Harga minyak berhasil membukukan kenaikan moderat di akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB) setelah Federal Reserve AS meluncurkan langkah-langkah baru yang lebih kurs dan agresif untuk mendukung perekonomian di tengah krisis COVID-19.
Federal Reserve mengumumkan pada hari sebelumnya bahwa mereka akan membeli surat utang AS dan sekuritas yang didukung hipotek tanpa batas untuk membantu pasar berfungsi lebih efisien di tengah ketidakpastian virus corona.
"Pandemi virus corona menyebabkan kesulitan besar di seluruh Amerika Serikat dan di seluruh dunia," kata The Fed dalam sebuah pernyataan Senin (23/3) pagi.
Baca juga: Harga minyak jatuh, WTI catat kerugian mingguan tertajam sejak 1991
Baca juga: Harga minyak "rebound" dengan rekor kenaikan satu hari terbesar
Baca juga: Minyak AS anjlok ke terendah 18 tahun, 'lockdown' picu krisis pasar
"Ketidakpastian besar tetap ada, menjadi jelas bahwa ekonomi kita akan menghadapi gangguan parah. Upaya agresif harus dilakukan lintas sektor publik dan swasta untuk membatasi kerugian pada pekerjaan dan pendapatan serta untuk meningkatkan pemulihan cepat setelah gangguan mereda," kata bank sentral AS.
Minyak mentah berjangka sedikit lebih kuat di tengah harapan bahwa stimulus pemerintah dan bank sentral dapat meningkatkan ekonomi dunia. Arab Saudi dan Rusia mungkin berdamai setelah kesepakatan mereka untuk memotong produksi minyak berantakan lebih dari 2 minggu lalu.
Minyak telah jatuh secara besar-besaran pekan lalu di tengah kekhawatiran permintaan yang lebih lemah dan kekhawatiran perang harga minyak.
Minyak mentah berjangka WTI ditutup 29 persen lebih rendah untuk pekan yang berakhir 20 Maret. Hal ini merupakan penurunan persentase mingguan terbesar sejak periode yang berakhir 18 Januari 1991, menurut Dow Jones Market Data. Minyak mentah Brent mengalami kerugian mingguan sebesar 20,3 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020