BAGI masyarakat petani yang tinggal dekat aliran sungai Batanghari, kemunculan ikan mudik merupakan pertanda baik bagi waktu tanam padi mereka di huma. Ikan mudik sejatinya adalah jenis ikan saluang yang berenang melawan arus menuju hulu karena telah terseret terbawa banjir ke hilir pada saat  air sungai di hulu meninggi.

Kemunculan ikan mudik dlm jumlah yang banyak dulu biasanya menandai bahwa masa hujan hujan besar dan banjir dari hulu sudah berakhir dan petani bisa mulai menyemai bibit padi dan tak lama lagi bertanam. Masyarakat petani meyakini pertanda alam itu sebagiamana telah turun temurun berlangsung dan merupakan ajaran leluhur, seperti di Jawa orang mengenalnya dengan "pranoto mongso".

Namun kini nyatanya hujan besar di hulu tetap masih bisa terjadi meski ikan mudik sudah muncul. Bibit yang sudah disemai masih bisa terhanyut oleh banjir sungai yg menggenang huma petani.

Hal itu disampaikan Dadang, petugas penyuluh lapangan pertanian (PPL) dari Rantau Puri. Ia menyebut dua kali petani membibit dua kali bibit terhanyut air banjir di Rantau Puri Jambi karena tidak mengindahkan informasi  perkembangan awal musim dari BMKG Jambi. Kondisi berbeda dengan petani di Pematang Pulai yang sudah mengikuti perkembangan informasi iklim BMKG seperti disampaikan Rabai, PPL Desa Pematang Pulai.

Cerita tentang kearifan lokal pegangan masyarakat yang sudah tidak lagi berpola itu terungkap pada saat Focus Group Discussion (FGD) Sekolah Lapang Iklim yang diselenggarakan Stasiun Klimatologi Muaro Jambi di Hotel Golden Harvest  pada tanggal 14 - 16 Mei 2018. Tema FGD itu adalah _"Percepatan Pemanfaatan Informasi Iklim Guna Meningkatkan Produksi Pertanian dan Strategi Pengambilan Keputusan Melalui Pelaksanaan Kegiatan SLI di Provinsi Jambi"_.

Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Pusat  Siswanto yang hadir memberikan materi pada acara FGD tersebut juga mengungkap beberapa catatan dari diskusi 12 peserta FGD yang merupakan alumni dari kegiatan SLI tahap 2 dan 3 tahun lalu di Provinsi Jambi, diantaranya: petani merasa dengan memanfaatkan informasi BMKG, kecemasan petani menjadi berkurang terhadap risiko kegagalan pertanian mereka.

Hampir semua peserta sepakat bahwa mereka dan petani terus mengharapkan bimbingan dari BMKG dan Petugas Pertanian agar supaya jangan sampai terputus informasinya dan pelaksanaan SLI terus dilangsungkan, bahkan ditambah di lokasi lokasi lainnya yang merupakan sentra pangan atau daerah yang paling besar risiko pertaniannya.

Peserta mengharap agar SLI dapat dilaksanakan di wilayah Bungo yang memiliki varietas padi gogo 1.000 hektar. Selain itu SLI juga diharapkan kedepan dapat dipraktikkan untuk pertanian hortikultura dan budi daya ikan di daerah Kerinci.

Peserta juga mengusulkan untuk menambah materi pertanian yang lebih ramah lingkungan di dalam SLI mendatang sebagai bentuk aksi nyata mengurangi emisi Gas Rumah Kaca dan dampak pemanasan global.

Lili Suryani dari Kelompok Tani Mekarsari 1 menceritakan bahwa hasil ubinan yang dilakukan pada saat SLI, kini poduktivitas hasil pertanian mereka meningkat dari 3.8 menjadi 8.9 ton/ha, dengan total rata rata 5,5 ton/ha. Karena produksi untuk kebutuhan lokal melimpah penjualan hasil panen malah bisa dijual ke luar daerah.

