Jumlah titik panas di Provinsi Sumatera Selatan meningkat tiga kali lipat pada pekan pertama Agustus 2020 dibandingkan periode yang sama Juli 2020 sehingga perlu diwaspadai karena wilayah tersebut sedang memasuki puncak kemarau.

Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, Ansori, Senin, mengatakan berdasarkan data Dishut Sumsel terdapat 260 titik panas (hotspot) di Sumsel selama 1-7 Agustus 2020, sedangkan pada 1-7 Juli hanya ada 74 titik panas dengan total titik panas selama Juli 2020 mencapai 388 titik.

"Hotspot paling banyak tercatat pada 1 Agustus yaitu 193 titik," ujarnya.

Baca juga: Sumatera Selatan andalkan kolaborasi multipihak cegah karhutla

Selama pekan pertama Agustus 2020 titik panas yang terpantau satelit Lapan paling banyak terdapat di Kabupaten Musi Rawas yakni 49 titik, disusul Musi Banyuasin (49 titik), Musi Rawas Utara (40 titik), Empat Lawang (35), dan Pali (25), sedangkan sisanya di bawah 20 titik.

Selain itu lima wilayah belum ditemukan hotspot, yakni Kota Palembang, Pagar Alam, Lubuklinggau, Prabumulih dan OKU Timur.

Meski tidak semua hotspot mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan, namun Satgas Karhutla Sumsel sudah puluhan kali melakukan pemadaman baik lewat darat maupun udara, bahkan helikopter pembom air sudah 1.046 kali menumpahkan air ke puluhan titik kebakaran.

Baca juga: Heli pembom air tumpahkan 4,6 juta liter air padamkan karhutla Sumsel

Sementara total hotspot di Sumsel sejak 1 Januari - 9 Agustus 2020 berjumlah 2.625 titik, tiga wilayah paling banyak hotspot yakni Muara Enim (476 titik), Muba (472 titik) dan OKI (360 titik).

Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kenten Palembang, Nandang Pangaribowo mengatakan kewaspadaan karhutla perlu diantisipasi sebab peningkatan titik api yang dipengaruhi Angin Muson Australi akan menimbulkan bencana asap di Kota Palembang.

"Asap yang masuk ke Palembang biasanya berasal dari daerah-daerah rawan karhutla di OKI, OI, Muara Enim, sebagian Lahat dan sebagian Muba," jelasnya.

Baca juga: Cegah karhutla di Sumsel, KPH dijadikan andalan

Angin Muson Australi yang masuk dari wilayah timur akan membawa asap dari daerah-daerah tersebut masuk ke Kota Palembang, kata dia, arah angin itu diprediksi akan berlangsung hingga awal Oktober.

Meski diprediksi musim kemarau 2020 akan lebih basah dari 2019, namun ia mengingatkan jika curah hujan selama puncak kemarau pada Agustus dan September 2020 lebih sedikit dibanding bulan-bulan sebelumnya, sebab Hari Tanpa Hujan (HTH) di Sumsel saat ini sudah pada kisaran 6-10 hari.

"Kami sudah memberikan warning pihak-pihak terkait bahwa kemungkinan tingkat karhutla masih tinggi dan potensi asap yang masih ada," kata Nandang.

Baca juga: BPBD PALI mulai padamkan karhutla di tengah pandemi COVID-19

 

Pewarta: Aziz Munajar

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020