Jambi (Antaranews Jambi)- Tim Ahli Cagar Budaya Nasional (TACBN) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menilai, Organisasi PBB bidang Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan atau UNESCO masih sulit untuk menetapkan kawasan Percandian Muarajambi sebagai situs warisan dunia.

"UNESCO mau menetapkan dan mengakui tidak gampang, karena di kawasan percandian Muarajambi itu masih banyak persoalan, salah satunya pengelolaan kawasan itu belum tertata dengan baik," kata Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Nasional, Soeroso di Jambi, Minggu.

Kawasan percandian Muarojambi di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi sebelumnya pada tahun 2010 telah didaftarkan ke organisasi pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB (Unesco) sebagai salah satu warisan dunia.

Nomor registrasi untuk Candi Muarojambi adalah 5695, Candi Muarojambi menjadi sekian banyak kekayaan budaya di Indonesia yang diajukan ke UNESCO sebagai warisan dunia.

Namun kawasan percandian yang diperkirakan berdiri sekira abad XI itu hingga kini belum diakui dan ditetapkan UNESCO sebagai situs warisan dunia.

"Usulan kepada UNESCO itu harus diawali perbaikan manajemen, perbaikan kawasan. Kalau manajemen pengelolaan kawasan tidak ada atau tidak segera diperbaiki tentu tidak bisa diakui UNESCO sebagai warisan dunia," katanya menjelaskan.

Baca juga: "Oom Pasikom" telah berpulang
Baca juga: Kerja sama pengelolaan kawasan wisata Pulau Berhala

Sebab itu TACBN tersebut juga berupaya mencari solusi dan mengingatkan kepada pemerintah daerah agar memahami penyelarasan pelestarian di kawasan percandian itu. Pasalnya di sekitar kawasan tersebut juga semakin terdesak dengan kehadiran industri.

"Sekarang persoalan manajemen sangat komplikated, karena bangunan candi itu masuk dalam satu kawasan yang sangat luas, dan siapa yang akan memanage (mengurus) itu harus jelas," katanya menjelaskan.

Sementara itu, lokasi kawasan percandian Muarajambi berdasarkan SK 259/M/2013 itu memiliki luas 3.981 hektare are yang tersebar pada kecamatan dan delapan desa.

Kawasan itu terbentang sepanjang 7,5 kilometer di sepanjang tepian aliran Sungai Batanghari. Kemudian dibeberapa titik tepian Sungai Batanghari terdapat kanal-kanal kuno yang menghubungkan Sungai Batanghari dengan kawasan itu.

Kawasan percandian Muaro Jambi menurut Arkeolog dulunya merupakan satu kawasan pusat pendidikan Agama Budha. Berdasrkan sejumlah catatan yang ditemukan Maha Guru Buddha Atisha dari Tibet pernah tinggal menetap dan belajar di Candi Muarojambi, Sumatera, selama 11 tahun lamanya atau sekitar tahun 1011-1023 Masehi.

Disamping itu menurut Tim Ahli Cagar Budaya Nasional itu terdapat 123 pinggalan sejarah mulai dari kanal kuno, candi dan menapo. Dan jumlah tersebut baru yang diduga tim ahli sehingga diperkirakan jumlah peninggalan itu bisa lebih banyak.

Baca juga: Fasha pastikan Danau Sipin destinasi wisata unggulan

 
Saat ini sudah ada delapan bangunan candi yang telah dilakukan ekskapasi atau pemugaran dan pelestarian secara intensif oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi.***


 

Pewarta: Gresi Plasmanto

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2018