Seorang anak pedagang bakso bernama Serda Dodi Wardiono menceritakan kisahnya bisa berhasil menjadi prajurit TNI Angkatan Darat serta mengabdi untuk bangsa dan negara.
Serda Dodi Wardiono dalam siaran TNI AD diterima di Jakarta Rabu, mengaku bahwa usahanya menjadi prajurit TNI AD tidaklah mudah.
Dodi bahkan sampai tujuh kali mendaftar baru bisa berhasil menjadi prajurit TNI Angkatan Darat. Kini, dia bertugas di Dinas Penerangan TNI AD, bagian videografi.
"Setiap ada pembukaan saya daftar, sampai tujuh kali totalnya saya daftar," kata Dodi.
Dikatakan bahwa cita-citanya menjadi prajurit TNI AD ditanggapi pesimistis oleh keluarganya karena cerita-cerita yang beredar di tengah masyarakat kalau menjadi prajurit harus menyediakan uang dalam jumlah tertentu.
"Saya modal nekat dan niat, saya bilang sama orang tua saya biar saya coba sendiri, saya jalani sendiri cukup dengan doa, insyaallah. Alhamdulillah, terkabul dengan doa orang tua," katanya lagi.
Juminto, ayah Serda Dodi Wardiono yang berprofesi sebagai pedagang bakso, menyebutkan dari usia 7 tahun anaknya sudah bercita-cita jadi prajurit TNI AD. Namun, dia mengaku tidak sanggup dengan cita-cita anaknya karena mendengar untuk menjadi prajurit memerlukan biaya yang sangat besar.
Sementara itu, Juminto hanya seorang pedagang kecil, yang awalnya menjadi pedagang bakso keliling menggunakan gerobak, kemudian cuma bisa mengontrak di rumah sederhana.
"Cerita jadi prajurit perlu biaya besar itu bohong, ternyata tidak pakai biaya," kata Juminto.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021
Serda Dodi Wardiono dalam siaran TNI AD diterima di Jakarta Rabu, mengaku bahwa usahanya menjadi prajurit TNI AD tidaklah mudah.
Dodi bahkan sampai tujuh kali mendaftar baru bisa berhasil menjadi prajurit TNI Angkatan Darat. Kini, dia bertugas di Dinas Penerangan TNI AD, bagian videografi.
"Setiap ada pembukaan saya daftar, sampai tujuh kali totalnya saya daftar," kata Dodi.
Dikatakan bahwa cita-citanya menjadi prajurit TNI AD ditanggapi pesimistis oleh keluarganya karena cerita-cerita yang beredar di tengah masyarakat kalau menjadi prajurit harus menyediakan uang dalam jumlah tertentu.
"Saya modal nekat dan niat, saya bilang sama orang tua saya biar saya coba sendiri, saya jalani sendiri cukup dengan doa, insyaallah. Alhamdulillah, terkabul dengan doa orang tua," katanya lagi.
Juminto, ayah Serda Dodi Wardiono yang berprofesi sebagai pedagang bakso, menyebutkan dari usia 7 tahun anaknya sudah bercita-cita jadi prajurit TNI AD. Namun, dia mengaku tidak sanggup dengan cita-cita anaknya karena mendengar untuk menjadi prajurit memerlukan biaya yang sangat besar.
Sementara itu, Juminto hanya seorang pedagang kecil, yang awalnya menjadi pedagang bakso keliling menggunakan gerobak, kemudian cuma bisa mengontrak di rumah sederhana.
"Cerita jadi prajurit perlu biaya besar itu bohong, ternyata tidak pakai biaya," kata Juminto.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021