Untuk urusan kreatifitas dan modifikasi barang berteknologi tepat guna, jangan tanya lagi kemampuan Santoso, seorang peraih Kalpataru asal Kota Jambi. Penggiat lingkungan, pendiri Bank Sampah "Bangkitku" serta bengkel produksi TechnoSam itu langsung bergerak merespon kebutuhan masyarakat dan pemerintah.
Kondisi terakhir di tanah air, memanggil Santoso untuk turut andil membuat "bilik sterilisasi" guna menyemprotkan larutan desinfektan dalam upaya pencegahan virus corona baru yang menyebabkan COVID-19.
Begitu efektifnya bilik sterilisasi atau bilik desinfektan untuk menyemprotkan embun peluntur virus itu, membuat pria bertubuh ramping itu langsung 'mutar otak' untuk bisa menyediakan atau memproduksi kebutuhan warga khususnya untuk di perkantoran dan tempat-tempat umum itu.
Setelah melakukan pengamatan, dan membuka-buka buku dan mencari di internet, akhirnya sudah bisa memproduksi bilik sterilisasi yang diperlukan seperti yang telah ada di beberapa daerah di Indonesia.
"Saya tak perlu melihat ke lokasi, cukup melihat bentuk, cara kerja dan takaran yang diperlukan, maka saya sudah bisa membuatnya dengan peralatan yang ada. Tak perlu lama untuk bisa langsung memproduksi bilik sterilisasi ini," kata Santoso ketika ditemui di bengkel kerjanya TechnoSam di Jalan Mayjen Basuki Rachmat Nomor 68, Paal Lima Kecamatan Kota Baru Kota Jambi.
Dibantu oleh putranya dan beberapa rekannya yang bertugas sebagai tukang las, maka bergeraklah Santoso yang juga PNS di Dinas Lingkungan Hidup Kota Jambi pada salah satu UPTD di institusi tersebut.
Selain membuat bilik sterilisasi, ia juga membuat tempat cuci tangan portabel berbahan baku jerigen bekas, selang dan kran, corong dan baskom atau tahanan air. Sedangkan untuk penyangganya, dibuatkan kaki-kaki dari rangka besi holow sehingga alat cuci tangan yang dicat warna hijau dan kuning itu berdiri kokoh dan siap digunakan.
"Pesanan untuk bilik sterilisasi ini langsung banyak, salah satunya dari Pemkot Jambi. Permintaan tempat cuci tangan portabel itu juga meningkat. Oleh karena itu saya tambah pekerja di bengkel untuk membantu menyelesaikannya," kata Santoso dengan gayanya yang khas diselingi gurauan.
Tambah pekerja
Untuk itu ia menambah orang di bengkelnya, sehingga ruangan kerja yang biasanya tidak terlalu banyak orang, saat ini menjadi ramai dan bising dengan alat-alat las dan gergaji mesin yang memotong besi atau saluran air dari paralon.
Saat ditemui, ia sedang mengerjakan bilik sterilisasi pesanan dari Wakil Wali Kota Jambi H Maulana yang menjadi pemesan pertamanya. Selanjutnya ia juga akan mengerjakan untuk pesanan Wali Kota Jambi H Syarif Fasha.
Begitu juga untuk pemesanan di lingkungan Pemkot Jambi lainnya.
Bilik sterilisasi pertamanya berukuran 1,5 meter kali 1,5 meter dengan tinggi dua meter. Ia mengerjakan bilik tersebut dalam waktu sehari semalam, dan pagi harinya sudah bisa diuji coba untuk menyemprotkan embun air yang nantinya untuk menyemprotkan cairan desinfektan.
"Untuk produksi bilik ini saya percepat, beres kurang dari dua hari. Tapi saya harus mengerjakannya lembur pada malam hari di bengkel," katanya.
Selain membuat biliknya, yang menyerupai bilik pemilihan umum (Pemilu) yang diberi gorden plastik bening yang transparan, Santoso memodifikasi mesin untuk penyemprot embunnya. Alat itu ia modifikasi sendiri dengan memanfaatkan mesin dan kipas blower yang dioperasikan dengan menggunakan tenaga listrik.
Air yang disiapkan langsung disemprotkan dengan pompa dan blower yang disalurkan menggunakan saluran paralon ukuran sebesar paha orang dewasa. Kemudian paralon tersebut dibelokkan ke bagian atap dari bilik sterilisasi yang kemudian pada bagian ujungnya dibuatkan alat untuk membuat rata semburan embun yang dibutuhkan.
