Pemakaman Pembantu Letnan Dua Anumerta Rama Wahyudi yang gugur di Kongo dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Dharma, Kota Pekanbaru, Riau, Jumat siang, dengan ditandai tembakan salvo.
Tembakan itu juga berarti menjadi tanda tatapan terakhir bagi Anita dan ketiga anaknya yang masih kecil kepada suami dan ayah tercinta mereka, Pembantu Letnan Dua Anumerta Rama Wahyudi.
Tangis Nita semakin tak tertahankan ketika sejumlah prajurit TNI secara perlahan memasukkan jenazah Rama ke liang lahat. Ketiga anak mereka hanya tertegun seolah kakinya tertanam di tanah memandangi peti mati itu mulai tertutupi tanah.
Rama Wahyudi gugur saat menjalankan tugas misi pengamanan MONUSCO di Republik Demokratik Kongo. Dia meninggalkan seorang istri dan tiga anak yang masih kecil di kampungnya Kabupaten Kampar, Riau.
Kepulangan Rama Wahyudi dari Kongo ke kampung halamannya di Kilometer 6 Jalan Garuda Sakti, Kecamatan Tapung Hulu, Kampar, Riau, berjalan cukup alot.
Prajurit Denpal Pekanbaru di bawah satuan Komando Resor Militer 031/Wirabima itu gugur 22 Juni 2020 lalu, namun baru tadi malam dia tiba di Indonesia untuk selanjutnya diterbangkan ke Pekanbaru, Jumat (3/7).
Usai disambut secara militer di Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin, jenazah Rama Wahyudi dibawa ke rumah duka. Isak tangis pecah seketika jenazah tiba, terutama Nita, yang berulang kali memeluk peti jenazah Rama Wahyudi.
Sekitar pukul 14.30 WIB, Rama Wahyudi dibawa ke TMP Kusuma Dharma Pekanbaru. Pemakaman secara militer itu dipimpin langsung oleh Pangdam I Bukit Barisan, Mayjen TNI Irwansyah.
Prosesi pemakaman diawali tembakan salvo. Jenazah pun dimasukkan ke liang kubur diiringi isak air mata keluarga dan kerabat.
Anita berusaha tegar dan menguatkan diri saat menaburkan bunga untuk suami tercintanya itu. Gubernur Riau Syamsuar, Danrem 031/Wirabima, Brigjen TNI M Syech Ismed, Danlanud Roesmin Nurjadin Marsekal Pertama TNI Irianto Moningka dan Kapolda Riau Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi juga melakukan hal yang sama.
Anita, istri almarhum didampingi tiga orang anaknya tegar melepas kepergian suaminya. Meski begitu, air mata tetap mengalir di pipinya yang sebagian ditutupi masker.
"Kita sudah mengantarkan almarhum ke tempat terakhir. Kita doakan almarhum diterima di sisi-Nya. Mari kita lepas kepergian beliau dengan kesabaran, ketabahan dan keimanan yang kuat," kata Pangdam I BB, Mayjen Irwansyah, dalam sambutannya.
Kepada keluarga Pelda Anumerta Rama, Pangdam menyampaikan belasungkawa dan penghargaan setinggi-tingginya atas jasa almarhum menjaga perdamaian dunia.
Perwakilan keluarga Pelda Anumerta Rama tak kuasa menahan rasa sedih atas kepergian almarhum. Namun juga mengaku bangga atas kepergian almarhum yang meninggal dunia dalam misi perdamaian dunia.
Rama Wahyudi yang sebelumnya berpangkat Sersan Mayor merupakan prajurit angkatan darat asal Kabupaten Kampar. Rama gugur usai serangan kelompok bersenjata saat menjalankan tugas misi sebagai pasukan perdamaian PBB di wilayah Republik Demokratik Kongo, Afrika pada 22 Juni 2020.
Baca juga: Panglima TNI hadiri pelepasan jenazah prajurit yang gugur di Kongo
Video call terakhir
Sebelum menghembuskan nafas terakhir akibat serangan milisi pada Senin malam (22/6) di bagian timur Republik Demokratik Kongo, Serma Rama sempat melepas rindu dengan istri dan ketiga buah hatinya melalui video call.
"Terakhir kontak kakak saya dengan almarhum itu hari Minggu jam 9 malam. Mereka melakukan video call. Kemudian almarhum mengatakan nanti akan menghubungi kembali karena harus mengambil air karena saat ini krisis air di Kongo," kata adik ipar almarhum Arfan Nur Fahri di Kampar, Rabu.
Namun, video call itu ternyata merupakan komunikasi korban untuk yang terakhir kalinya.
Arfan mengatakan Serma Rama merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Menjadi prajurit TNI adalah cita-cita besarnya yang berhasil ia wujudkan. Rama mulai mendapatkan tugas di Kongo beberapa bulan sebelum Idul Fitri. Itu merupakan tugas pertama dia ke luar negeri.
