Jambi (ANTARA Jambi) - Provinsi Jambi genap berusia 60 tahun (1957-2017), usia itu sangat dikatakan mapan jika itu pada manusia. Namun lain halnya dengan usia daerah, dimana pembangunan berkelanjutan tidak henti-hentinya mesti digenjot untuk kemaslahatan rakyat banyak.

Diusia ke-60, Provinsi Jambi belum dikatakan daerah dengan kemajuan pembangunan yang pesat, itu terlihat belum terpenuhinya infrastruktur vital yang mampu mendongkrak perekonomian Jambi. Namun persiapan itu ternyata mulai dilakukan.

Provinsi Jambi yang telah dipimpin delapan gubernur definitif dan empat penjabat itu, saat ini siap berbenah. Dimana Gubernur Jambi Zumi Zola telah menyiapkan skema pembangunan infrastruktur yang bakal mendongkrak Jambi meski rencana itu dirasakan manfaatnya lima tahun ke depan.

Infrastruktur yang terus digaungkan provinsi ini adalah peningkatan tiga Bandar Udara (bandara) dan dua pelabuhan yang salah satunya masuk poros maritim.

Dua pelabuhan yang akan dibangun yakni pelabuhan Muarasabak dan Pelabuhan Samudera Ujung Jabung. Kedua pelabuhan ini berada di perairan timur Jambi tepatnya di Kabupaten Tanjungjabung Timur.

Rencana pembangunan Pelabuhan Muarasabak itu sudah ada sejak jaman gubernur dua periode Zulkifli Nurdin (akhir jabatan 2010) yang tak lain adalah ayah kandung Zumi Zola Gubernur Jambi periode ini. Namun pembangunan pelabuhan dimasa kepimpinan Zulkifli tidak selesai.

"Ini kan aset, kalau tidak digunakan mubazir, lokasinya cukup bagus. Saya sudah bicarakan dengan pihak Pelindo II tentang bagi-bagi tugas pembangunannya," kata Gubernur Jambi Zumi Zola belum lama ini.

Zola mengungkapkan, rencananya Pelindo II membangun pelabuhan di atas lahan 200 hektare, sedangkan Pemprov Jambi membangun jalan menuju pelabuhan sepanjang 60 kilometer.

"Kami sedang mendorong ini ke Kementerian Pekerjaan Umum (PU) karena ini jalan untuk pelabuhan, membutuhkan biaya besar. Jadi kita bagi-bagi kewenangan," ujarnya.

Zola berharap pembangunan Pelabuhan Muara Sabak cepat teralisasi agar bisa mendukung Pelabuhan Talang Duku di Kabupaten Muarojambi yang sudah ada, serta Pembangunan Ujung Jabung yang masuk poros maritim itu juga bisa berjalan.

Sedangkan Pelabuhan Samudera Ujung Jabung di Kecamatan Sadu, ditargetkan selesai tahun 2020 dan perencanaan pembangunan ini sudah ada sejak jaman gubernur periode 2010-2015 Hasan Basri Agus. Namun kata Zola jangan sampai Jambi kalah waktu hanya karena menunggu pembangunan Ujung Jabung selesai.

"Ujung Jabung tetap dilakukan pembangunannya, tetapi biayanya tidak sedikit, ada 4.200 hektare lahan. Artinya waktunya pun tidak akan singkat untuk membangun, sedangkan sekarang MEA sedang berlangsung. Kalau kita menunggu Ujung Jabung maka kita akan kalah waktu," katanya.

Dia mencontohkan, Kota Sungaipenuh dan Kabupaten Kerinci yang merupakan penghasil Kayu Manis bahkan sudah ekspor ke Eropa kewalahan mengirim hasil produksi karena Jambi belum memiliki pelabuhan yang refresentatif.

"Kayu Manis itu sekarang dikirim melalui pelabuhan di provinsi tetangga, dampaknya provinsi tetangga mengklaim itu hasil produksi mereka. Jadi kita rugi banyak, petani rugi Pemprov Jambi juga rugi," ujarnya.

