Amir Syarifuddin (26) yang memulai usahanya dengan menekuni petani sayuran gambas dan pare sejak 2015 lalu, karena peluang penghasilan dengan menanam sayur cukup besar namun selama pandemi COVID-19, penghasilan menjual sayur menurun dan harga nya terpaksa diturunkan.

“Selama lima tahun saya memulai usaha ini, sering yang namanya jatuh bangun masalah pendapatan, tetapi tidak separah saat pandemi ini,”  kata Amir kepada ANTARA, Selasa.

Setiap masa panen dia berhasil menjual Rp5.000 per kilogram untuk sayu pare dan gambas di tempatnya sendiri, di Desa Baru Kecamatan Mestong, Kabupaten Muarojambi. Namun jika dijual ke pasar dijualnya dalam bentuk jumlah bersar atau karungan.

Menanam sayur jenis gambas dan pare tidak terlalu sulit, namun saat memasuki musim penghujan virus dan hama banyak menyerang tanaman sayur terseut sehingga hal itu yang menjadi kendalanya,

"Jika pada musim hujan tanaman sayur gambas dan pare yang dihasilkan tidak terlalu bagus, dikarenakan tanaman itu menjadi busuk dan mati," kata Amir yang hasil produksi sayurnya bisa membantu biaya sekolah atau kuliah adiknya.

Perawatan sayuran dalam sebulan, dilakukan dua kali masa pemupukan dengan jenis pupuk organik dan anorganik yang dicampur lalu dilarutkan untuk disemprotkan ke tanaman sayur tersebut dan penyiramannya pun harus rutin dilakukan setiap sore hari.

Saat masa pandemi selama beberapa bulan yang lalu penjualan mengalami penurunan yang cukup tinggi, biasanya omset yang didapatkan lebih dari Rp5 juta sekali panen, namun saat pandemi COVID-19 hasil yang didapatkan menurun hingga 50 persen.

“Harapan saya kedepannya semoga pandemi ini cepat berlalu, sehingga perekonomian menjadi normal kembali.” tegas Amir.






 

Pewarta: Nurul Azizah

Editor : Nanang Mairiadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020