Bahkan sejarah besar tercipta itu ditorehkan sambil menyandang debutan yang sekaligus menapaki jalan besar menuju Olimpiade Paris 2024, yang jika tiketnya bisa digenggam menjadi Olimpiade kedua bagi sepak bola Indonesia setelah Olimpiade Moskow 1956.
Sejumlah kalangan di Malaysia pernah mengolok-okok Indonesia belum apa-apa kalau belum mengalahkan tim-tim raksasa Asia seperti Korea Selatan.
Kini, Indonesia membuktikan bahwa siapa pun bisa mereka kalahkan.
Jangan lupa pula, versi muda Korea Selatan yang baru saja dikalahkan Garuda Muda, sama-sama sarat prestasi sebagaimana senior mereka.
Tim muda yang sama pula yang membuat Korea Selatan sembilan kali berturut-turut tampil dalam Olimpiade. Kini, mata rantai itu diputus oleh Rizky Ridho dkk.
Dalam ajang Piala Asia U23, Korea Selatan adalah satu dari sedikit negara yang tak pernah absen mengikutinya sejak turnamen ini digelar pada 2013, selain Irak, Jepang, Arab Saudi, Uzbekistan dan Australia.
Korea Selatan juga selalu melewati semifinal dalam empat dari enam edisi Piala Asia U23 yang dua di antaranya berlanjut ke final termasuk saat mereka menjuarai turnamen ini pada 2020.
Bagi Indonesia sendiri, inilah pertama kali dalam 39 tahun terakhir sebuah tim nasional sepak bola negeri ini dapat mengalahkan sebuah tim nasional Korea Selatan, sejak menang 4-0 dalam Turnamen Merdeka di Malaysia pada 31 Juli 1986.
Kemenangan dramatis lewat adu penalti di Stadion Abdullah bin Khalifa pada Jumat dini hari WIB itu juga menjadi pembalasan atas kekalahan 0-4 dari Korea Selatan pada Maret 2015 dalam pertandingan kualifikasi Piala Asia U23 2016.
Perlu menunggu delapan tahun untuk menghidupkan lagi asa masuk Piala Asia U23.
Oleh karena itu, kemenangan atas Korea Selatan tak bisa dianggap kemenangan biasa. Ini tetap tim raksasa, meskipun dalam turnamen junior.
Menjadi makin tak bisa dianggap biasa karena kemenangan sang debutan yang langsung masuk semifinal Piala Asia U23, ditempuh dengan modal peringkat timnas senior terbawah di antara semua perempat finalis Piala Asia U23 edisi tahun ini.
Dan si peringkat terbawah itu berhasil menumbangkan kesebelasan yang tim seniornya berperingkat ketiga terbaik di Asia setelah Jepang dan Iran.
Jadi, sukses dan pencapaian positif apa lagi yang hendak diingkari?
Selanjutnya: Pembuktian berikutnya
Pembuktian berikutnya
Bahkan sukses Garuda Muda menjadi oase untuk dahaga prestasi sepak bola nasional, ketika iklim sepak bola domestik masih belum pulih benar dari masalah, mulai dampak Tragedi Kanjuruhan sampai tudingan pengaturan skor dalam sebuah pertandingan Liga 1 Indonesia.
Oase ini terasa semakin sejuk dan memenuhi dahaga semua orang ketika di lapangan Stadion Abdullah bin Khalifa Rafael Strucik cs menjadi tim yang lebih menekan dan memperagakan sepak bola atraktif yang asyik untuk disaksikan.
Tim asuhan Shin Tae-yong itu menjadi pihak yang lebih mendikte lawan, bahkan jauh sebelum Korea Selatan kehilangan Lee Youn-jun pada menit ke-70 akibat kartu merah menyusul pelanggaran keras terhadap Justin Hubner.
Korea Selatan yang selama fase grup menciptakan empat gol dan tak kebobolan, dibuat tak bisa melepaskan satu pun tendangan tepat sasaran sepanjang babak pertama, kecuali gol bunuh diri Komang Teguh yang membelokkan sundulan Eom Ji-Sung sehingga kiper Ernando Ari mati langkah dan bola pun masuk gawang sendiri.
Sebelum gol itu, Indonesia unggul lebih dulu pada menit ke-15 berkat gol Rafael Struick. Struick pula yang memulihkan keunggulan Indonesia pada menit tambahan babak pertama, sebelum Jeong Sang-vin menyamakan kedudukan 14 menit setelah kartu merah kepada Lee Young-jun.