Sebab itu kata Zola dirinya sangat mendorong mana pelabuhan yang pembangunannya bisa lebih cepat dari Ujung Jabung yang ditargetkan selesai pada tahun 2020 itu.

"Yang saat ini kondisinya memungkinkan adalah pelabuhan Muarasabak. Pelabuhan Ujung Jabung itu pelabuhan internasional dan saat ini saya masih harus mencari investor untuk membangun pelabuhan itu. Kalau dengan APBD itu tidak mungkin," kata Zola.

Pemprov Jambi terus berupaya mendatangkan investor untuk berinvestasi di Jambi dengan meyakinkan investor bahwa yang ditawarkan Jambi dari segi bisnis sangatlah menguntungkan. "Pemerintah semangatnya tidak lain tidak bukan untuk mensejahterakan masyarakat di Jambi," katanya.

Sedangkan untuk bandara, Pemerintah Provinsi Jambi akan fokus mengembangkan tiga bandara pada 2017 dalam upaya meningkatkan perekonomian daerah dan pariwisata di wilayah itu.

Untuk bandara induk yakni Sultan Thaha rencanya ditingkatkan menjadi bandara internasional. Kemudian dua bandara di kabupaten yakni Kerinci dan Bungo ditingkatkan fasilitas pendukungnya. Khusus Bandara Depati Parbo Kerinci wajib dikembangkan karena kabupaten itu telah ditetapkan menjadi 'branding' pariwisata Jambi.

"Presiden sangat peduli sekali dengan pariwisata, apalagi Kerinci sudah menjadi `branding` pariwisata Jambi. Tentu untuk meningkatkan pariwisata Kerinci pengembangan infrastruktur yang paling tepat adalah bandara," kata Zumi Zola.

Gubernur mengatakan bahwa dirinya sudah menghadap Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, guna berkoordinasi terkait pengembangan Sektor Perhubungan Jambi ke depan. Dari pertemuan itu Zola mengatakan Jambi dipandang sangat potensial sekali untuk pengembangan perekonomian secara khusus pada sektor Perhubungan.

"Pertemuan dengan Menteri Perhubungan itu menindaklanjuti pembicaraan dengan bapak Presiden beberapa waktu lalu terkait keingginannya mengembangkan bandara-bandara kecil, khususnya di Jambi," kata Zola.

Dia menjelaskan, untuk Bandara Sultan Thaha Jambi diupayakan bertaraf internasional. Itu terlihat dari rencana pembangunan dua terminal di Bandara Sulthan Thaha yang seharusnya dilakukan pada 2019, dimajukan pembangunannya tahun 2017 dan 2018 kembali dibangun lagi dua terminal. Landasan pacu (runway) dari 2.220 meter juga akan diperpanjang menjadi 2.600 meter.

"Ini langkah awal untuk menunjang Bandara Sultan Thaha Jambi menjadi bandara internasional, kita harus lengkapi persyaratannya. Di samping itu Jambi harus ada tujuan yang diinginkan para wisatawan yaitu wisata Kerinci. Dan untuk menunjang itu fasilitas bandara di sana harus dibenahi," katanya menjelaskan.

Di samping itu, sudah banyak maskapai yang bersedia terbang dari dan ke Jambi via Bandara Sultan Thaha jika semua fasilitas telah disiapkan. "Kita rencananya buka penerbangan Jambi-Solo, Jambi-Bandung dan Jambi-Padang. Sebab itu ini perlu dikembangkan," tegasnya.

Selain itu diupayakan adanya frekuensi penerbangan internasional, mengingat banyaknya penduduk provinsi itu berpergian ke luar negeri. Yakni ke Singapura dan Malaysia, namun selama ini melalui Bandara Batam atau Bandara Soekarno Hatta.

Selain pembangunan infrastruktur, Pemerintah Provinsi Jambi juga tengah memantapkan pembentukan tata ruang wilayah Kawasan Strategis Pantai (KSP) Timur Jambi, sebagai pendukung pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di daerah ini.

Kawasan strategis pantai timur itu yakni di Kabupaten Tanjungjabung Barat dan Tanjungjabung Timur. Itu sejalan dengan rencana pembangunan pelabuhan yakni Pelabuhan Muarsabak dan Ujung Jabung.

