional kita siagakan alat berat di Bangko, Kerinci, Tebo dan Tanjung Jabung Barat. Sedangkan jalan provinsi disiagakan di wilayah Jangkat Kabupaten Merangin," kata Benhard. (Ant)

Bencana alam seperti banjir, tanah longsor, gempa, tsunami, puting beliun, dan kabut asap, bisa saja datang secara tiba-tiba, namun terpenting adalah kesiapsiagaan semua pihak, khususnya penduduk untuk meminimalisir kerugian harta dan jiwa

Pewarta: Azhari

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2015