Jambi (ANTARA Jambi) - Provinsi Jambi banyak memiliki lahan pertanian terutama padi, jagung dan kedelai atau biasa disebut program pajale, namun hingga kini wilayah ini belum mampu menjadi daerah yang mandiri pangan.

Berbagai cobaan muncul saat daerah ini ingin mengembangkan lahan pertanian. Mulai dari kendala pengairan, lahan yang banyak terbengkalai, bantuan pemerintah ada yang tidak menyentuh petani dan lambannya respon pemangku kepentingan mengkap program-program pertanian yang ditawarkan pemerintah pusat serta SDM petani yang belum mumpuni.

Niat Jambi menuju swasembada pangan juga sejalan dengan program pemerintah pusat yakni Indonesia daulat pangan. Berbagai bantuan mulai dari benih pupuk, cetak lahan pertanian baru dan alat  mesin produksi pertanian atau alsintan terus digelontorkan ke daerah-daerah termasuk Jambi.

Namun sayangnya, saat kunjungan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman ke Jambi, Selasa (6/9) masih ditemukan petani yang tidak atau belum mendapat bantuan pertanian dari pemerintah.

Menteri Pertanian mengaku sedih ketika dirinya menemui petani di Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi tidak mendapat bantuan benih dari pemerintah. Tentu saja hal itu menjadi cobaan dan kendala Jambi menuju mandiri pangan.

"Hati kecil saya nangis melihat mereka, dia saudara kita pakai pakaian compang-camping, kotor, tidak pakai sendal. Tapi bibitnya terlambat, tidak diperhatikan oleh Kadis-nya, menyedihkan sekali," kata Menteri.

Dalam kunjungan kerja ke Jambi, Mentan melakukan panen raya kedelai hitam seluas 50 hektare di Kecamatan Berbak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Saat menuju lokasi panen, Menteri singgah ketika melihat hamparan sawah petani di Kecamatan Kumpeh Ilir, Kabupaten Muarojambi.

Namun lahan sawah seluas 100 hektare tersebut tidak mendapat bantuan pamerintah, alhasil petani setempat swadaya untuk membeli benih.

Menteri pun minta kepada Gubernur Jambi Zumi Zola untuk segera menghubungi bupatinya menanyakan hal itu.

"Itu tidak boleh terjadi kasian petani kita benihnya terlambat tapi dana kami sudah transfer. Kadis Pertanian Kabupaten Muarojambi saya minta ini jangan terjadi lagi, kasian saudara-saudara kita bertani setengah mati dan mereka mencari benih sendiri. Padahal ada dari pemerintah," ujarnya.

"Kalau SK Kadis itu ada di Kementerian Pertanian, saya pastikan SK pencopotan Kadis itu keluar hari ini. Tidak ada toleransi," tegasnya.

Sementara terkait komoditas kedelai, Mentan mengatakan pemerintah tahun depan menyiapkan bantuan benih untuk 300-400 ribu hektare lahan yang benihnya berasal dari Institut Teknologi Bogor (IPB).

"Hari ini kita melihat kerja sama Pemprov Jambi dengan IPB dalam mengembangkan kedelai, dan ini harus dikembangkan karena produksi rata-rata nasional hanya 1,5 ton per hektare dan kedelai kita masih impor," kata Amran.

Menteri mengatakan tanpa teknologi pertanian tidak bisa meningkatkan produktivitas. Mulai dari pengolahan tanah, pascapanen dan hilirisasi harus dengan teknologi.

"Ternyata kedelai bisa tumbuh di sini, di lahan gambut Berbak ini. Saya minta pak gubernur kalau mampu kembangkan 20 ribu hektare lagi dan pendampingnya dari IPB.

"Kita sekarang fokus Pajale. Padi relatif sudah selesai sudah aman, kemudian jagung impornya sudah turun 60 persen dan ke depan kedelai kita harus fokus. kita harus mandiri pangan. Kita harus berdaulat nggak bisa ditawar-tawar," tegasnya.

