Desa Sungai Kelik, Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, dapat dijadikan salah satu potret warga yang hidup di daerah perbatasan Indonesia dengan Malaysia.
Akses infrastruktur yang serba terbatas membuat sebagian warga desa itu memilih memenuhi kebutuhan hidupnya di Malaysia. Baik bekerja maupun berbelanja.
Celik, salah seorang warga Desa Sungai Kelik mengakui hingga kini masih sering berbelanja ke Kampung Kuare, Sarawak, Malaysia. Harga barang yang terjangkau serta jarak yang jauh lebih dekat bila dibandingkan harus berbelanja ke Sintang, ibu kota Kabupaten Sintang, menjadi alasan utama.
Warga terbiasa berjalan kaki ke Kampung Kuare. Cukup dua jam perjalanan. Ia berbelanja beras, minyak goreng, gula, kopi, bawang dan lainnya.
Seminggu sekali ia dan warga lain di Desa Sungai Kelik berjalan kaki ke Kampung Kuare.
Celik sehari-hari bekerja sebagai petani karet. Harga karet yang hanya sekitar Rp6 ribu per kilogram, membuat bebannya semakin berat. Sementara harga kebutuhan pokok yang dijual di desanya, cukup tinggi. Berbelanja di Kampung Kuare adalah pilihan yang lebih logis baginya.
Ia pun harus mengendalikan uang hasil penjualan karet agar mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam sehari, kebun karetnya hanya menghasilkan tujuh kilogram saja atau sekitar Rp42 ribu. Suami Celik bekerja sebagai buruh tani di Malaysia.
Sementara itu, Yosep Yusyulis warga Dusun Semujan, Desa Sungai Kelik menambahkan, walau masih ada warga yang berbelanja ke Malaysia, namun dengan tersedianya akses jalan di perbatasan perlahan-perlahan juga dapat membantu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Menurut Yosep, kalau terus ditingkatkan maka ketergantungan dengan Malaysia bisa dikurangi.
Setidaknya, ujar dia, mereka tidak merasa sendiri. Terlebih lagi dengan kunjungan para petinggi TNI serta rombongan pemerintah baik pusat, provinsi dan kabupaten di Kalbar ke Desa Sungai Kelik membuat Yosep menilai bahwa pemerintah dan TNI/Polri hadir di tengah-tengah mereka.
Pemerintah melalui TNI juga kehadirannya sangat membantu terutama dalam menjaga kenyamanan dan keamanan di daerah perbatasan tersebut.
Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-73 TNI, para petinggi dari tiga angkatan di Kalimantan Barat mengunjungi wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia.
Tujuannya ke Desa Nanga Bayan dan Sungai Kelik di Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang, Kalbar dari tanggal 16 hingga 20 September lalu.
Mulai dari Pangdam XII/Tpr Mayjen TNI Achmad Supriadi, Kasdam XII Tanjungpura Brigjen TNI Alfret Denny D Tuejeh, Danlanud Supadio Marsma TNI Minggit Tribowo, Danlantamal XII Pontianak, Laksma TNI Gregorius Agung serta Danrem 121 /ABW Brigjen TNI Bambang Ismawan.
Dari Udara
Pemerintah terus membangun wilayah perbatasan Indonesia - Malaysia. Terutama dari sisi infrastruktur darat. Dalam kunjungan tersebut, sejumlah media mendapat kesempatan untuk melihat secara langsung pembangunan jalan paralel perbatasan dari udara.
Rombongan media didampingi Asops Kasdam XII Tpr Kolonel Inf Elkines Villando Dewangga, Kapendam XII/Tpr Letkol Inf Aulia Fahmi Dalimunthe dan Dansatgas Pamtas RI-Malaysia dari Yonif 320/Badak Putih Letkol Inf Imam Wicaksono.
Tampak dari udara, terbentang lebar jalan paralel yang di kiri dan kanannya masih berupa hutan lebat. Jalan tersebut masih dalam tahap pembangunan namun dapat dilalui kendaraan.
Pangdam XII/Tpr Mayjen TNI Achmad Supriadi pada saat sarapan pagi bersama sebelum berangkat ingin agar apa yang dilakukan pemerintah di perbatasan dapat disampaikan secara luas. Salah satunya pembangunan jalan paralel perbatasan.
Adanya jalan paralel tersebut nantinya diharapkan dapat mengatasi keterbatasan warga di perbatasan. Kesan terisolir, tertinggal dan susah akses layanan publik secara perlahan terhapuskan.
