=Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jambi, Munawar Ibrahim mengatakan pencapaian program keluarga berencana sangat ditentukan oleh kesertaan masyarakat terutama dalam hal ini Pasangan Usia Subur (PUS) dalam ber-KB.
"Di samping peningkatan jumlah Peserta KB baru, komitmen dari peserta KB aktif juga perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan peningkatan angka putus pakai dalam ber KB," katanya dalam peringatan hari Kontrasepsi Sedunia di Kantor BKKBN Provinsi Jambi, Jumat (25/9).
Untuk mendukung itu, kata Munawar perlu ditingkatkan sarana dan prasarana KB yang memadai serta tenaga pelayanan KB yang kompeten.
Untuk terus meningkatkan komitmen masyarakat dalam hal ini pasangan usia subur dalam ber-KB diperlukan pula adanya dukungan dari berbagai pihak terkait antara lain stakeholder, provider medis dan mitra kerja baik pemerintah maupun swasta untuk memberikan pelayanan KB yang berkualitas.
"Karenanya sangat penting untuk terus menjalin kerja sama dalam meningkatkan komitmen dan dukungan dari berbagai pihak untuk percepatan pencapaian program Bangga Kencana," ujarnya.
Munawar menjelaskan, Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) yang sekarang diganti menjadi Program Bangga Kencana di Indonesia telah menorehkan sejarah panjang dalam Pembangunan Nasional. Selama 40 tahun terakhir, Program Keluarga Berencana di Indonesia telah menurunkan secara berarti angka kelahiran rata-rata dari 5.6 anak per wanita usia subur pada akhir tahun 1960-an menjadi 2.6 pada tahun 2012 dan di tahun 2017 menurun menjadi 2.4 anak per wanita (Sumber: Survei Demografi Kesehatan Indonesia).
Cerita sukses program Keluarga Berencana ini di latarbelakangi oleh beberapa faktor kunci. Diantaranya sejak tahun 1970-an, komitmen politis pemerintah sangat kuat di berbagai tingkatan pemerintahan. Melalui kampanye perubahan sikap dan perilaku, penyediaan layanan kontrasepsi dan integrasi konsep pelayanan yang berbasis komunitas, telah berhasil menurunkan angka kelahiran, angka kematian ibu dan berkontribusi pada peningkatan partisipasi perempuan di bidang ekonomi.
Saat ini program Bangga Kencana kata Munawar tetap menjadi salah satu program prioritas pemerintah. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) angka kelahiran total (TFR) secara nasional cenderung menurun dari 2,6 (SDKI 2012) menjadi sekitar 2,4 anak per perempuan usia reproduksi (SDKI 2017).
Walaupun TFR masih belum sepenuhnya mencapai sasaran pembangunan bidang kependudukan dan KB yaitu 2,33 (RPJMN 2015-2019), namun hal tersebut menunjukkan pencapaian yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya yang cenderung stagnan sejak tahun 2007. Demikian pula dengan angka penggunaan kontrasepsi yang telah mengalami peningkatan dari 61,9 persen (SDKI 2012) menjadi 63,6 persen (SDKI 2017) akan tetapi masih didominasi oleh penggunaan metode kontrasepsi jangka pendek.
Saat ini, lanjut Munawar, Indonesia sedang menghadapi pandemi COVID-19 yang kemudian berdampak pada seluruh aspek kehidupan termasuk penyelenggaraan pelayanan KB. Berdasarkan data statistik rutin BKKBN, capaian peserta KB baru mengalami penurunan secara signifikan dari 422.315 pada bulan Maret 2020 menjadi 371.292 dan 388.390 pada bulan April dan Mei 2020.
Di samping itu terdapat beberapa tantangan dalam pelayanan KB pada masa pandemi ini diantaranya keterbatasan akses terhadap pelayanan di fasilitas kesehatan, kebutuhan alat pelindung diri (APD) yang memadai dan memenuhi standar bagi petugas pelayanan KB, serta penerapan pelayanan KB di era kebiasaan baru dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Adanya pandemi COVID-19 kemudian juga berdampak pada peningkatan kehamilan tidak diinginkan (KTD) di beberapa wilayah sebagai akibat dari penurunan kesertaan KB dan peningkatan angka putus pakai kontrasepsi.