Otomatis
Semburan embun itu kemudian mengguyur seorang yang ada di dalamnya secara merata dengan cara berdiri dan berputar 360 derajat. Uniknya, ia memodifikasi cara operasionalnya yang otomatis saat ada orang di dalamnya untuk sterilisasi.
"Sistem operasinya otomatis, saat orang masuk dan menginjak lantai bilik sterilisasi, mesin langsung hidup dan menyemburkan embun desinfektan, dan begitu keluar mesin langsung mati, sampai ada orang yang masuk lagi ke dalamnya," kata Santoso menerangkan cara kerja bilik sterilisasi buatannya.
Ia menyebutkan, kapasitas air untuk desinfektan pada alat buatannya itu sebanyak 20 liter, dan bila beroperasi terus menerus bisa beroperasi hingga delapan jam.
"Ini kan tergantung orang yang masuk ke dalamnya, sehingga tidak terus menerus hidup. Sehingga bisa lebih tahan lama lagi cairan itu," kata pria yang juga instruktur pelatihan pemanfaatan barang bekas dan sampah untuk menjadi kerajinan tangan itu.
Sedangkan produk lainnya yang ia respon dari fenomena COVID-19 itu adalah membuat tempat cuci tangan portabel dari bahan jerigen. Air dari kran yang turun dan digunakan untuk cuci tangan, ditampung dan masuk ke corong ukuran besar yang kemudian mengalirkannya dengan menggunakan selang ke saluran pembuangan air.
"Saya memodifikasi tempat cuci tangan itu dengan tempat sabun. Sengaja saya tidak siapkan handuk atau kain, karena justeru dengan kain itu bakteri dan virus bisa berpindah kepada yang menggunakannya," katanya.
Ia mengaku pesanan untuk alat cuci tangan tersebut terus masuk, sehingga ia melakukan produksi dengan penambahan personel pekerja untuk membantunya di bengkel miliknya.
Semoga inovasi dan kreatifitasnya dapat menurunkan angkat pasien COVID-19 di Kota Jambi dan sekitar dan masyarakat terpicu untuk hidup dengan kebiasaan yang sehat, seperti mencuci tangan dan menjaga kebersihan tubuh lainnya.*
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020
Kondisi terakhir di tanah air, memanggil Santoso untuk turut andil membuat "bilik sterilisasi" guna menyemprotkan larutan desinfektan dalam upaya pencegahan virus corona baru yang menyebabkan COVID-19.
Begitu efektifnya bilik sterilisasi atau bilik desinfektan untuk menyemprotkan embun peluntur virus itu, membuat pria bertubuh ramping itu langsung 'mutar otak' untuk bisa menyediakan atau memproduksi kebutuhan warga khususnya untuk di perkantoran dan tempat-tempat umum itu.
Setelah melakukan pengamatan, dan membuka-buka buku dan mencari di internet, akhirnya sudah bisa memproduksi bilik sterilisasi yang diperlukan seperti yang telah ada di beberapa daerah di Indonesia.
"Saya tak perlu melihat ke lokasi, cukup melihat bentuk, cara kerja dan takaran yang diperlukan, maka saya sudah bisa membuatnya dengan peralatan yang ada. Tak perlu lama untuk bisa langsung memproduksi bilik sterilisasi ini," kata Santoso ketika ditemui di bengkel kerjanya TechnoSam di Jalan Mayjen Basuki Rachmat Nomor 68, Paal Lima Kecamatan Kota Baru Kota Jambi.
Dibantu oleh putranya dan beberapa rekannya yang bertugas sebagai tukang las, maka bergeraklah Santoso yang juga PNS di Dinas Lingkungan Hidup Kota Jambi pada salah satu UPTD di institusi tersebut.
Selain membuat bilik sterilisasi, ia juga membuat tempat cuci tangan portabel berbahan baku jerigen bekas, selang dan kran, corong dan baskom atau tahanan air. Sedangkan untuk penyangganya, dibuatkan kaki-kaki dari rangka besi holow sehingga alat cuci tangan yang dicat warna hijau dan kuning itu berdiri kokoh dan siap digunakan.
