Gembong Primadjaja, calon Ketua Umum Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB) periode 2021-2025 meminta alumni yang tergabung dalam Gerakan Anti-Radikalisme (GAR) Alumni ITB untuk menahan diri.
"Pluralisme sudah menjadi keniscayaan. Tidak perlu lagi diperdebatkan atau dipertentangkan. Dengan adanya pluralisme, rasanya tidak mungkin radikal akan hidup nyaman," ujar Gembong saat konferensi pers daring, di Jakarta, Senin.
Belakangan, GAR yang isinya sejumlah alumnus ITB tengah menuai sorotan, setelah melaporkan Din Syamsuddin ke Komite Aparatur Sipil Negara (KASN), karena dugaan pelanggaran kode etik sebagai ASN, serta menyinggung juga soal isu radikal.
Gembong menekankan bahwa isu politik tidak ada dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) IA ITB.
Menurut dia, IA ITB seyogianya bergerak dengan yang ada kaitannya dengan pendidikan di kampus, yaitu teknologi, sains dan seni.
Mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) IA ITB periode 2016-2020 itu, mengungkapkan GAR ITB menjadi sebuah isu besar saat ini, karena kurangnya komunikasi dan interaksi satu sama lainnya.
Ia menekankan semestinya harus ada sosok yang bisa menyediakan waktu cukup menjalin komunikasi, sehingga mampu meminimalisasi perbedaan persepsi antara kelompok di dalam IA ITB.
"Saat ini perbedaan persepsi menjadi PR, agar bisa saya jembatani,” ujar caketum IA ITB nomor urut 3 itu pula.
"Saya berharap teman-teman yang sedang memperjuangkan sesuatu toleransi atau kebinekaan tadi bisa menahan diri agar lebih kondusif buat kita semua," kata Gembong, seraya menegaskan dirinya tak termasuk sebagai anggota GAR ITB.
Alih-alih memperdebatkan soal radikal, Gembong justru mengajak para alumnus yang tergabung dalam IA ITB untuk bersama-sama membangun bangsa dan membesarkan ranking ITB di Asia hingga dunia.
Keberadaan IA ITB, kata dia, harus mampu menjadi wadah kanalisasi dan optimalisasi alumni dalam berkarya membangun Indonesia menjadi lebih hebat.
Beberapa platform disampaikan Gembong dan siap dijalankannya jika terpilih sebagai Ketua Umum IA ITB Periode 2021-2025, salah satunya adalah mengembangkan "Indonesianisme Summit" yang saat ini menjadi panggung bagi alumni menunjukkan karya orisinalnya dan mempromosikan ke stakeholder terkait, seperti industriawan dan lainnya.
“Program (Indonesianisme Summit) ini sudah berjalan lima tahun. Ke depan, kegiatan IA memang juga harus memanfaatkan teknologi digital agar bisa memperluas cakupan kegiatan dan alumni lebih luas 130 ribu alumnus lebih, saat ini belum bisa kami lakukan kegiatan apa pun yang cukup besar. Evaluasi ke depan kami ingin memanfaatkan teknologi untuk interaksi komunikasi satu sama lain," katanya pula.
Selain Indosianisme Summit, program lain yang juga menjadi fokus Gembong, yaitu efektivitas kas dana alumni dengan cara kas akan diputar pada bisnis-bisnis alumni yang membutuhkan dan dikelola tanpa bunga berdasarkan kerja sama dengan sharing hasil.
Gembong tercatat sebagai alumnus Teknik Mesin ITB angkatan 1986 yang pernah menjabat sebagai Direktur PT Pelindo Energi Logistik, Ketua Tim Percepatan Konversi Bahan Bakar Gas pada Direktorat Jenderal Minyak dan Gas, serta Ketua Ikatan Alumni Mesin ITB.