Sementara itu, Gubernur Jambi Fachrori Umar dalam sambutannya yang dibacakan Asisten I Pemprov Jambi, Apani Saharudin yang turut hadir dalam peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia tersebut mengatakan, kontrasepsi merupakan salah satu bagian dalam pengelolaan program Keluarga Berencana. Gagasan perencanaan keluarga untuk mewujudkan kehidupan reproduksi yang sehat dapat dijalankan dengan konkrit diantaranya dengan penggunaan alat kontrasepsi.
Kesehatan reproduksi yang baik kata Gubernur merupakan sebab dan akibat dari upaya perencanaan hidup yang baik. Jika kesehatan reproduksi dapat dijaga dengan baik, maka kualitas hidup keluarga secara umum juga dapat ditingkatkan.
"Oleh karena itu, pada peringatan World Contraception Day (WCD) 2020 penting untuk mengarahkan masyarakat tentang kontrasepsi menjadi lebih dari sekadar alat untuk mencegah terjadinya kehamilan, tetapi untuk mewujudkan kehidupan reproduksi yang sehat agar terhindar dari kehamilan tidak diinginkan serta kesakitan dan kematian karena kehamilan terlalu muda, terlalu tua, terlalu rapat/dekat dan terlalu sering/banyak. Hal tersebut diiringi dengan upaya peningkatan pemahaman komprehensif tentang ragam jenis serta kelemahan dan kelebihan masing-masing alat/obat kontrasepsi," kata gubernur.
Dalam kesempatan tersebut, gubernur juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada kabupaten/kota se-Provinsi Jambi yang telah berjuang melaksanakan pelayanan KB dalam rangka memperingati hari kontrasepsi sedunia dengan capaian yang sangat memuaskan, dimana dari total target yang diberikan pusat sebanyak 1.880 akseptor sudah tercapai/terlayani 5.000 akseptor KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) (266 persen) dari target yang sudah ditetapkan.
"Saya berharap kiranya prestasi yang luar biasa ini dapat dipertahankan dan ke depan bisa lebih ditingkatkan lagi," ujar gubernur.
Dalam peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia di Jambi, BKKBN Provinsi Jambi juga menggelar kegiatan sehat yakni Senam Sajojo di halaman kantor BKKBN Provinsi Jambi.***
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020
"Di samping peningkatan jumlah Peserta KB baru, komitmen dari peserta KB aktif juga perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan peningkatan angka putus pakai dalam ber KB," katanya dalam peringatan hari Kontrasepsi Sedunia di Kantor BKKBN Provinsi Jambi, Jumat (25/9).
Untuk mendukung itu, kata Munawar perlu ditingkatkan sarana dan prasarana KB yang memadai serta tenaga pelayanan KB yang kompeten.
Untuk terus meningkatkan komitmen masyarakat dalam hal ini pasangan usia subur dalam ber-KB diperlukan pula adanya dukungan dari berbagai pihak terkait antara lain stakeholder, provider medis dan mitra kerja baik pemerintah maupun swasta untuk memberikan pelayanan KB yang berkualitas.
"Karenanya sangat penting untuk terus menjalin kerja sama dalam meningkatkan komitmen dan dukungan dari berbagai pihak untuk percepatan pencapaian program Bangga Kencana," ujarnya.
Munawar menjelaskan, Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) yang sekarang diganti menjadi Program Bangga Kencana di Indonesia telah menorehkan sejarah panjang dalam Pembangunan Nasional. Selama 40 tahun terakhir, Program Keluarga Berencana di Indonesia telah menurunkan secara berarti angka kelahiran rata-rata dari 5.6 anak per wanita usia subur pada akhir tahun 1960-an menjadi 2.6 pada tahun 2012 dan di tahun 2017 menurun menjadi 2.4 anak per wanita (Sumber: Survei Demografi Kesehatan Indonesia).
Cerita sukses program Keluarga Berencana ini di latarbelakangi oleh beberapa faktor kunci. Diantaranya sejak tahun 1970-an, komitmen politis pemerintah sangat kuat di berbagai tingkatan pemerintahan. Melalui kampanye perubahan sikap dan perilaku, penyediaan layanan kontrasepsi dan integrasi konsep pelayanan yang berbasis komunitas, telah berhasil menurunkan angka kelahiran, angka kematian ibu dan berkontribusi pada peningkatan partisipasi perempuan di bidang ekonomi.