Selain menghubungi istrinya, Arfan juga mengatakan Serma Rama sempat menghubungi dirinya. "Dia mengatakan bulan Agustus mendatang dapat cuti sebulan dan akan pulang. Tapi Allah berkehendak lain," ujarnya.
Lebih jauh, Arfan mengisahkan keluarganya menerima kematian Serma Rama langsung dari Komandan Denpal Pekanbaru. Saat itu, pada Selasa pagi (22/6), keluarganya langsung didatangi Komandan Denpal dan mengabari berita duka tersebut.
Hingga kini, Arfan mengatakan keluarganya sudah ikhlas melepas kepergian Serma Arma. Namun, mereka masih menunggu kedatangan jenazah. Arfan menuturkan jenazah paling cepat akan tiba dua atau lima hari mendatang. "Paling cepat dua atau lima hari mendatang. Paling lama katanya dua Minggu," tuturnya.
Baca juga: Keluarga Serma Rama Wahyudi akan mendapatkan santunan dari PBB
Santunan internasional
Rama Wahyudi kemungkinan besar juga akan mendapatkan santunan dari PBB sebesar 75 ribu Dollar AS karena gugur saat bertugas di lembaga internasional tersebut.
Komandan Pusat Misi Pemelihara Perdamaian (PMPP) TNI Mayjen TNI Victor Hasudungan Simatupang mengatakan hal itu saat jumpa pers, di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat.
Namun demikian, saat ini proses investigasi masih dilaksanakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), guna mencari tahu pihak yang bersalah atas insiden ini.
"Apabila bukan salah yang bersangkutan (Serma Rama), maka akan mendapatkan (santunan) USD 75 ribu seperti yang pernah diterima rekan-rekan kontingen beberapa negara," kata Victor.
Proses investigasi masih terus berjalan. Hasilnya kemudian akan dinaikan ke tahap "board of inquiry" dan akan diputuskan pihak yang bersalah dalam insiden tersebut.
Sementara itu, Kapuspen TNI Mayjen TNI Sisriadi mengatakan, negara juga akan memberikan santunan kepada ahli waris seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 39 Tahun 2010 tentang Administrasi Prajurit TNI.
Dalam Pasal 74 huruf b disebutkan ahli waris akan mendapat 12 bulan gaji dari prajurit yang gugur dan tewas dalam melaksanakan tugas.
"Ada di PP 39 2010 tentang administrasi prajurit, termasuk ada yang baru bisa ditanya ke Kemhan kaitannya ASABRI," kata Sisriadi.
Baca juga: Anggota pasukan perdamaian Indonesia terbunuh di Kongo
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020
Tembakan itu juga berarti menjadi tanda tatapan terakhir bagi Anita dan ketiga anaknya yang masih kecil kepada suami dan ayah tercinta mereka, Pembantu Letnan Dua Anumerta Rama Wahyudi.
Tangis Nita semakin tak tertahankan ketika sejumlah prajurit TNI secara perlahan memasukkan jenazah Rama ke liang lahat. Ketiga anak mereka hanya tertegun seolah kakinya tertanam di tanah memandangi peti mati itu mulai tertutupi tanah.
Rama Wahyudi gugur saat menjalankan tugas misi pengamanan MONUSCO di Republik Demokratik Kongo. Dia meninggalkan seorang istri dan tiga anak yang masih kecil di kampungnya Kabupaten Kampar, Riau.
Kepulangan Rama Wahyudi dari Kongo ke kampung halamannya di Kilometer 6 Jalan Garuda Sakti, Kecamatan Tapung Hulu, Kampar, Riau, berjalan cukup alot.
Prajurit Denpal Pekanbaru di bawah satuan Komando Resor Militer 031/Wirabima itu gugur 22 Juni 2020 lalu, namun baru tadi malam dia tiba di Indonesia untuk selanjutnya diterbangkan ke Pekanbaru, Jumat (3/7).
Usai disambut secara militer di Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin, jenazah Rama Wahyudi dibawa ke rumah duka. Isak tangis pecah seketika jenazah tiba, terutama Nita, yang berulang kali memeluk peti jenazah Rama Wahyudi.
Sekitar pukul 14.30 WIB, Rama Wahyudi dibawa ke TMP Kusuma Dharma Pekanbaru. Pemakaman secara militer itu dipimpin langsung oleh Pangdam I Bukit Barisan, Mayjen TNI Irwansyah.
Prosesi pemakaman diawali tembakan salvo. Jenazah pun dimasukkan ke liang kubur diiringi isak air mata keluarga dan kerabat.
Anita berusaha tegar dan menguatkan diri saat menaburkan bunga untuk suami tercintanya itu. Gubernur Riau Syamsuar, Danrem 031/Wirabima, Brigjen TNI M Syech Ismed, Danlanud Roesmin Nurjadin Marsekal Pertama TNI Irianto Moningka dan Kapolda Riau Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi juga melakukan hal yang sama.