Sekitar 45 menit penerbangan di perbatasan sambil melihat sejumlah ruas jalan paralel yang tengah dibangun, rombongan tiba di Pos Nanga Saran. Ini adalah pos terdepan TNI di perbatasan Indonesia - Malaysia di Kalbar.
Dari pos tersebut, untuk menjangkau kampung terdekat di wilayah Indonesia, butuh waktu seharian. Pagi berangkat baru tiba sore hari. Namun jika ke Sarawak, kampung terdekat namanya Lancau, hanya perlu waktu dua jam berjalan kaki.
Para prajurit di pos tersebut, tugasnya melakukan patroli dan mengecek patok batas. Sejauh ini, tidak ditemukan adanya pergeseran patok batas negara di wilayah itu.
Fase operasi pengecekan patok batas juga sudah mencapai 52 persen dari target yang terus dilaporkan ke Kodam XII Tanjungpura, kata Dansatgas Pamtas RI-Malaysia dari Yonif 320/Badak Putih Letkol Inf Imam Wicaksono.
Diserbu Warga
Untuk mendekatkan diri ke masyarakat, digelar kegiatan berobat gratis dan pembagian sembako di Dusun Belubu, Desa Nanga Bayan, Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang.
Cuaca mendung berangsur hujan tidak menghalangi warga yang berbondong-bondong mendatangi lapangan tempat kegiatan.
Puluhan dokter, bidan, dan tenaga medis lainnya disiapkan. Stok obat diperkirakan cukup untuk seribu orang.
Namun Selasa (18/9) pagi itu sejak pukul 07.00 WIB tempat pendaftaran berobat gratis penuh sesak oleh warga yang datang dari segala penjuru desa yang ada di Kecamatan Ketungau Hulu. warga yang datang diperkirakan lebih dari dua ribu orang. Siang hari,stok obat sudah ludes sementara ada warga yang belum mendapat layanan.
Cosmas, warga Dusun Belubu mengatakan, membludaknya warga tersebut mungkin dikarenakan di daerahnya baru pertama kali dilakukan pengobatan gratis seperti yang dilakukan TNI. Selain pengobatan gratis warga juga mendapatkan pembagian paket sembako.
Selain kegiatan sosial, ada juga hiburan dengan mendatangkan artis Jakarta dan lokal. Warga merasa senang karena mendapat hiburan yang jarang ditemui di desa itu. Keterisolasian yang dialami sehari-hari pun seolah hilang.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2018
Akses infrastruktur yang serba terbatas membuat sebagian warga desa itu memilih memenuhi kebutuhan hidupnya di Malaysia. Baik bekerja maupun berbelanja.
Celik, salah seorang warga Desa Sungai Kelik mengakui hingga kini masih sering berbelanja ke Kampung Kuare, Sarawak, Malaysia. Harga barang yang terjangkau serta jarak yang jauh lebih dekat bila dibandingkan harus berbelanja ke Sintang, ibu kota Kabupaten Sintang, menjadi alasan utama.
Warga terbiasa berjalan kaki ke Kampung Kuare. Cukup dua jam perjalanan. Ia berbelanja beras, minyak goreng, gula, kopi, bawang dan lainnya.
Seminggu sekali ia dan warga lain di Desa Sungai Kelik berjalan kaki ke Kampung Kuare.
Celik sehari-hari bekerja sebagai petani karet. Harga karet yang hanya sekitar Rp6 ribu per kilogram, membuat bebannya semakin berat. Sementara harga kebutuhan pokok yang dijual di desanya, cukup tinggi. Berbelanja di Kampung Kuare adalah pilihan yang lebih logis baginya.
Ia pun harus mengendalikan uang hasil penjualan karet agar mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam sehari, kebun karetnya hanya menghasilkan tujuh kilogram saja atau sekitar Rp42 ribu. Suami Celik bekerja sebagai buruh tani di Malaysia.
Sementara itu, Yosep Yusyulis warga Dusun Semujan, Desa Sungai Kelik menambahkan, walau masih ada warga yang berbelanja ke Malaysia, namun dengan tersedianya akses jalan di perbatasan perlahan-perlahan juga dapat membantu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Menurut Yosep, kalau terus ditingkatkan maka ketergantungan dengan Malaysia bisa dikurangi.
Setidaknya, ujar dia, mereka tidak merasa sendiri. Terlebih lagi dengan kunjungan para petinggi TNI serta rombongan pemerintah baik pusat, provinsi dan kabupaten di Kalbar ke Desa Sungai Kelik membuat Yosep menilai bahwa pemerintah dan TNI/Polri hadir di tengah-tengah mereka.
