Jambi, Antarajambi.com - Wilayah Kabupaten Sarolangun Provinsi Jamb terutama wilayah hilir yang terdiri dari tiga kecamatan yaitu, Kecamatan Pauh, Air Hitam dan Kecamatan Mandiangin dinyatakan termasuk daerah yang rawan dengan konflik lahan.
"Berdasarkan pendataan, wilayah yang cukup tinggi konflik di Sarolangun adalah wilayah hilir, dalam catatan kita sedikitnya ada 8 wilayah konflik yg melibatkan sedikitnya 10 desa," Kata Umi Syamsiatun koordinator knowledge manajemen and networking Yayasan CAPPA-Keadilan Ekologi Jambi LSM Mitra Kementerian Kehutanan Republik Indonesia di Sarolangun, Rabu.
Ia mengatakan catatan Yayasan CAPPA, tahun 2010 hingga tahun 2016 sedikitnya terdapat 112 konflik yang terjadi di sektor kehutanan dengan berbagai varian konflik yang melibatkan masyarakat dengan masyarakat, masyarakat dengan perusahaan, masyarakat dengan Negara bahkan masyarakat dengan satwa dengan luas lahan konflik lebih dari 245.000 ha yang tersebar diseluruh Kabupaten di Provinsi Jambi.
Sementara itu di Kabupaten Sarolangun sedikitnya terdapat delapan wilayah yang terjadi konflik lahan terutama antara masyarakat dengan pemegang izin (perusahaan) disektor kehutanan dengan luas lahan konflik mencapai 24.531 Ha yang tersebar diseluruh Kecamatan.
Kecamatan Mandiangin merupakan salah satu kecamatan dengan wilayah konflik di sektor kehutanan yang relatif besar. Pihaknya mencatat sedikitnya terdapat 10 Desa yang saat ini terlibat konflik dengan perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang ada di Kecamatan Mandiangin.
"Selain Mandiangin, Kecamatan Air Hitam juga termasuk yang paling rawan, terlebih lagi saat ini wilayah itu termasuk yang paling banyak Perusahaan Perkebunan Sawit, dengan penguasaan terbesar hingga ratusan ribu hektar oleh Sinar Mas Group," katanya.
Ia menjelaskan Wilayah pertama adalah wilayah Guruh Baru Induk dan wilayah kedua adalah wilayah Sialang Batuah. Wilayah Guruh Baru Induk merupakan wilayah perladangan masyarakat Guruh Baru yang masyarakatnya tinggal di dusun I, II, III, IV dan V Desa Guruh Baru dan Wilayah Sialang Batuah adalah wilayah dusun dan perladangan dari Dusun VI, VII dan VIII Desa Guruh Baru yang terletak sekitar 15 Km dari Desa Induk Guruh Baru.
Dusun Sialang Batuah merupakan perkampungan yang dibangun pada tahun 2007 secara swadaya oleh masyarakat, dimana wilayah Sialang Batuah pada awalnya merupakan wilayah Baume atau wilayah perladangan masyarakat Mandiangin sejak jaman dahulu.
"Wilayah Sialang Batuah menjadi bagian dari desa Guruh Baru pada tahun 2011 dengan luas keseluruhan wilayah (3 Dusun) 2.308 Ha yang dibagi dalam beberapa peruntukan seperti wilayah pemukinan, lokasi fasilitas umum, perladangan, lahan kolektif dan wilayah konservasi. Dengan karakter masyarakat 100% sebagai petani yang menggantungkan hidup pada tanah," kata Umi.
Selain itu katanya wilayah hulu Sarolangun juga ada izin baru perusahaan HTI dimana lokasi yang menjadi dua perusahaan itu berada di kebun bahkan dusun masyarakat adat disana.
"Sementara kalau wilayah hulu masih potensi dan kita yakin jika potensi konflik ini tidak di sikapi dengan tepat juga bisa jadi konflik terbuka" katanya.
Ketika ditanya oleh awak media tentang pendekatan resolusi konflik untuk menangani konflik yg sudah terjadi dan potensi konflik yang belum muncul Umi menjelaskan bahwa ada tiga pendekatan yang akan dilakukan.
"Untuk wilayah yang sudah ada klaim hutan adat kita akan dorong tingkatkan pengakuan dari menteri LHK yaitu SK pengukuhan hutan adat untuk wilayah konflik yg sudah ada ijin kita akan dorong mediasi dan untuk wilayah yang belum ada ijin kita akan dorong perhutanan sosial. Dan dukungan dari pemerintah daerah menjadi kunci keberhasilan dari kerja-kerja penyelesaian konflik yang kami lakukan ini," katanya menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2017