Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas meresmikan Stasiun Penelitian Humus Cagar Biosfer Giam Siak Kecil - Bukit Batu (GSK-BB) yang terletak di Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Riau yang  diharapkan dapat menambah kelengkapan Cagar Biosfer GSK-BB sebagai kawasan konservasi, lanskap alami, pemukiman dan kawasan budidaya.
 

Giam Siak Kecil - Bukit Batu pertama kali ditetapkan sebagai cagar biosfer oleh UNESCO pada tahun 2009. Tujuan utama dari Cagar Biosfer GSK-BB ini adalah menyeimbangkan antarapeningkatan pembangunan sosial ekonomi dan memelihara nilai-nilai budaya masyarakat dengan pelestarian keanekaragaman hayati.

APP Sinar Mas bersama dengan Pemerintah Daerah Riau, LIPI, perguruan tinggi, serta pemangku kepentingan lainnya berkomitmen untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan ini. Langkah yang telah diambil mencakup memfasilitasi konservasi alam, pembangunan berkelanjutan yang melibatkan penduduk sekitar, serta pemantauan dan peninjauan keadaan lingkungan berbasis ilmu pengetahuan.

"Selama ini sudah banyak peneliti seperti mahasiswa, akademisi, atau dosen-dosen yang datang ke GSK-BB untuk melakukan riset dan kami menyadari pentingnya sarana prasarana yang menunjang penelitian untuk menjadi lebih baik," tutur Direktur Sustainability & Stakeholder APP Sinar Mas Elim Sritaba.

Maka dari itu pihaknya berharap keberadaan stasiun penelitian ini dapat mendukung dan bermanfaat bagi riset-riset yang akan dilakukan selanjutnya."

Selain membantu riset para akademisi, pendirian stasiun penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sarana pendidikan untuk membekali masyarakat sekitar terhadap pentingnya pembangunan berkelanjutan. Ketua Komite Nasional Program MAB-UNESCO Indonesia dan Deputi Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Prof Dr Enny Sudarmonowati menilai, masyarakat setempat perlu dirangkul dan berperan dalam menjaga Cagar Biosfer GSK-BB.

"Dalam Cagar Biosfer GSK-BB, terdapat tiga zona utama, yakni zona inti di mana terdapat dua kawasan suaka margasatwa, zona penyangga, dan zona transisi. Jika kita dapat menyosialisasikan bagaimana memanfaatkan zona penyangga dan zona transisi sebaik-baiknya pada masyarakat setempat, sehingga mereka dapat menerima manfaat bahkan meningkatkan pendapatan mereka, dapat diyakini mereka tidak akan mengusik zona inti. Oleh karena itu, stasiun penelitian hadir agar penelitian dan pendidikan di tiga zona dapat dikaitkan dengan isu spesifik di cagar biosfer guna memecahkan masalah yang ada," ungkap Prof Dr Enny Sudarmonowati.

Stasiun penelitian ini diharapkan dapat mewadahi riset-riset yang berkaitan dengan cara memanfaatkan sumber daya alam dalam zona penyangga dan zona transisi dari Cagar Biosfer GSK-BB. Dengan demikian masyarakat setempat juga dapat memahami cara meningkatkan pendapatan tanpa merusak lingkungan tempat tinggal mereka.

"Selama ini pihak Pemda Bengkalis memang belum banyak terlibat, karena kami belum cukup paham. Sekarang dengan komunikasi yang intens dengan LIPI ke depannya dapat kita kembangkan cagar biosfer ini, termasuk di sektor pariwisata. Terima kasih kepada lembaga penelitian dan juga APP Sinar Mas yang selama ini aktif menjadi inisiator sekaligus pendukung keberlanjutan cagar biosfer,"  ujar Asisten II Bupati Bengkalis Heri Indra Putra.

Acara peresmian ini didahului dengan Forum Koordinasi Pengelolaan Cagar Biosfer GSK-BB pada Senin, 29 April 2019, yang bertujuan untuk berbagi peran dalam pengelolaan Cagar Biosfer GSK-BB antara seluruh pihak pemangku kepentingan. Forum koordinasi ini meliputi kegiatan konsultasi, advokasi, pembangunan sosial ekonomi, pembangunan kapasitas sumber daya manusia, dukungan pendanaan, dan pengembangan perencanaan program yang relevan dengan konsep cagar biosfer.

"Forum koordinasi ini penting diadakan agar seluruh pihak yang terlibat paham akan  pentingnya peran masing-masing dalam pengelolaan Cagar Biosfer GSK-BB. Kami selaku  bisnis yang menjadi area penunjang Cagar Biosfer GSK-BB tentunya akan selalu mendukung inisiatif yang ada guna memenuhi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Salah satu kontribusi yang kami lakukan adalah melalui pengadaan zona penyangga dan upaya perlindungan dari risiko kebakaran hutan yang kami terapkan di seluruh area operasional kami sebagai bagian dari implementasi Kebijakan Konservasi Hutan. Hal ini juga sejalan dengan visi misi Program Man and the Biosphere (MAB) yang dicetuskan oleh UNESCO," kata Elim Sritaba menambahkan.

Pewarta: Syarif Abdullah

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2019