Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan dr. Achmad Yurianto mengatakan bahwa sebagian besar pegawai Kemenkes yang positif COVID-19 tanpa gejala dan saat ini sebagian pegawai sudah sembuh.
“Sekarang yang masih kita suruh isolasi secara mandiri mungkin gak sampai 10 orang. Selebihnya sudah sembuh dan sudah bekerja lagi,” kata Yurianto dalam keterangan tertulis Kemenkes yang dikutip di Jakarta, Selasa.
Menurut Yurianto, penularan COVID-19 yang terjadi pada pegawai Kemenkes bisa saja terjadi di luar kantor. Dia menjelaskan Kantor Kemenkes ada di Kuningan tapi sebagain besar pegawainya diperbantukan di luar kantor, seperti Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) baik di Bandara Soekarno Hatta mupun di Bandara Halim Perdana Kusuma. Ada juga pegawai Kemenkes yang diperbantukan di RS Darurat Wisma Atlet menerima ribuan orang setiap hari untuk melakukan kontak tracing.
Dia berpendapat pegawai tersebut kemungkinan terpapar di luar kantor. "SOP sudah dijalankan dengan baik tapi risiko pekerjaan luar biasa. Ada juga pegawai Kemenkes yang bekerja di laboratorium memang tidak pernah ketemu pasien tapi ketemu virusnya langsung," kata Yurianto.
Menurut dia, ini adalah penyakit menular yang faktor pembawa penyakitnya adalah manusia. Gambaran akhir-akhir ini sudah semakin terlihat bahwa kasus-kasus yang terkonfirmasi positif dari pemeriksaan swab itu sebagian besar bahkan ada yang memperkirakan 80 persen tanpa gejala. "Ini lah yang jadi problem, karena mereka tidak sakit,” kata dia.
Yurianto mengatakan penularan COVID-19 tidak terjadi di kantor tapi terjadi di banyak tempat. Petugas laboratorium yang harus memeriksa spesimen lebih dari 1.000 setiap harinya meningkatkan risiko yang sudah diprediksi.
“Ini adalah risiko yang kita tanggung. Ini bukan tertular di kantor Kemenkes, di kantor Kementerian orangnya tinggal sedikit karena berada di pos-pos terdepan melaksanakan penanganan COVID-19,” jelas Yurianto.
Dia menjelaskan bahwa Kemenkes telah menerapkan SOP yang sangat ketat, yaitu pegawai yang boleh ditugaskan adalah mereka yang tidak memiliki komorbid. Sementara SOP di kantor Kemenkes diharuskan penyemprotan disinfekatan tiga kali dalam seminggu mencakup seluruh ruangan yang ada di kantor Kemenkes.
Tak hanya kantor, semua pegawai setelah melakukan tugas bergantian harus dilakukan pemeriksaan PCR, termasuk menteri kesehatan setelah melakukan kunjungan kerja ke daerah begitu kembali ke kantor harus diswab.
“Dengan swab yang banyak kita bisa temukan semua orang positif COVID-19 karena memang tujuan kami melakukan proteksi pada pegawai supaya mereka bisa terjaga betul kondisi fisiknya dan kinerja ya bisa maksimal,” ucapnya.
Ia menambahkan pegawai Kemenkes banyak yang bertempat tinggal di Jabodetabek, yang setiap hari berangkat dari rumahnya dengan menggunakan berbagai moda transportasi sehingga risiko penularan bisa terjadi di mana saja.
Yurianto menyebut pegawai Kemenkes yang positif COVID-19 penularannya tidak terjadi di kantor, bahkan ia menekankan bahwa sekarang tidak ada lagi disebutkan klaster perkantoran, tapi klaster Jabodetabek.
“Kontak tracing yang kita lakukan terhadap semua pegawai Kemenkes yang positif COVID-19 itu penularannya tidak terjadi di kantor. Sekarang ini tidak bisa lagi disebutkan klaster kantor, ini sudah klaster Jabodetabek,” tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020
“Sekarang yang masih kita suruh isolasi secara mandiri mungkin gak sampai 10 orang. Selebihnya sudah sembuh dan sudah bekerja lagi,” kata Yurianto dalam keterangan tertulis Kemenkes yang dikutip di Jakarta, Selasa.
Menurut Yurianto, penularan COVID-19 yang terjadi pada pegawai Kemenkes bisa saja terjadi di luar kantor. Dia menjelaskan Kantor Kemenkes ada di Kuningan tapi sebagain besar pegawainya diperbantukan di luar kantor, seperti Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) baik di Bandara Soekarno Hatta mupun di Bandara Halim Perdana Kusuma. Ada juga pegawai Kemenkes yang diperbantukan di RS Darurat Wisma Atlet menerima ribuan orang setiap hari untuk melakukan kontak tracing.
Dia berpendapat pegawai tersebut kemungkinan terpapar di luar kantor. "SOP sudah dijalankan dengan baik tapi risiko pekerjaan luar biasa. Ada juga pegawai Kemenkes yang bekerja di laboratorium memang tidak pernah ketemu pasien tapi ketemu virusnya langsung," kata Yurianto.
Menurut dia, ini adalah penyakit menular yang faktor pembawa penyakitnya adalah manusia. Gambaran akhir-akhir ini sudah semakin terlihat bahwa kasus-kasus yang terkonfirmasi positif dari pemeriksaan swab itu sebagian besar bahkan ada yang memperkirakan 80 persen tanpa gejala. "Ini lah yang jadi problem, karena mereka tidak sakit,” kata dia.
Yurianto mengatakan penularan COVID-19 tidak terjadi di kantor tapi terjadi di banyak tempat. Petugas laboratorium yang harus memeriksa spesimen lebih dari 1.000 setiap harinya meningkatkan risiko yang sudah diprediksi.
“Ini adalah risiko yang kita tanggung. Ini bukan tertular di kantor Kemenkes, di kantor Kementerian orangnya tinggal sedikit karena berada di pos-pos terdepan melaksanakan penanganan COVID-19,” jelas Yurianto.
Dia menjelaskan bahwa Kemenkes telah menerapkan SOP yang sangat ketat, yaitu pegawai yang boleh ditugaskan adalah mereka yang tidak memiliki komorbid. Sementara SOP di kantor Kemenkes diharuskan penyemprotan disinfekatan tiga kali dalam seminggu mencakup seluruh ruangan yang ada di kantor Kemenkes.
Tak hanya kantor, semua pegawai setelah melakukan tugas bergantian harus dilakukan pemeriksaan PCR, termasuk menteri kesehatan setelah melakukan kunjungan kerja ke daerah begitu kembali ke kantor harus diswab.
“Dengan swab yang banyak kita bisa temukan semua orang positif COVID-19 karena memang tujuan kami melakukan proteksi pada pegawai supaya mereka bisa terjaga betul kondisi fisiknya dan kinerja ya bisa maksimal,” ucapnya.
Ia menambahkan pegawai Kemenkes banyak yang bertempat tinggal di Jabodetabek, yang setiap hari berangkat dari rumahnya dengan menggunakan berbagai moda transportasi sehingga risiko penularan bisa terjadi di mana saja.
Yurianto menyebut pegawai Kemenkes yang positif COVID-19 penularannya tidak terjadi di kantor, bahkan ia menekankan bahwa sekarang tidak ada lagi disebutkan klaster perkantoran, tapi klaster Jabodetabek.
“Kontak tracing yang kita lakukan terhadap semua pegawai Kemenkes yang positif COVID-19 itu penularannya tidak terjadi di kantor. Sekarang ini tidak bisa lagi disebutkan klaster kantor, ini sudah klaster Jabodetabek,” tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020