Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan pesawat N219 Nurtanio menjadi awal kebangkitan industri dirgantara di Indonesia.
"Tentunya kita berharap pesawat N219 ini bisa menjadi awal dari kebangkitan industri dirgantara di Indonesia, kita bisa membuktikan sebagai bangsa Indonesia sanggup dan mampu mendesain, dan membangun pesawat ini dari awal sampai menjadi pesawat utuh. Mudah-mudahan bisa menjadi kebanggaan kita semua karena pesawat inilah yang nanti akan mempersatukan seluruh wilayah di Indonesia,” kata Menristek/Kepala BRIN Bambang dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, Jakarta, Sabtu.
Menristek mengapresiasi kerja sama dan kerja keras antara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) yang sudah mengembangkan dan memastikan pesawat itu hingga selesai untuk prototipe dan untuk siap uji.
Menristek juga mengapresiasi dukungan Kementerian Perhubungan khususnya Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) yang memberikan registrasi kepada pesawat itu, dan dukungan dari tes pilot yang sudah menghabiskan waktu yang cukup banyak untuk memastikan pesawat itu akan menjadi pesawat yang aman dan yang memang dibutuhkan oleh Indonesia sebagai negara kepulauan.
Menristek melakukan kunjungan ke PT Dirgantara Indonesia dalam rangka menyaksikan uji terbang pesawat N219 pada Jumat (11/12) dan meninjau uji terbang pesawat N219 Prototype Design 2 (PD2) di apron hanggar final assembly line KP II PT DI di Bandung, Jawa Barat.
Pesawat yang diberi nama Nurtanio oleh Presiden RI Joko Widodo pada 10 November 2017 itu merupakan pesawat karya anak bangsa hasil kerja sama antara Lapan dan PT DI.
Pesawat N219 Nurtanio menjalani serangkaian pengujian seperti aircraft performance, karakteristik kestabilan dan pengendalian, uji terbang struktur pesawat, dan pengujian sub sistem pesawat (avionic system, electrical system, flight control, propulsion).
Saat ini, pesawat N219 Nurtanio sudah mendekati tahap akhir pengujian untuk mendapatkan type certificated yang merupakan sertifikasi kelaikan udara dari desain manufaktur pesawat yang diterbitkan oleh otoritas kelaikudaraan sipil DKPPU Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.
Menteri Bambang juga mengapresiasi keberhasilan PT DI dalam melakukan "full integrator" dengan melibatkan berbagai macam industri dalam negeri yang terkait dengan komponen pesawat mulai dari desain hingga manufaktur. Dengan adanya fungsi "full integrator" itu, diharapkan bisa menaikkan nilai tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di atas 50 persen.
"Saya menyampaikan apresiasi kepada PTD I yang untuk pertama kalinya berfungsi sebagai 'full integrator' mulai dari desain hingga manufakturnya melibatkan berbagai macam industri yang terkait dengan komponen pesawat. Mudah-mudahan rantai nilai produksi atau industri pesawat di Indonesia bisa diwujudkan dan kita terus bisa meningkatkan TKDN yang saat ini hampir 40 persen dan mudah-mudahan kita bisa segera naikkan di atas 50 persen," ujar Menristek Bambang.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020
"Tentunya kita berharap pesawat N219 ini bisa menjadi awal dari kebangkitan industri dirgantara di Indonesia, kita bisa membuktikan sebagai bangsa Indonesia sanggup dan mampu mendesain, dan membangun pesawat ini dari awal sampai menjadi pesawat utuh. Mudah-mudahan bisa menjadi kebanggaan kita semua karena pesawat inilah yang nanti akan mempersatukan seluruh wilayah di Indonesia,” kata Menristek/Kepala BRIN Bambang dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, Jakarta, Sabtu.
Menristek mengapresiasi kerja sama dan kerja keras antara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) yang sudah mengembangkan dan memastikan pesawat itu hingga selesai untuk prototipe dan untuk siap uji.
Menristek juga mengapresiasi dukungan Kementerian Perhubungan khususnya Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) yang memberikan registrasi kepada pesawat itu, dan dukungan dari tes pilot yang sudah menghabiskan waktu yang cukup banyak untuk memastikan pesawat itu akan menjadi pesawat yang aman dan yang memang dibutuhkan oleh Indonesia sebagai negara kepulauan.
Menristek melakukan kunjungan ke PT Dirgantara Indonesia dalam rangka menyaksikan uji terbang pesawat N219 pada Jumat (11/12) dan meninjau uji terbang pesawat N219 Prototype Design 2 (PD2) di apron hanggar final assembly line KP II PT DI di Bandung, Jawa Barat.
Pesawat yang diberi nama Nurtanio oleh Presiden RI Joko Widodo pada 10 November 2017 itu merupakan pesawat karya anak bangsa hasil kerja sama antara Lapan dan PT DI.
Pesawat N219 Nurtanio menjalani serangkaian pengujian seperti aircraft performance, karakteristik kestabilan dan pengendalian, uji terbang struktur pesawat, dan pengujian sub sistem pesawat (avionic system, electrical system, flight control, propulsion).
Saat ini, pesawat N219 Nurtanio sudah mendekati tahap akhir pengujian untuk mendapatkan type certificated yang merupakan sertifikasi kelaikan udara dari desain manufaktur pesawat yang diterbitkan oleh otoritas kelaikudaraan sipil DKPPU Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.
Menteri Bambang juga mengapresiasi keberhasilan PT DI dalam melakukan "full integrator" dengan melibatkan berbagai macam industri dalam negeri yang terkait dengan komponen pesawat mulai dari desain hingga manufaktur. Dengan adanya fungsi "full integrator" itu, diharapkan bisa menaikkan nilai tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di atas 50 persen.
"Saya menyampaikan apresiasi kepada PTD I yang untuk pertama kalinya berfungsi sebagai 'full integrator' mulai dari desain hingga manufakturnya melibatkan berbagai macam industri yang terkait dengan komponen pesawat. Mudah-mudahan rantai nilai produksi atau industri pesawat di Indonesia bisa diwujudkan dan kita terus bisa meningkatkan TKDN yang saat ini hampir 40 persen dan mudah-mudahan kita bisa segera naikkan di atas 50 persen," ujar Menristek Bambang.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020