Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tetap mencari alternatif lain, selain vaksin Sinovac dari Tiongkok untuk menangani pandemi COVID-19 yang belum mereda.
Baca juga: BPOM: Vaksin COVID-19 masuk dengan jalur khusus
"Kita kan bekerja sama dengan negara lain, tapi dalam waktu yang sama, berbagai riset berkembang, ada di Universitas Airlangga dan beberapa industri farmasi juga sudah mulai," kata Penny di Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Universitas Padjajaran Jalan Eyckman, Kota Bandung, Selasa.
Sehingga, kata dia, Indonesia memiliki berbagai peluang sumber vaksin untuk bisa diproduksi nantinya. Karena, seluruh dunia juga melakukan hal yang sama untuk memenuhi kebutuhan vaksin.
"Jadi, semakin banyak kesempatan kita untuk berbagai alternatif, jadi sekuluh dunia, kebutuhan vaksin sangat besar, kita akan berkompetisi," kata Penny.
Baca juga: BPOM tidak pernah keluarkan klaim jamu bunuh virus COVID-19
Baca juga: BPOM: Jamu untuk tingkatkan imun tubuh bukan membunuh virus
Sejauh ini, kata dia, BPOM terus mendampingi Tim Peneliti Unpad dalam uji klinis vaksin COVID-19 Sinovac untuk memastikan protokol uji klinis dilakukan secara tepat.
Menurutnya, proses perizinan untuk vaksin itu juga dilakukan secara bersamaan dengan proses uji klinisnya, sehingga ketika uji klinis telah selesai, BPOM bisa segera mengeluarkan izin edarnya.
"Sekitar Januari nanti juga sudah bisa kita keluarkan izin untuk peredaran dalam kondisi pandemi, jadi tetap kita jamin aspek keamanan, mutu, dan efikasinya," kata dia.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo mengatakan dirinya menargetkan penelitian Vaksin COVID-19 Merah Putih asli Indonesia bisa selesai pada pertengahan tahun 2021.
Baca juga: BPOM jamin validitas protokol uji klinis vaksin COVID-19
"Jadi kita mengembangkan sendiri oleh Lembaga Eijkman, BPOM, LIPI dan universitas-universitas yang kita miliki, yaitu vaksin Merah Putih. Tapi kita juga buka diri untuk bekerja sama, misalnya dengan Sinovac di Tiongkok," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020