Selama menjabat Sekjen IA ITB, Gembong tercatat telah menyelenggarakan Indonesianisme Summit sejak tahun 2017, 2018, dan 2019 yang juga dihadiri Jusuf Kalla semasa menjabat Wapres RI.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021
"Pluralisme sudah menjadi keniscayaan. Tidak perlu lagi diperdebatkan atau dipertentangkan. Dengan adanya pluralisme, rasanya tidak mungkin radikal akan hidup nyaman," ujar Gembong saat konferensi pers daring, di Jakarta, Senin.
Belakangan, GAR yang isinya sejumlah alumnus ITB tengah menuai sorotan, setelah melaporkan Din Syamsuddin ke Komite Aparatur Sipil Negara (KASN), karena dugaan pelanggaran kode etik sebagai ASN, serta menyinggung juga soal isu radikal.
Gembong menekankan bahwa isu politik tidak ada dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) IA ITB.
Menurut dia, IA ITB seyogianya bergerak dengan yang ada kaitannya dengan pendidikan di kampus, yaitu teknologi, sains dan seni.
Mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) IA ITB periode 2016-2020 itu, mengungkapkan GAR ITB menjadi sebuah isu besar saat ini, karena kurangnya komunikasi dan interaksi satu sama lainnya.
Ia menekankan semestinya harus ada sosok yang bisa menyediakan waktu cukup menjalin komunikasi, sehingga mampu meminimalisasi perbedaan persepsi antara kelompok di dalam IA ITB.
"Saat ini perbedaan persepsi menjadi PR, agar bisa saya jembatani,” ujar caketum IA ITB nomor urut 3 itu pula.
"Saya berharap teman-teman yang sedang memperjuangkan sesuatu toleransi atau kebinekaan tadi bisa menahan diri agar lebih kondusif buat kita semua," kata Gembong, seraya menegaskan dirinya tak termasuk sebagai anggota GAR ITB.
Alih-alih memperdebatkan soal radikal, Gembong justru mengajak para alumnus yang tergabung dalam IA ITB untuk bersama-sama membangun bangsa dan membesarkan ranking ITB di Asia hingga dunia.
Keberadaan IA ITB, kata dia, harus mampu menjadi wadah kanalisasi dan optimalisasi alumni dalam berkarya membangun Indonesia menjadi lebih hebat.
Beberapa platform disampaikan Gembong dan siap dijalankannya jika terpilih sebagai Ketua Umum IA ITB Periode 2021-2025, salah satunya adalah mengembangkan "Indonesianisme Summit" yang saat ini menjadi panggung bagi alumni menunjukkan karya orisinalnya dan mempromosikan ke stakeholder terkait, seperti industriawan dan lainnya.
“Program (Indonesianisme Summit) ini sudah berjalan lima tahun. Ke depan, kegiatan IA memang juga harus memanfaatkan teknologi digital agar bisa memperluas cakupan kegiatan dan alumni lebih luas 130 ribu alumnus lebih, saat ini belum bisa kami lakukan kegiatan apa pun yang cukup besar. Evaluasi ke depan kami ingin memanfaatkan teknologi untuk interaksi komunikasi satu sama lain," katanya pula.
Selain Indosianisme Summit, program lain yang juga menjadi fokus Gembong, yaitu efektivitas kas dana alumni dengan cara kas akan diputar pada bisnis-bisnis alumni yang membutuhkan dan dikelola tanpa bunga berdasarkan kerja sama dengan sharing hasil.
Gembong tercatat sebagai alumnus Teknik Mesin ITB angkatan 1986 yang pernah menjabat sebagai Direktur PT Pelindo Energi Logistik, Ketua Tim Percepatan Konversi Bahan Bakar Gas pada Direktorat Jenderal Minyak dan Gas, serta Ketua Ikatan Alumni Mesin ITB.
Selama menjabat Sekjen IA ITB, Gembong tercatat telah menyelenggarakan Indonesianisme Summit sejak tahun 2017, 2018, dan 2019 yang juga dihadiri Jusuf Kalla semasa menjabat Wapres RI.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021