Pemerintah melalui TNI juga kehadirannya sangat membantu terutama dalam menjaga kenyamanan dan keamanan di daerah perbatasan tersebut.
Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-73 TNI, para petinggi dari tiga angkatan di Kalimantan Barat mengunjungi wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia.
Tujuannya ke Desa Nanga Bayan dan Sungai Kelik di Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten Sintang, Kalbar dari tanggal 16 hingga 20 September lalu.
Mulai dari Pangdam XII/Tpr Mayjen TNI Achmad Supriadi, Kasdam XII Tanjungpura Brigjen TNI Alfret Denny D Tuejeh, Danlanud Supadio Marsma TNI Minggit Tribowo, Danlantamal XII Pontianak, Laksma TNI Gregorius Agung serta Danrem 121 /ABW Brigjen TNI Bambang Ismawan.
Dari Udara
Pemerintah terus membangun wilayah perbatasan Indonesia - Malaysia. Terutama dari sisi infrastruktur darat. Dalam kunjungan tersebut, sejumlah media mendapat kesempatan untuk melihat secara langsung pembangunan jalan paralel perbatasan dari udara.
Rombongan media didampingi Asops Kasdam XII Tpr Kolonel Inf Elkines Villando Dewangga, Kapendam XII/Tpr Letkol Inf Aulia Fahmi Dalimunthe dan Dansatgas Pamtas RI-Malaysia dari Yonif 320/Badak Putih Letkol Inf Imam Wicaksono.
Tampak dari udara, terbentang lebar jalan paralel yang di kiri dan kanannya masih berupa hutan lebat. Jalan tersebut masih dalam tahap pembangunan namun dapat dilalui kendaraan.
Pangdam XII/Tpr Mayjen TNI Achmad Supriadi pada saat sarapan pagi bersama sebelum berangkat ingin agar apa yang dilakukan pemerintah di perbatasan dapat disampaikan secara luas. Salah satunya pembangunan jalan paralel perbatasan.
Adanya jalan paralel tersebut nantinya diharapkan dapat mengatasi keterbatasan warga di perbatasan. Kesan terisolir, tertinggal dan susah akses layanan publik secara perlahan terhapuskan.
Sekitar 45 menit penerbangan di perbatasan sambil melihat sejumlah ruas jalan paralel yang tengah dibangun, rombongan tiba di Pos Nanga Saran. Ini adalah pos terdepan TNI di perbatasan Indonesia - Malaysia di Kalbar.
Dari pos tersebut, untuk menjangkau kampung terdekat di wilayah Indonesia, butuh waktu seharian. Pagi berangkat baru tiba sore hari. Namun jika ke Sarawak, kampung terdekat namanya Lancau, hanya perlu waktu dua jam berjalan kaki.
Para prajurit di pos tersebut, tugasnya melakukan patroli dan mengecek patok batas. Sejauh ini, tidak ditemukan adanya pergeseran patok batas negara di wilayah itu.
Fase operasi pengecekan patok batas juga sudah mencapai 52 persen dari target yang terus dilaporkan ke Kodam XII Tanjungpura, kata Dansatgas Pamtas RI-Malaysia dari Yonif 320/Badak Putih Letkol Inf Imam Wicaksono.
Diserbu Warga
Untuk mendekatkan diri ke masyarakat, digelar kegiatan berobat gratis dan pembagian sembako di Dusun Belubu, Desa Nanga Bayan, Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang.
Cuaca mendung berangsur hujan tidak menghalangi warga yang berbondong-bondong mendatangi lapangan tempat kegiatan.
Puluhan dokter, bidan, dan tenaga medis lainnya disiapkan. Stok obat diperkirakan cukup untuk seribu orang.
Namun Selasa (18/9) pagi itu sejak pukul 07.00 WIB tempat pendaftaran berobat gratis penuh sesak oleh warga yang datang dari segala penjuru desa yang ada di Kecamatan Ketungau Hulu. warga yang datang diperkirakan lebih dari dua ribu orang. Siang hari,stok obat sudah ludes sementara ada warga yang belum mendapat layanan.
Cosmas, warga Dusun Belubu mengatakan, membludaknya warga tersebut mungkin dikarenakan di daerahnya baru pertama kali dilakukan pengobatan gratis seperti yang dilakukan TNI. Selain pengobatan gratis warga juga mendapatkan pembagian paket sembako.
Selain kegiatan sosial, ada juga hiburan dengan mendatangkan artis Jakarta dan lokal. Warga merasa senang karena mendapat hiburan yang jarang ditemui di desa itu. Keterisolasian yang dialami sehari-hari pun seolah hilang.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2018