Warga Kampung Cinyiru dan Jaha, Desa Banjarsari, Kecamatan Lebak Gedong, Kabupaten Lebak, Banten selamat dari terjangan banjir dan longsoran tanah dengan berlindung di masjid setempat.
"Kita bersama ratusan warga lainnya berlindung di masjid," kata Enah, seorang korban banjir dan longsor di Posko Pengungsian Desa Banjar Irigasi, Kecamatan Lebak Gedong, Kabupaten Lebak, Sabtu.
Bencana alam itu sekitar pukul 07.00 WIB yang disertai hujan sepanjang Selasa (31/12) sore hingga Rabu (1/1).
Saat itu, dirinya bersama keluarga tengah berada di rumah hendak siap-siap pergi ke sawah.
Namun, tiba-tiba dari atas perbukitan kaki Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) terdengar suara keras bagaikan bom meledak dan bergemuruh ke perkampungan.
Mendengar suara ledakan keras dan bergemuruh itu, warga Kampung Jaha yang terdapat sekitar 50 rumah berlarian dan berlindung di masjid setempat.
Ia melihat material bebatuan dan lumpur serta air keluar dari tanah menerjang permukiman dan aliran Sungai Ciberang.
Bahkan, puluhan rumah di wilayahnya rusak berat hingga rata dengan tanah.
"Kami beruntung berlindung di masjid dan selamat hingga dievakuasi ke pengungsian di sini," kata Enah.
Munasih, warga Kampung Cinyiru, Desa Banjarsari, Kecamatan Lebak Gedong, mengaku bencana alam itu menimbulkan ketakutan, karena air dan material bebatuan serta lumpur dalam tanah menyapu permukiman warga.
Sebagian besar rumah warga mengalami rusak berat dan rusak sedang serta ringan.
Banjir bandang dan longsor, kata dia, datang dengan suara gemuruh sehingga warga berlarian untuk mencari tempat perlindungan.
Warga kebanyakan berlindung di masjid setempat dan selamat dari terjangan banjir dan tanah longsor.
Ia menyatakan beruntung karena di kampungnya itu tidak ada korban jiwa, karena berlindung di masjid tersebut.
"Kami saat mendengar orang-orang teriak secara langsung berlari ke masjid bersama anggota keluarga," katanya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak Kaprawi mengatakan berdasarkan data sementara korban bencana banjir dan longsor ditampung di pengungsian 677 kepala keluarga atau 2.000 jiwa, sedangkan warga korban jiwa delapan orang, enam tertimbun dan satu hanyut.
Saat ini, warga yang terdampak bencana alam tersebar di tujuh posko pengungsian, antara lain Posko Pengungsian Gedung PGRI Kecamatan Sajira 50 KK, Posko Pengungsian Nangela, Desa Calungbungur Kecamatan Sajira, dan Posko Pengungsian Desa Tambak Kecamatan Cimarga 31 KK.
Posko Pengungsian Kantor Kecamatan Cipanas 100 KK, Posko Pengungsian Kecamatan Curugbitung 150 KK, dan Posko Pengungsian Gedung Serba Guna Kecamatan Lebak Gedong 100 KK.
Mereka tinggal di posko pengungsian karena sebagian besar kondisi rumah rusak berat hingga rata dengan tanah setelah diterjang banjir bandang.
Kebanyakan para korban banjir bandang karena lokasi perkampungan warga berada di tepi bantaran aliran Sungai Ciberang.
"Kami memfokuskan penangan bencana banjir itu pelayanan dasar, seperti kesehatan, bantuan makanan sehari-hari dan tinggal di tempat yang layak," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020
"Kita bersama ratusan warga lainnya berlindung di masjid," kata Enah, seorang korban banjir dan longsor di Posko Pengungsian Desa Banjar Irigasi, Kecamatan Lebak Gedong, Kabupaten Lebak, Sabtu.
Bencana alam itu sekitar pukul 07.00 WIB yang disertai hujan sepanjang Selasa (31/12) sore hingga Rabu (1/1).
Saat itu, dirinya bersama keluarga tengah berada di rumah hendak siap-siap pergi ke sawah.
Namun, tiba-tiba dari atas perbukitan kaki Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) terdengar suara keras bagaikan bom meledak dan bergemuruh ke perkampungan.
Mendengar suara ledakan keras dan bergemuruh itu, warga Kampung Jaha yang terdapat sekitar 50 rumah berlarian dan berlindung di masjid setempat.
Ia melihat material bebatuan dan lumpur serta air keluar dari tanah menerjang permukiman dan aliran Sungai Ciberang.
Bahkan, puluhan rumah di wilayahnya rusak berat hingga rata dengan tanah.
"Kami beruntung berlindung di masjid dan selamat hingga dievakuasi ke pengungsian di sini," kata Enah.
Munasih, warga Kampung Cinyiru, Desa Banjarsari, Kecamatan Lebak Gedong, mengaku bencana alam itu menimbulkan ketakutan, karena air dan material bebatuan serta lumpur dalam tanah menyapu permukiman warga.
Sebagian besar rumah warga mengalami rusak berat dan rusak sedang serta ringan.
Banjir bandang dan longsor, kata dia, datang dengan suara gemuruh sehingga warga berlarian untuk mencari tempat perlindungan.
Warga kebanyakan berlindung di masjid setempat dan selamat dari terjangan banjir dan tanah longsor.
Ia menyatakan beruntung karena di kampungnya itu tidak ada korban jiwa, karena berlindung di masjid tersebut.
"Kami saat mendengar orang-orang teriak secara langsung berlari ke masjid bersama anggota keluarga," katanya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak Kaprawi mengatakan berdasarkan data sementara korban bencana banjir dan longsor ditampung di pengungsian 677 kepala keluarga atau 2.000 jiwa, sedangkan warga korban jiwa delapan orang, enam tertimbun dan satu hanyut.
Saat ini, warga yang terdampak bencana alam tersebar di tujuh posko pengungsian, antara lain Posko Pengungsian Gedung PGRI Kecamatan Sajira 50 KK, Posko Pengungsian Nangela, Desa Calungbungur Kecamatan Sajira, dan Posko Pengungsian Desa Tambak Kecamatan Cimarga 31 KK.
Posko Pengungsian Kantor Kecamatan Cipanas 100 KK, Posko Pengungsian Kecamatan Curugbitung 150 KK, dan Posko Pengungsian Gedung Serba Guna Kecamatan Lebak Gedong 100 KK.
Mereka tinggal di posko pengungsian karena sebagian besar kondisi rumah rusak berat hingga rata dengan tanah setelah diterjang banjir bandang.
Kebanyakan para korban banjir bandang karena lokasi perkampungan warga berada di tepi bantaran aliran Sungai Ciberang.
"Kami memfokuskan penangan bencana banjir itu pelayanan dasar, seperti kesehatan, bantuan makanan sehari-hari dan tinggal di tempat yang layak," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020