Saat ini program Bangga Kencana kata Munawar tetap menjadi salah satu program prioritas pemerintah. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) angka kelahiran total (TFR) secara nasional cenderung menurun dari 2,6 (SDKI 2012) menjadi sekitar 2,4 anak per perempuan usia reproduksi (SDKI 2017).
Walaupun TFR masih belum sepenuhnya mencapai sasaran pembangunan bidang kependudukan dan KB yaitu 2,33 (RPJMN 2015-2019), namun hal tersebut menunjukkan pencapaian yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya yang cenderung stagnan sejak tahun 2007. Demikian pula dengan angka penggunaan kontrasepsi yang telah mengalami peningkatan dari 61,9 persen (SDKI 2012) menjadi 63,6 persen (SDKI 2017) akan tetapi masih didominasi oleh penggunaan metode kontrasepsi jangka pendek.
Saat ini, lanjut Munawar, Indonesia sedang menghadapi pandemi COVID-19 yang kemudian berdampak pada seluruh aspek kehidupan termasuk penyelenggaraan pelayanan KB. Berdasarkan data statistik rutin BKKBN, capaian peserta KB baru mengalami penurunan secara signifikan dari 422.315 pada bulan Maret 2020 menjadi 371.292 dan 388.390 pada bulan April dan Mei 2020.
Di samping itu terdapat beberapa tantangan dalam pelayanan KB pada masa pandemi ini diantaranya keterbatasan akses terhadap pelayanan di fasilitas kesehatan, kebutuhan alat pelindung diri (APD) yang memadai dan memenuhi standar bagi petugas pelayanan KB, serta penerapan pelayanan KB di era kebiasaan baru dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Adanya pandemi COVID-19 kemudian juga berdampak pada peningkatan kehamilan tidak diinginkan (KTD) di beberapa wilayah sebagai akibat dari penurunan kesertaan KB dan peningkatan angka putus pakai kontrasepsi.
Sementara itu, Gubernur Jambi Fachrori Umar dalam sambutannya yang dibacakan Asisten I Pemprov Jambi, Apani Saharudin yang turut hadir dalam peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia tersebut mengatakan, kontrasepsi merupakan salah satu bagian dalam pengelolaan program Keluarga Berencana. Gagasan perencanaan keluarga untuk mewujudkan kehidupan reproduksi yang sehat dapat dijalankan dengan konkrit diantaranya dengan penggunaan alat kontrasepsi.
Kesehatan reproduksi yang baik kata Gubernur merupakan sebab dan akibat dari upaya perencanaan hidup yang baik. Jika kesehatan reproduksi dapat dijaga dengan baik, maka kualitas hidup keluarga secara umum juga dapat ditingkatkan.
"Oleh karena itu, pada peringatan World Contraception Day (WCD) 2020 penting untuk mengarahkan masyarakat tentang kontrasepsi menjadi lebih dari sekadar alat untuk mencegah terjadinya kehamilan, tetapi untuk mewujudkan kehidupan reproduksi yang sehat agar terhindar dari kehamilan tidak diinginkan serta kesakitan dan kematian karena kehamilan terlalu muda, terlalu tua, terlalu rapat/dekat dan terlalu sering/banyak. Hal tersebut diiringi dengan upaya peningkatan pemahaman komprehensif tentang ragam jenis serta kelemahan dan kelebihan masing-masing alat/obat kontrasepsi," kata gubernur.
Dalam kesempatan tersebut, gubernur juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada kabupaten/kota se-Provinsi Jambi yang telah berjuang melaksanakan pelayanan KB dalam rangka memperingati hari kontrasepsi sedunia dengan capaian yang sangat memuaskan, dimana dari total target yang diberikan pusat sebanyak 1.880 akseptor sudah tercapai/terlayani 5.000 akseptor KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) (266 persen) dari target yang sudah ditetapkan.
"Saya berharap kiranya prestasi yang luar biasa ini dapat dipertahankan dan ke depan bisa lebih ditingkatkan lagi," ujar gubernur.
Dalam peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia di Jambi, BKKBN Provinsi Jambi juga menggelar kegiatan sehat yakni Senam Sajojo di halaman kantor BKKBN Provinsi Jambi.***
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020