Gelandang Indonesia #07 Marselino Ferdinan melakukan selebrasi bersama rekan satu timnya setelah mencetak gol pertama timnya melalui tendangan penalti dalam pertandingan Grup A Piala Asia AFC U23 melawan Yordania di Stadion Abdullah Bin Khalifa di Doha pada Minggu (21/4/2024). ANTARA/AFP/Karim Jaafar/pri. (AFP/KARIM JAAFAR/KARIM JAAFAR)
Selama babak pertama, Garuda Muda tidak saja menciptakan dua gol pada babak pertama itu, tapi juga tak memberikan satu pun kesempatan kepada Korea Selatan untuk melepaskan tembakan ke arah gawang.
Total selama 120 menit bertanding karena laga terpaksa dilanjutkan ke babak tambahan 2x15 menit, Indonesia melepaskan 21 percobaan gol yang 5 di antaranya menemui sasaran. Sebaliknya, Korea Selatan hanya bisa membuat 8 upaya yang 2 di antaranya tepat sasaran.
Rizki Ridho dan kawan-kawan juga menjadi tim pertama dan sekaligus terakhir yang menjebol gawang Korea Selatan dalam Asia U23 edisi 2024.
Garuda Muda juga menjadi tim kedua setelah Jepang pada 2022 yang menyingkirkan Korea Selatan dalam perempatfinal Piala Asia U23, padahal tim ini selalu melewati semifinal dalam empat dari enam edisi Piala Asia U23.
Kini, Garuda Muda melanjutkan petualangan mereka dalam semifinal, dengan menghadapi pemenang pertandingan Sabtu dini hari esok antara Uzbekistan dan Arab Saudi.
Kedua tim sama-sama berperingkat tinggi di Asia, tapi masih di bawah Korea Selatan.
Sebelum ini, Garuda Muda telah membuat takluk dua tim dengan peringkat timnas seniornya lebih tinggi, yakni Australia dan Yordania.
Di atas kertas, tim asuhan Shin Tae-yong seharusnya setidaknya mengimbangi salah satu mereka dalam semifinal nanti.
Ini juga menjadi pembuktian berikutnya bahwa Garuda Muda sudah melangkah jauh bukan karena kebetulan atau nasib baik, melainkan teknik, taktik dan keprimaan fisik serta mental pemain.
Selanjutnya: Mentalitas pemenang
Mentalitas pemenang
Masih tak percaya? Lihatlah tujuh gol yang diciptakan tim muda Indonesia itu dalam Piala Asia U23 2024 ini.
Kebanyakan dari gol ini tercipta karena perencanaan dan visi bermain yang tajam, termasuk dua gol yang merobek gawang Korea Selatan, dini hari tadi itu.
Lihat pula keempat pertandingan yang dijalani Indonesia U23 selama turnamen di Qatar itu. Kecuali saat menghadapi Australia, Garuda Muda selalu menjadi tim yang tampil lebih menekan dan mengancam gawang lawan.
Cara bermain mereka juga indah dan enak dipandang mata. Mulai dari cara bermanuver tanpa bola, sampai umpan satu dua yang menawan, yang kerap tak bisa dibaca lawan, termasuk saat menghadapi Korea Selatan dalam perempatfinal tadi.
Lantas, apakah semua ini petunjuk bahwa kualitas tim nasional kita meningkat?
Pemain timnas Indonesia U-23 Komang Teguh Trisnanda (kedua dari kanan) merayakan gol yang dicetaknya ke gawang Australia pada pertandingan Grup A Piala Asia U-23 2024 di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, Qatar, Kamis (18/4/2024). ANTARA/HO-PSSI/aa. (Handout PSSI)
Anda boleh berdebat mengenai hal ini, tapi Anda tak bisa memungkiri tiga kemenangan terakhir yang dicatat Garuda Muda, khususnya dari si raja Asia, Korea Selatan, walau dari adu penalti.
Bahkan debutan yang memenangkan adu penalti dari tim berpengalaman tampil dalam laga-laga level puncak seperti Korea Selatan, sudah merupakan pencapaian istimewa.
Ini karena adu penalti juga bukan cuma tentang menendang dan menghadang bola atau mengenai keberuntungan, tapi juga tentang mentalitas untuk menjadi pemenang.
Karena faktor ini pula ada alasan kuat untuk mengatakan perjalanan Indonesia U23 bisa terus berlanjut sampai puncak.
Bukan juga kelewat optimistis jika sukses kali ini menular pada tingkat senior yang sedang bertualang dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026, yang juga memburu sejarah baru lainnya, yakni masuk putaran final Piala Dunia. Memang berat sekali, tapi tidak mustahil.
Namun sementara ini, mari berharap kemenangan atas Korea Selatan membuat tim asuhan Shi Tae-yong makin percaya diri bahwa level permainan mereka terus meningkat sehingga tiket Olimpiade Paris bisa digenggam dengan pasti, atau sekalian mengantarkan Indonesia untuk pertama kalinya merasakan trofi turnamen sepak bola internasional atau kontinental.