Dua pelabuhan itu merupakan pendukung bagaimana dua wilayah tersebut menjadi kawasan strategis untuk meningkatkan perekonomian di Jambi.

Wakil Gubernur Jambi Fachrori Umar mengatakan bahwa pemerintah provinsi ini tetap mendorong pembentukan kawasan ekonomi khusus di wilayah pantai timur itu.

"Terbentuknya kawasan ekonomi khusus tersebut, kami upayakan melalui kerja sama secara intensif dengan Kementerian Perhubungan untuk percepatan penyelesaian pembangunan Pelabuhan Ujung Jabung dan Muarasabak," kata Fachrori.

Dikatakannya, secara simultan Pemprov Jambi juga berupaya melakukan percepatan pembangunan akses jalan menuju Pelabuhan Ujung Jabung yang dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Urusan jalan tersebut telah menjadi kewenangan pemerintah pusat.

Sedangkan untuk pembentukan kawasan industri di wilayah timur Provinsi Jambi, pihaknya sedang melakukan studi kelayakan pengembangan kawasan industri seluas kurang lebih 198 hektare yang lahannya merupakan milik pemprov ini, yang berbatasan dengan areal kawasan Pelabuhan Muarasabak milik Pelindo II.

"Dari hasil studi kelayakan tersebut diharapkan dapat rekomendasi yang realistis terkait dengan rencana pengembangan kawasan ekonomi pada lokasi tersebut," katanya menjelaskan.

Tidak hanya itu, untuk meningkatkan konektivitas dengan kawasan Pelabuhan Ujung Jabung, Pemprov Jambi juga telah menganggarkan LARAP dan amdal pembangunan rel kereta api penghubung `railway` Sumatera, dengan jalur rel kereta api menuju kawasan Ujung Jabung.

Sementara pembangunan infrastruktur umum, Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Jambi telah menyiapkan program khusus di tahun 2017 sebagai upaya mensukseskan program Jambi Tuntas yang diusung Gubernur Jambi Zumi Zola dan Wakil Gubernur Jambi Fachrori Umar.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jambi Dodi Irawan mengatakan, program khusus itu yakni meningkatkan sarana dan prasarana jalan dan akses-akses transportasi serta sentral perekonomian di Provinsi Jambi.

"Kita akan meningkatkan sarana dan prasarana jalan beserta akses. Contoh akses ke Pelabuhan di wilayah timur Jambi, akses ke bandara dan akses untuk ketahanan pangan. Juga untuk angkutan transportasi sentral-sentral perekonomian," kata Dodi.

Saat ini katanya kondisi jalan mantap di Provinsi Jambi mencapai 72 persen dari jumlah ruas jalan sepanjang 1.129 kilometer.

"Kondisi jalan mantap itu akan tetap kita pertahankan dan dengan anggaran yang ada kita bisa tingkatkan persentase ruas jalan provinsi dengan kondisi mantap," katanya.

Dia mengungkapkan, sesuai dengan visi-misi gubernur Jambi, Dinas PU diwajibkan memelihara kondisi jalan dan pembangunan akses-akses jalan dalam menunjang perekonomian daerah.

"Kondisi jalan mantap bertujuan agar proses pengangkutan barang dan jasa dari dan menuju Jambi menjadi lancar dan mendukung daerah ketahanan pangan serta mendukung daerah pariwisata," katanya menjelaskan.

Selain itu, lanjutnya, Pemprov juga mendukung pembangunan akses jalan di daerah-daerah perbatasan antara Provinsi Jambi dan provinsi tetangga.


Pertumbuhan Ekonomi

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, V Carlusa menyebutkan bahwa perekonomian Jambi triwulan-III 2016 tumbuh sebesar 4,03 persen (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang hanya 3,57 persen.

"Namun angka pertumbuhan triwulan-III itu relatif lebih rendah bila dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 2015 yang mencapai 4,38 persen. Angka ini juga lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,02 persen (yoy)," kata Carlusa.