Khusus pada lahan kedelai Kecamatan Berbak itu, Menteri menjanjikan membantu lima unit handtractor dan pompa air 3-4 unit. Itu dijanjikannya tiba dalam satu dua minggu ke depan.

"Tapi secara total khusus untuk Jambi ini kami inginkan ke depan mandiri pangan, jangan mengharapkan dari tempat lain karena kalau mengambil dari tempat lain biaya angkutnya ditanggung oleh masyarakat. kita harus mandiri bawang, cabai, jagung dan juga kedelai. Tahun depan kami harapkan dan gubernur siap menindaklanjuti," kata Menteri.

Untuk jagung, Jambi akan dibantu benih untuk 50 ribu hektare, benih padi tahun ini 25 ribu hektare tahun depan juga ditambah 50 ribu hektare dan gratis bangun sawah.

"Kemudian cabai, bawang, ada lokasi tertentu yang cocok, kita tanami. Tidak usah impor lagi, jadi bagimana kebutuhan daerah dipenuhi sendiri dan tidak dari luar," katanya.

Wakil Bupati Tanjung Jabung Timur Robby Nahliansyah mengatakan, sebelumnya Pemkab telah memberikan proposal kebutuhan pertanian. Selain itu juga telah menandatangani MOU dengan pihak Kementrian terkait kebutuhan dan kendala di lapangan.

"Salah satunya kita butuh irigasi dan pintu air di wilayah pertanian. Dengan permintaan itu tenyata langsung di setujui oleh pihak Kementerian selanjutnya Menteri Pertanian  koordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum," kata Robby.

"Jumat (9/9) besok Kementerian PU akan turun diwilayah Sadu untuk mengecek langsung berapa kebutuhan irigasi dan pintu air yang rusak. Tapi memang kondisinya sudah dikatakan rusak semua," katanya.

Asisten Teritorial Kasad Mayjen TNI Komaruddin Simanjutak pada kesempatan itu mengatakan, apapun program pemerintah sepenuhnya harus didukung.

"Arahan kita sesuai dengan arahan Presiden. Kalau Indonesia 5 tahun capai swasembada pangan maka TNI juga harus lima tahun bekerja," kata Komaruddin Simanjutak.

Menurutnya ada kendala yang dihadapi di lapangan. Namun sesuai dengan arahan Presiden, para Babinsa, Kodim, Koramil dan satuan wilayah harus bersinergi dengan unsur - unsur yang ada di daerah.

Dandim 0419 Tanjung Jabung Letkol Inf Aksa Erlangga mengatakan, selama ini pihaknya melakukan kegiatan mendampingi langsung para petani. Bahkan ke depan permintaan para bupati tentang pendamping untuk para petani siap dilaksanakan sampai selesai.

Menurut Dandim, tugas penting juga di berikan kepada para Babinsa, dimana peran Babinsa harus bisa mengajak dan mendorong seoptimal mungkin kepada petani agar bersemangat turun ke sawah.

Menanggapi ditemukannya 100 hektare lahan sawah kelompok tani di Kecamatan Kumpeh Ilir, Kabupaten Muarojambi tidak mendapat bantuan pemerintah, Gubernur Jambi Zumi Zola kecewa dan amat menyayangkan kinerja Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jambi dan Kabupaten Muarojambi yang lamban merespon program pertanian dari pemerintah pusat.

"Saya sebagai gubernur Jambi cukup kecewa karena seharusnya itu bisa ditindaklanjuti karena masyarakatnya sudah semangat bertani dan potensinya lahannya cukup bagus," kata Zola.

Zola mengatakan sejak dirinya menjabat sebagai gubernur Jambi, sudah meminta daerah untuk menyampaikan proposal peningkatan pertanian kepada dirinya.

"Saya sudah katakan apa yang ingin diminta di setiap daerah dan potensi apa yang bisa kami bantu. Apakah itu kedelai, padi atau jagung ataukah untuk mencetak sawah. Namun kesempatan itu tidak dimanfaatkan dengan baik oleh dinas pertanian terkait," katanya.

Upaya Nyata

Upaya nyata yang dilakukan Pemprov Jambi salah satunya bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam peningkatan sektor pertanian di daerah itu.

Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatangan nota kesepahaman (MoU) antara Gubernur Jambi Zumi Zola dan Rektor IPB Herry Suhardiyanto, di kediaman rumah dinas gubernur, Senin (5/6) malam.

Dalam penandatanganan kesepakatan itu juga turut disaksikan oleh Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman.

Kerja sama yang ditandatangani tersebut diantaranya kerjasama pada bidang peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dalam pengelolaan sumber daya alam pertanian di Provinsi Jambi.

"Melalui kerja sama ini potensi dibidang pertanian dapat kita manfaatkan semaksimal mungkin, sehingga dapat mensejahterakan masyarakat melalui pemanfaatan teknologi," kata Rektor IPB Herry Suhardiyanto.

Menurutnya, sumber daya lahan pertanian yang beragam salah satunya di Provinsi Jambi dalam pengembangannya, dituntut pada sesuatu teknologi gagasan dan ide baru.

"Dengan kapasitas peningkatakan SDM dalam meningkatkan teknologi pengelolaan sumber daya potensi pertanian ini perlu dikembangkan untuk menjadikan tumpuan produksi pertanian daerah," katanya.

Pertanian kata Rektor IPB menjadi instrumen yang efektif untuk memajukan daerah dan juga dalam memeratakan pembangunan perekonomian masyarakat.

"Setiap pertumbuhan dan gejolak ekonomi pasti mengakibatkan kesenjangan, dan untuk mengimbangi kesenjangan itu semua ada pada sektor pertanian masyarakat yang harus ditingkatkan untuk kesjehateraan," katanya menjelaskan.

Gubernur Jambi Zumi Zola mengatakan, melalui kesepakatan kerja sama ini diharapakn IPB mampu memberikan yang terbaik dalam pengembangan penelitian di daerahnya.

"Kesepahaman ini menjadi payung bagi pemerintah untuk menindaklanjuti, terutama kapasitas terhadap tenaga penelitian dalam inovasi pertanian," kata Zola yang juga sebagai alumni IPB itu.

Melalui kerja sama ini, IPB mampu memberikan inovasi-inovasi pertanian dengan kajian-kajian yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan daerah termasuk Jambi.

"Potensi pertanian di Jambi begitu besar, namun dari potensi itu sebagian besar sawah di Jambi sistemnya tadah hujan, sehingga untuk pengembangannya itu dibutuhkan suatu teknologi," kata Zola.

Selain itu Jambi juga memiliki Taman Teknologi Pertanian (PPT) di Kecamatan Geragai, Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

"Taman Teknologi Pertanian itu adalah upaya Jambi menuju mandiri dan ketahan pangan sesuai dengan program Nawacita Presiden," katanya.

Saat ini luas lahan yang menjadi kawasan terpadu komoditi pertanian itu seluas tujuh hektare dan satu-satunya di Provinsi Jambi. Jika di kawasan ini sukses, Zola meminta kepala daerah setempat untuk menambah luas lahan.

"Ini pertanian dengan cara teknologi terbarukan. Di kawasan ini semuanya ada, mulai dari cabai, mentimun, pepaya, kedelai, lemon dan komoditi lain. Juga ada budidaya ikan lele dan ternak sapi," katanya.

Zola juga meminta kabupaten/kota di wilayahnya menyiapkan lahan pertanian agar kebutuhan komoditas Jambi tidak lagi tergantung pada provinsi lain.

"Pemerintah siap bantu mulai dari benih, pupuk, alsintan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Makanya saya tantang bupati/wali kota untuk menyiapkan lahan. Kalau bantuannya besar kita akan upayakan ajukan ke Kementerian Pertanian," katanya menjelaskan.

Kawasan yang dijadikan Taman Teknologi Pertanian di Geragai ini merupakan lahan rawa. Tapi dengan teknologi pertanian semua yang ditanam dapat hidup bahkan subur.

"Kita akan mulai lagi untuk kabupaten lain, di lahan rawa saja tanaman komoditi bisa hidup apalagi di daerah yang tanahnya memang subur. Kita akan dorong dan dukung kabupaten/kota meningkatkan lahan pertaniannya," ujarnya.

