Cibinong, Bogor, (Antaranews Jambi) - Taman Safari Indonesia (TSI), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, terus berupaya melakukan konservasi dan pengembang-biakan satwa langka.

"Pengembang-biakan ini sudah mendapatkan lisensi dari pemerintah pusat ataupun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melakukan pengembangbiakan di sekitar area TSI," kata Direktur Utama TSI Kabupaten Bogor, Jansen Manansang di Cisarua, Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor, Sabtu.

Menurut dia, untuk saat ini satwa langka yang sedang dilakukan pengembangbiakan di antaranya burung elang Jawa, komodo, panda dan kaswari.

Ia menyebutkan pengembangan satwa yang hampir punah dan dilindungi meman memang harus dilakukan sebagai salah satu menyeimbangkan alam semesta.

Taman Safari melakukan pengembangbiakan menggunakan dua cara yaitu alami dan berbasis teknologi. Namun pada dasarnya pengembangbiakan lebih mengutamakan secara alami.

Tetapi bila hal tersebut tidak berhasil atau pengembangbiakan kurang memenuhi perayaratan maka alternatif kedua dengan cara berbasis teknologi dengan sistem penyuntikan benih ke sel telur betina.

"Dua cara itu sudah lazim dilakukan dalam reproduksi pengembangbiakan pada hewan. Pasalnya belum ada cara lain yang lebih mutakhir," katanya.

Ia menambahkan, pihaknya juga akan melakykan penngembangbiakan panda.  Taman Safari Bogor saat ini merayakan satu tahun kedatangan panda asal Tiongkok yang bernama Cai Tao (jantan) dan Huchun (betina).

Panda Jantan sudah berusia delapan tahun dan sudah siap untuk kawin dengan betinanya yang berusia tujuh tahun.

Namun dalam pengembangbiakan itu dilakukan secara perlahan-lahan agar betinanya tidak merasa ada perubahan dan stres.

"Nanti akan dilakukan pengembangbiakan agar regenerasi panda dapat berjalan dengan baik, dan keberadaan hewan tersebut tidak cepat punah," katanya.  

Jansen menjelaskan TSI merupakan taman satwa memperoleh kepercayaan untuk melakukan konservasi dan pengembangbiakan.

Menurut dia, dalam pengembangbiakan hewan tidak hanya betlaku pada hewan yang hampir punah semata. Namun lebih mengutamakan untuk hewan yang keberadaannya di alam bebas dan tidak banyak.

Pewarta: Mayolus Fajar Dwiyanto

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2018