Jambi (ANTARA Jambi)- Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Jambi menyebutkan angka kredit macet atau "nonperforming loan" di provinsi itu meningkat sebagai dampak menurunnya harga komoditas unggulan sejak 2015.

"Pembayaran kredit di perbankan mengalami sedikit hambatan, saat ini kredit bermasalah atau macet di Jambi mencapai 3,25 persen. Ini jauh meningkat dari yang biasanya hanya satu hingga dua persen," kata Kepala BI Perwakilan Provinsi Jambi V Carlusa di Jambi, Minggu.

Dia menjelaskan hambatan pembayaran kredit perbankan itu karena sektor umum pendapatan masyarakat Jambi pada komoditas unggulan seperti karet dan sawit dan juga batu bara harganya menurun.

"Total kredit yang ada di Jambi ini nilainya Rp32 triliun, dan 3,25 persenya itu kredit macet, karena sebagian besar perekonomian dan pendapatan masyarakat Jambi ditopang dari hasil komoditas unggulan itu," katanya menjelaskan.

Menurut Carlusa, sebagai dampak rendahnya harga sawit, karet dan batubara itu juga berdampak menurunya daya beli pada masyarakat petani.

"Selama ini masyarakat yang menggunakan fasilitas kredit dari bank itu pembayarannya melalui pendapatan dari sektor komoditas unggulan itu. Namun sementara ini pendapatanya menurun dan tentunya pembayaran kredit masyarakat mengalami hambatan," katanya menjelaskan.

Meski demikian, pihaknya optimistis rasio kredit macet atau NPL di Jambi diyakini akan kembali stabil dan turun secara perlahan pada semester dua nanti, seiring dengan membaiknya harga komoditas karet, sawit dan batu bara.

"Saat ini harga komoditas sudah mulai merangkak naik, dan kami prediksi mudah-mudahan rasio kredit macet juga akan kembali turun seiring membaiknya pendapatan masyarakat di sektor unggulan itu," katanya. (Ant)

Pewarta: Gresi Plasmanto

Editor : Azhari


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2016