Katanya, dengan SLI petani kini makin paham, bahwa huma mereka yang terletak di daerah aliran sungai Batanghari berbentuk seperti cekungan, sehingga memiliki kandungan air lapang dan air tanah yang cukup besar. Dengan memanfaatkan informasi iklim dan neraca air lahan, kini, misalnya, di daerah Kedotan, yang tadinya dalam setahun hanya terbiasa tanam satu kali, saat ini Kedotan sudah bisa tanam dua kali yaitu setelah Juli sebanyak 50 hektar area sudah mencoba turun tanam kali yang ke dua.

SLI telah mengubah persepsi petani untuk melibatkan informasi iklim dan cuaca BMKG dalam kegiatan pertanian mereka.  Lili Suryani menambahkan, BMKG akan terus diundang pada saat Rapat Tanam untuk memberikan pendapat dan informasi terkait perkiraan peluang kondisi kering dan banjir untuk menentukan waktu tanam, melengkapi doa dan Yaasiin yang mereka bacakan. Nyatanya informasi BMKG mempermudah petani mengambil keputusan berkegiatan di huma, dan dengan kemajuan teknologi komunikasi (Grup WA), kini   keterhubungan informasi malah lebih mudah.

Pada hari dan tempat yang sama, Stasiun Klimatologi Muaro Jambi  juga menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Agroklimat dengan tema _"Mewujudkan Masyarakat Petani yang Peduli dan Tanggap Terhadap Informasi Iklim"_.

Kegiatan Sosialisasi Agroklimat diikuti oleh peserta berjumlah 25 orang, terdiri dari perwakilan Kelompok Tani, Penyuluh Pertanian, dan Kepala Desa yang belum pernah ikut SLI.

Acara dibuka secara resmi oleh Kepala Balai Besar MKG Wilayah II, Joko Siswanto, S.Sos. Turut memberi sambutan anggota Komisi V DPR RI Hj. Saniatul Latifa, S.E dan Kepala Stasiun Klimatologi Muaro Jambi Syafrinal, S.H.

Acara pembukaan dihadiri juga oleh Perwakilan Kepala Kepolisian Daerah Jambi, Perwakilan Komandan Resort Militer 042 Garuda Putih, Dinas Ketahanan Pangan, BPTPH Jambi, BPBD Provinsi Jambi, BPDas Batanghari, BWS Sumatera VI, Stasiun LPP Antara dan Pejabat BMKG Provinsi Jambi.

Materi Sosialisasi Agroklimatologi terdiri dari Pengenalan dan Pemahaman Iklim dan Informasi Iklim, Sekolah Lapang Iklim, dan Pemanfaatan Informasi Iklim untuk Kalender Tanam dan Perkembangan Organisme Pengganggu Tanaman yang disampaikan oleh Stasiun Klimatologi Muaro Jambi, Siswanto M.Sc dari Bidang Diseminasi Informasi Iklim BMKG Pusat serta nara sumber lainnya dari BPTPH dan BPTP.

Dalam arahan pembukaannya Kepala Balai Besar MKG Wilayah II, Joko Siswanto, S.Sos. mengatakan, "SLI berperan dalam usaha mewujudkan kedaulatan dan ketahanan pangan Indonesia, melalui SLI Informasi Iklim dapat disebarluaskan kepada berbagai kalangan dalam bentuk informasi yang mudah dipahami dan dimengerti, termasuk kepada petani untuk lebih bisa menggunakan informasi Iklim sebagai pengambilan keputusan dalam kegiatan tanam dan aktivitas di huma sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan penguatan ketahanan pangan di Provinsi Jambi".

Anggota Komisi V DPR RI  Hj Saniatul Latifa SE MM, dalam sambutannya menyatakan sangat mengapresiasi Kegiatan Sekolah Lapang Iklim dan Sosialisasi Agroklimat yang dilaksanakan dan berharap kegiatan ini dapat memberikan pemahaman kepada petani mengenai informasi Iklim dan musim tanam yang penting dalam menghindarkan petani dari bencana iklim di sektor pertanian.

Kegiatan Sosialisasi Agroklimat dan FGD SLI berakhir hari Rabu, 16 Mei 2018.

(Penulis Arif Ma'rufi, Forecaster senior Staklim Muaro Jambi)




 

Pewarta: -

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2018