"Pesanan untuk bilik sterilisasi ini langsung banyak, salah satunya dari Pemkot Jambi. Permintaan tempat cuci tangan portabel itu juga meningkat. Oleh karena itu saya tambah pekerja di bengkel untuk membantu menyelesaikannya," kata Santoso dengan gayanya yang khas diselingi gurauan.
Tambah pekerja
Untuk itu ia menambah orang di bengkelnya, sehingga ruangan kerja yang biasanya tidak terlalu banyak orang, saat ini menjadi ramai dan bising dengan alat-alat las dan gergaji mesin yang memotong besi atau saluran air dari paralon.
Saat ditemui, ia sedang mengerjakan bilik sterilisasi pesanan dari Wakil Wali Kota Jambi H Maulana yang menjadi pemesan pertamanya. Selanjutnya ia juga akan mengerjakan untuk pesanan Wali Kota Jambi H Syarif Fasha.
Begitu juga untuk pemesanan di lingkungan Pemkot Jambi lainnya.
Bilik sterilisasi pertamanya berukuran 1,5 meter kali 1,5 meter dengan tinggi dua meter. Ia mengerjakan bilik tersebut dalam waktu sehari semalam, dan pagi harinya sudah bisa diuji coba untuk menyemprotkan embun air yang nantinya untuk menyemprotkan cairan desinfektan.
"Untuk produksi bilik ini saya percepat, beres kurang dari dua hari. Tapi saya harus mengerjakannya lembur pada malam hari di bengkel," katanya.
Selain membuat biliknya, yang menyerupai bilik pemilihan umum (Pemilu) yang diberi gorden plastik bening yang transparan, Santoso memodifikasi mesin untuk penyemprot embunnya. Alat itu ia modifikasi sendiri dengan memanfaatkan mesin dan kipas blower yang dioperasikan dengan menggunakan tenaga listrik.
Air yang disiapkan langsung disemprotkan dengan pompa dan blower yang disalurkan menggunakan saluran paralon ukuran sebesar paha orang dewasa. Kemudian paralon tersebut dibelokkan ke bagian atap dari bilik sterilisasi yang kemudian pada bagian ujungnya dibuatkan alat untuk membuat rata semburan embun yang dibutuhkan.
Otomatis
Semburan embun itu kemudian mengguyur seorang yang ada di dalamnya secara merata dengan cara berdiri dan berputar 360 derajat. Uniknya, ia memodifikasi cara operasionalnya yang otomatis saat ada orang di dalamnya untuk sterilisasi.
"Sistem operasinya otomatis, saat orang masuk dan menginjak lantai bilik sterilisasi, mesin langsung hidup dan menyemburkan embun desinfektan, dan begitu keluar mesin langsung mati, sampai ada orang yang masuk lagi ke dalamnya," kata Santoso menerangkan cara kerja bilik sterilisasi buatannya.
Ia menyebutkan, kapasitas air untuk desinfektan pada alat buatannya itu sebanyak 20 liter, dan bila beroperasi terus menerus bisa beroperasi hingga delapan jam.
"Ini kan tergantung orang yang masuk ke dalamnya, sehingga tidak terus menerus hidup. Sehingga bisa lebih tahan lama lagi cairan itu," kata pria yang juga instruktur pelatihan pemanfaatan barang bekas dan sampah untuk menjadi kerajinan tangan itu.
Sedangkan produk lainnya yang ia respon dari fenomena COVID-19 itu adalah membuat tempat cuci tangan portabel dari bahan jerigen. Air dari kran yang turun dan digunakan untuk cuci tangan, ditampung dan masuk ke corong ukuran besar yang kemudian mengalirkannya dengan menggunakan selang ke saluran pembuangan air.
"Saya memodifikasi tempat cuci tangan itu dengan tempat sabun. Sengaja saya tidak siapkan handuk atau kain, karena justeru dengan kain itu bakteri dan virus bisa berpindah kepada yang menggunakannya," katanya.
Ia mengaku pesanan untuk alat cuci tangan tersebut terus masuk, sehingga ia melakukan produksi dengan penambahan personel pekerja untuk membantunya di bengkel miliknya.
Semoga inovasi dan kreatifitasnya dapat menurunkan angkat pasien COVID-19 di Kota Jambi dan sekitar dan masyarakat terpicu untuk hidup dengan kebiasaan yang sehat, seperti mencuci tangan dan menjaga kebersihan tubuh lainnya.*
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020