Jambi, (Antara) - Tangkapan belut para petani dari rawa dan perairan di kawasan Kumpeh Kabupaten Muarojambi pada musim penghujan cukup signifikan dan menjadi salah satu keunikan daerah itu.
"Pada musim penghujan, tangkapan belut dari perairan di kawasan Kumpeh cukup signifikan. Bisa mencapai 500 kilogram per hari, bahkan bisa lebih," kata Kepala Seksi Budidaya Dinas Perikanan Kabupaten Muarojambi Yanto di Sengeti, Kamis.
Ia menyebutkan hal itu merupakan salah satu keunikan daerah itu yang bisa menghasilkan belut dalam jumlah yang cukup signifikan. Musim panen belut di sana, menjadi musim yang ditunggu-tunggu oleh para petani ikan di daerah itu.
Pasalnya, kata dia panen belut itu dari alam, bukan dari budidaya. Meski demikian ada pula yang melakukan budidaya.
"Belutnya dari alam, menangkapnya dengan kail atau dengan alat tradisional warga di sana. Warga mempunyai cara untuk mendapatkan belut pada musim penghujan seperti saat ini," katannya.
Keunikan musim panen belum di kumpeh tersebut, menurut dia diharapkan menjadi keunggulan dan nilai tambah bagi para petani di daerah itu. Bahkan menurut dia bisa diupayakan menjadi bagian dari wisata edukasi bidang perikanan bagi masyarakat.
"Ada rencana untuk mengembangkan potensi tangkapan belum pada musim penghujan di kawasan itu," kata Yanto yang juga lulusan Fakultas Pertanian Universitas Jambi itu.
Selain memiliki keunikan musim panen belut pada musim penghujan, kawasan Kumpeh merupakan salah satu daerah sentra pengembangan perikanan di Kabupaten Muarojambi, baik ikan tangkap maupun ikan budidaya.
Produksi ikan budidaya dari Kumpeh sebagian besar ikan patin mencapai 60 persen, nila, gurame dan lele. Di daerah itu terdapat kawasan minapolitan atau sentra budidaya ikan antara lain di Desa Pudak, Kota Karang, Lopak Alai dan Sakean.
"Secara umum trend produksi ikan budidaya di Muarojambi meningkat setiap tahun," kata Kepala Seksi Budidaya Perikana Dinas Perikanan Kabupaten Muarojambi itu menambahkan.***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2019
"Pada musim penghujan, tangkapan belut dari perairan di kawasan Kumpeh cukup signifikan. Bisa mencapai 500 kilogram per hari, bahkan bisa lebih," kata Kepala Seksi Budidaya Dinas Perikanan Kabupaten Muarojambi Yanto di Sengeti, Kamis.
Ia menyebutkan hal itu merupakan salah satu keunikan daerah itu yang bisa menghasilkan belut dalam jumlah yang cukup signifikan. Musim panen belut di sana, menjadi musim yang ditunggu-tunggu oleh para petani ikan di daerah itu.
Pasalnya, kata dia panen belut itu dari alam, bukan dari budidaya. Meski demikian ada pula yang melakukan budidaya.
"Belutnya dari alam, menangkapnya dengan kail atau dengan alat tradisional warga di sana. Warga mempunyai cara untuk mendapatkan belut pada musim penghujan seperti saat ini," katannya.
Keunikan musim panen belum di kumpeh tersebut, menurut dia diharapkan menjadi keunggulan dan nilai tambah bagi para petani di daerah itu. Bahkan menurut dia bisa diupayakan menjadi bagian dari wisata edukasi bidang perikanan bagi masyarakat.
"Ada rencana untuk mengembangkan potensi tangkapan belum pada musim penghujan di kawasan itu," kata Yanto yang juga lulusan Fakultas Pertanian Universitas Jambi itu.
Selain memiliki keunikan musim panen belut pada musim penghujan, kawasan Kumpeh merupakan salah satu daerah sentra pengembangan perikanan di Kabupaten Muarojambi, baik ikan tangkap maupun ikan budidaya.
Produksi ikan budidaya dari Kumpeh sebagian besar ikan patin mencapai 60 persen, nila, gurame dan lele. Di daerah itu terdapat kawasan minapolitan atau sentra budidaya ikan antara lain di Desa Pudak, Kota Karang, Lopak Alai dan Sakean.
"Secara umum trend produksi ikan budidaya di Muarojambi meningkat setiap tahun," kata Kepala Seksi Budidaya Perikana Dinas Perikanan Kabupaten Muarojambi itu menambahkan.***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2019