Mantan aktor ini juga mengaku optimis Jambi lima tahun ke depan mampu mandiri pangan asalkan semua pihak membantu dan teguh pada komitmen.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jambi Amrin Aziz, mengatakan khusus program cetak sawah di Provinsi Jambi tahun 2016 baru mencapai 2.005,6 hektare dari target yang ditetapkan pemerintah pusat seluas 2.700 hektare.

Dia mengatakan semula pemerintah pusat menargetkan Provinsi Jambi untuk mencetak 3.800 hektare lahan sawah baru. Namun karena rasionalisasi anggaran, target itu dipangkas 1.100 hektare.

"Setelah rasionalisasi anggaran, Jambi secara keseluruhan kebagian 2.700 hektare. Dan hingga Agustus ini sudah terealisasi 2005,6 hektare," katanya.

Dijelaskannya, progres program ketahanan pangan yang tersebar di kabupaten/kota itu juga beragam, bahkan untuk tiga kabupaten seperti Tebo, Merangin dan Sarolangun dengan target 500 hektare sudah terealisasi 100 persen. Begitu pula dengan Kabupaten Bungo dengan target 200 hektare juga sudah terealisasi 100 persen.

Amrin juga mengatakan, dari luasan 2005,6 hektare yang sudah dicetak itu, 357,8 hektare Diantaranya sudah ditanam padi. Yakni di Kabupaten Tebo seluas 85 hektare, Merangin 147 hektare, Sarolangun 110,8 hektare, Bungo 12 hektare dan Kabupaten Batanghari tiga hektare.

Sedangkan target produksi padi Provinsi Jambi tahun 2016 yang mencapai angka 805 ribu ton, Amrin mengatakan bahwa target itu bisa terealisasi karena musim pada tahun ini juga mendukung.

Ditanya mengenai target produksi padi Provinsi Jambi dimasa yang akan datang, Amrin mengatakan jika dilihat dari potensi yang dimiliki Jambi, sangat memungkinkan untuk memproduksi padi 1 juta ton pertahun.

"Bahkan bisa lebih kalau irigasi kita memadai, tapi kalau sekarang kan sulit. Kita dalam setahun hanya bisa satu kali tanam, sementara daerah Jawa sampai dua hingga tiga kali tanam," katanya.

Saat ini lanjutnya, lahan aman irigasi di Provinsi Jambi hanya dikisaran 30 ribu hingga 40 ribu hektare. Sementara luas lahan pertanian di Provinsi Jambi yang membutuhkan pengairan lebih kurang sekitar 180 ribu hektare.

"Jika masalah irigasi ini bisa ditangani, tentu akan sangat memungkinkan produksi kita meningkat," katanya

Di samping itu, petani yang mengalami gagal tanam dan panen akan mendapatkan kompensasi sebesar Rp6 juta per hektare dari PT Jasindo (Persero) selaku penyedia asuransi.

Kompensasi Rp6 juta tersebut diberikan kepada petani sebagai ganti rugi petani yang mengalami gagal tanam maupun gagal panen akibat bencana alam maupun hama.

"Petani di Provinsi Jambi tidak perlu lagi cemas jika padinya mengalami gagal tanam ataupun gagal panen. Hanya dengan bergabung bersama kelompok tani dan membayar premi dimuka sebesar Rp36 ribu ke PT Jasindo, petani bisa mendapat kompensasi sebesar Rp6 juta," kata Amrin.

"Kompensasi sebesar RP6 juta itu untuk satu hektare, dana kompensasi itu bisa digunakan untuk modal memulai tanam baru, pembelian bibit, maupun benih," katanya lagi.

Amrin menambahkan hingga saat ini sudah ada ratusan hektare sawah yang mengajukan pencairan kompensasi ke PT Jasindo tersebut.

Dengan semua upaya melalui program dan dukungan semua pihak, mampukah Jambi menjadi daerah mandiri pangan?, kita tunggu saja lima tahun ke depan.

Pewarta: Dodi Saputra

Editor : Dodi Saputra


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2016