Saat pertemuan tahunan Bank Indonesia 2016 di salah satu hotel di Jambi itu belum lama ini, Carlusa juga mengatakan pertumbuhan perekonomian Jambi triwulan-III 2016 ini juga lebih rendah dari perkiraan awal atau sedikit tertahan oleh kontraksi sektor pertambangan dan pengendalian.

Sedangkan inflasi Provinsi Jambi triwulan-III 2016 tercatat sebesar 3,86 persen (yoy) atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya 3,38 persen dan lebih tinggi dari inflasi nasional yang hanya 3,07 persen (yoy).

"Inflasi Provinsi Jambi merupakan komposit dari inflasi Kota Jambi sebesar 3,93 persen dan inflasi Kabupaten Bungo sebesar 3,20 persen (yoy)," kata Carlusa.

Dijelaskannya, kenaikan tingkat inflasi di Kota Jambi utamanya didorong inflasi pada kelompok bahan pangan bergejolak yang tinggi sebesar 5,24 persen, lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang hanya 4,38 persen.

"Kenaikan inflasi kelompok tersebut utamanya disebabkan kenaikan harga cabai merah, beras dan daging ayam," ujarnya.

Sementara inflasi Provinsi Jambi triwulan-IV kata Carlusa diperkirakan dikisaran 4,56-4,97 persen (yoy) atau ada peningkatan dari triwulan sebelumnya maupun realisasi inflasi tahun 2015.

Inflasi Kota Jambi diperkirakan berada pada kisaran 4,69-5,09 persen, sedangkan inflasi Bungo diperkirakan berada pada kisaran 3,90-4,30 persen (yoy).

"Kenaikan inflasi tersebut utamanya disebabkan proyeksi tingginya inflasi beberapa komoditas pangan seperti cabai merah dan bawang merah pada akhir tahun 2016," jelasnya.

Di samping itu, BI katanya siap mendukung pemerintah Jambi untuk menggali sektor-sektor yang menjadi keunggulan daerah dalam upaya membangun industri domestik di daerah itu.

"Dari sisi spasial, pembangunan daerah perlu diselaraskan dengan kekhasan setiap daerah, terkait potensi yang dimiliki tiap daerah berbeda-beda," kata Carlusa.

Menurutnya potensi dimiliki Jambi di antaranya industri maritim dan perkapalan, optimalisasi kapabilitas dan pengolahan industri perkebunan seperti kelapa sawit, karet dan kopi serta penguatanindustri batu bara dan minyak bumi.

"Penguatan sektor maritim semakin bermakna jika industri kapal dan infrastruktur pelabuhan sebagai `enabler` dapat dipadukan dengan sebuah ekosistem kawasan ekonomi yang saling terkoneksi," katanya.

Sektor lain yang juga menjadi perhatian, kata Carlusa adalah pemanfaatan ekonomi digital karena dapat mendorong percepatan reformasi struktural. Dimana ekonomi digital mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam dua dasawarsa terakhir.

Hal ini menurutnya tergambar dari jumlah pengguna internet yang semakin bertambah dan nilai investasi dalam bidang telekomunikasi yang cukup tinggi terutama di Asia.

Menurut dia dari sektor internal perlu terus membangun industri domestik yang kuat sehingga saat ekonomi global bangkit, kita tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

"Sedangkan dari sektor internal, kita perlu menyiapkan berbagai sektor unggulan yang berdaya saing di pasar global. Tentunya daya saing yang ditopang oleh produktifitas, bukan semata dari faktor nominal seperti nilai tukar," katanya.

Dia menambahkan adanya tantangan jangka pendek dan struktural tersebut menuntut semua kalangan untuk terus mencari strategi, yang secara simultan dapat mengoptimalkan potensi domestik yang ada sekaligus mereduksi berbagai tantangan yang masih mengemuka.

Bertambahnya usia Provinsi Jambi diharapkan mampu melewati tantangan pembangunan untuk menjadi daerah maju disegala bidang. Selamat HUT ke-60 Provinsi Jambi. (Dodi Saputra)

Pewarta: Dodi Saputra

Editor : Dodi Saputra


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2017