Anita, istri almarhum didampingi tiga orang anaknya tegar melepas kepergian suaminya. Meski begitu, air mata tetap mengalir di pipinya yang sebagian ditutupi masker.
"Kita sudah mengantarkan almarhum ke tempat terakhir. Kita doakan almarhum diterima di sisi-Nya. Mari kita lepas kepergian beliau dengan kesabaran, ketabahan dan keimanan yang kuat," kata Pangdam I BB, Mayjen Irwansyah, dalam sambutannya.
Kepada keluarga Pelda Anumerta Rama, Pangdam menyampaikan belasungkawa dan penghargaan setinggi-tingginya atas jasa almarhum menjaga perdamaian dunia.
Perwakilan keluarga Pelda Anumerta Rama tak kuasa menahan rasa sedih atas kepergian almarhum. Namun juga mengaku bangga atas kepergian almarhum yang meninggal dunia dalam misi perdamaian dunia.
Rama Wahyudi yang sebelumnya berpangkat Sersan Mayor merupakan prajurit angkatan darat asal Kabupaten Kampar. Rama gugur usai serangan kelompok bersenjata saat menjalankan tugas misi sebagai pasukan perdamaian PBB di wilayah Republik Demokratik Kongo, Afrika pada 22 Juni 2020.
Baca juga: Panglima TNI hadiri pelepasan jenazah prajurit yang gugur di Kongo
Video call terakhir
Sebelum menghembuskan nafas terakhir akibat serangan milisi pada Senin malam (22/6) di bagian timur Republik Demokratik Kongo, Serma Rama sempat melepas rindu dengan istri dan ketiga buah hatinya melalui video call.
"Terakhir kontak kakak saya dengan almarhum itu hari Minggu jam 9 malam. Mereka melakukan video call. Kemudian almarhum mengatakan nanti akan menghubungi kembali karena harus mengambil air karena saat ini krisis air di Kongo," kata adik ipar almarhum Arfan Nur Fahri di Kampar, Rabu.
Namun, video call itu ternyata merupakan komunikasi korban untuk yang terakhir kalinya.
Arfan mengatakan Serma Rama merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Menjadi prajurit TNI adalah cita-cita besarnya yang berhasil ia wujudkan. Rama mulai mendapatkan tugas di Kongo beberapa bulan sebelum Idul Fitri. Itu merupakan tugas pertama dia ke luar negeri.
Selain menghubungi istrinya, Arfan juga mengatakan Serma Rama sempat menghubungi dirinya. "Dia mengatakan bulan Agustus mendatang dapat cuti sebulan dan akan pulang. Tapi Allah berkehendak lain," ujarnya.
Lebih jauh, Arfan mengisahkan keluarganya menerima kematian Serma Rama langsung dari Komandan Denpal Pekanbaru. Saat itu, pada Selasa pagi (22/6), keluarganya langsung didatangi Komandan Denpal dan mengabari berita duka tersebut.
Hingga kini, Arfan mengatakan keluarganya sudah ikhlas melepas kepergian Serma Arma. Namun, mereka masih menunggu kedatangan jenazah. Arfan menuturkan jenazah paling cepat akan tiba dua atau lima hari mendatang. "Paling cepat dua atau lima hari mendatang. Paling lama katanya dua Minggu," tuturnya.
Baca juga: Keluarga Serma Rama Wahyudi akan mendapatkan santunan dari PBB
Santunan internasional
Rama Wahyudi kemungkinan besar juga akan mendapatkan santunan dari PBB sebesar 75 ribu Dollar AS karena gugur saat bertugas di lembaga internasional tersebut.
Komandan Pusat Misi Pemelihara Perdamaian (PMPP) TNI Mayjen TNI Victor Hasudungan Simatupang mengatakan hal itu saat jumpa pers, di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat.
Namun demikian, saat ini proses investigasi masih dilaksanakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), guna mencari tahu pihak yang bersalah atas insiden ini.
"Apabila bukan salah yang bersangkutan (Serma Rama), maka akan mendapatkan (santunan) USD 75 ribu seperti yang pernah diterima rekan-rekan kontingen beberapa negara," kata Victor.
Proses investigasi masih terus berjalan. Hasilnya kemudian akan dinaikan ke tahap "board of inquiry" dan akan diputuskan pihak yang bersalah dalam insiden tersebut.
Sementara itu, Kapuspen TNI Mayjen TNI Sisriadi mengatakan, negara juga akan memberikan santunan kepada ahli waris seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 39 Tahun 2010 tentang Administrasi Prajurit TNI.
Dalam Pasal 74 huruf b disebutkan ahli waris akan mendapat 12 bulan gaji dari prajurit yang gugur dan tewas dalam melaksanakan tugas.
"Ada di PP 39 2010 tentang administrasi prajurit, termasuk ada yang baru bisa ditanya ke Kemhan kaitannya ASABRI," kata Sisriadi.
Baca juga: Anggota pasukan perdamaian Indonesia terbunuh di Kongo
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020