Bio Farma menargetkan 13 juta vaksin COVID-19 dengan nama "Covid-19 vaccine" akan selesai diproduksi pada 11 Februari 2021.
"Bahan baku gelombang pertama atau tahap ketiga yang datang sebanyak 15 juta dosis sudah mulai diproses di Bio Farma sejak 14 Januari 2021 dengan target produksi 13 juta dosis dan diperkirakan akan selesai produksi pada 11 Februari 2021," kata Juru Bicara PT Bio Farma Bambang Heriyando di Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, Banten, Selasa.
Pada hari ini, Indonesia kembali mendapatkan 10 juta bahan baku vaksin ditambah satu juta overfill (volume ekstra) dari Sinovac sehingga totalnya ada 11 juta dosis bahan baku pembuatan vaksin COVID-19.
Sebelumnya, pada 12 Januari 2021, Indonesia juga telah menerima 15 juta dosis "bulk" dengan "overfill" 1,5 juta dosis.
"Overfill" adalah volume ekstra yang diberikan Sinovac untuk mengantisipasi proses produksi di Bio Farma.
"Untuk kedatangan hari ini akan mulai diproses 13 Februari dan diharapkan selesai 30 Maret 2021. Setelah selesai diproduksi harus mengikuti uji mutu dan 'quality control' yang ketat yang dilakukan laboratorium Bio Farma maupun BPOM untuk memastikan vaksin yang dihasilkan memenuhi standar kualitas dan mutu yang ditetapkan," ungkap Bambang.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan mengeluarkan hasil uji dalam bentuk "lot release" untuk vaksin yang diproduksi Bio Farma dari gelombang pertama vaksin produski Bio Farma yang diperkirakan akan selesai pada minggu kedua Februari 2021.
"Lot release" merupakan persyaratan dari Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) berupa proses evaluasi yang dilakukan oleh otoritas obat setiap negara terhadap hasil uji dan/atau review dokumen mutu lot/batch suatu produk vaksin untuk menjamin mutu setiap lot/batch vaksin tersebut
"Vaksin tersebut rencananya akan dialokasikan untuk petugas publik dan tenaga layanan publik termasuk TNI/Polri mulai akhir Februari 2021," ungkap dia.
Menurut Bambang, proses pendistribusian vaksin COVID-19 agar vaksin tetap terjaga dengan menggunakan sistem manajemen vaksin atau SMDV yang terintegrasi dilengkapi "dashborad internet of thing".
"Kemasan vaksin COVID-19 akan dinamakan 'Covid-19 vaccine', memiliki kemasan yang berbeda dengan vaksin yang sebelumnya didistribusikan yaitu 'Coronavac' sebelumnya," kata dia.
Bila sebelumnya vaksin buatan Sinovac dengan merek "Coronavac" tiga juta dosis dikemas dalam dosis tunggal yaitu satu vial berisi satu dosis artinya dikemas dalam satu kardus berisi 40 vial sehingga satu kardus berisi 40 dosis sementara vaksin COVID-19 yang akan diproses di Bio Farma akan dikemas "multidose" di mana satu vial berisi 10 dosis dan dalam satu kardus akan dikemas 10 vial sehingga satu kardus berisi 100 dosis.
"Namun tidak membedakan kualitas vaksin COVID-19 tersebut," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021
"Bahan baku gelombang pertama atau tahap ketiga yang datang sebanyak 15 juta dosis sudah mulai diproses di Bio Farma sejak 14 Januari 2021 dengan target produksi 13 juta dosis dan diperkirakan akan selesai produksi pada 11 Februari 2021," kata Juru Bicara PT Bio Farma Bambang Heriyando di Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, Banten, Selasa.
Pada hari ini, Indonesia kembali mendapatkan 10 juta bahan baku vaksin ditambah satu juta overfill (volume ekstra) dari Sinovac sehingga totalnya ada 11 juta dosis bahan baku pembuatan vaksin COVID-19.
Sebelumnya, pada 12 Januari 2021, Indonesia juga telah menerima 15 juta dosis "bulk" dengan "overfill" 1,5 juta dosis.
"Overfill" adalah volume ekstra yang diberikan Sinovac untuk mengantisipasi proses produksi di Bio Farma.
"Untuk kedatangan hari ini akan mulai diproses 13 Februari dan diharapkan selesai 30 Maret 2021. Setelah selesai diproduksi harus mengikuti uji mutu dan 'quality control' yang ketat yang dilakukan laboratorium Bio Farma maupun BPOM untuk memastikan vaksin yang dihasilkan memenuhi standar kualitas dan mutu yang ditetapkan," ungkap Bambang.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan mengeluarkan hasil uji dalam bentuk "lot release" untuk vaksin yang diproduksi Bio Farma dari gelombang pertama vaksin produski Bio Farma yang diperkirakan akan selesai pada minggu kedua Februari 2021.
"Lot release" merupakan persyaratan dari Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) berupa proses evaluasi yang dilakukan oleh otoritas obat setiap negara terhadap hasil uji dan/atau review dokumen mutu lot/batch suatu produk vaksin untuk menjamin mutu setiap lot/batch vaksin tersebut
"Vaksin tersebut rencananya akan dialokasikan untuk petugas publik dan tenaga layanan publik termasuk TNI/Polri mulai akhir Februari 2021," ungkap dia.
Menurut Bambang, proses pendistribusian vaksin COVID-19 agar vaksin tetap terjaga dengan menggunakan sistem manajemen vaksin atau SMDV yang terintegrasi dilengkapi "dashborad internet of thing".
"Kemasan vaksin COVID-19 akan dinamakan 'Covid-19 vaccine', memiliki kemasan yang berbeda dengan vaksin yang sebelumnya didistribusikan yaitu 'Coronavac' sebelumnya," kata dia.
Bila sebelumnya vaksin buatan Sinovac dengan merek "Coronavac" tiga juta dosis dikemas dalam dosis tunggal yaitu satu vial berisi satu dosis artinya dikemas dalam satu kardus berisi 40 vial sehingga satu kardus berisi 40 dosis sementara vaksin COVID-19 yang akan diproses di Bio Farma akan dikemas "multidose" di mana satu vial berisi 10 dosis dan dalam satu kardus akan dikemas 10 vial sehingga satu kardus berisi 100 dosis.
"Namun tidak membedakan kualitas vaksin COVID-19 tersebut," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021