Sulitnya mendapatkan pekerjaan masih banyak dialami  oleh para penyandang tuna rungu hal inilah yang kemudian membuat pemilik kedai Kopi Ketje Jambi memberdayakan penyandang tuna rungu di Jambi menjadi karyawan di kedai kopi Ketje Jambi.

Saat ini terdapat 7 penyandang tuna rungu yang sudah bekerja di Kopi Ketje Jambi ini. Pemilik Kopi Ketje Jambi, Heny , Selasa (31/8) mengatakan pandemi menjadi awal bagi kopi Ketje Jambi untuk menggandeng tuna rungu di Jambi menjadi pekerja di Kopi Ketje. Dengan langsung mendatangi SLB di Jambi, Heny bersama suami awalnya hanya mempekerjakan dua orang penyandang tuna rungu lambat laut jumlah pekerja dari teman tuli bertambah seiring dengan hasil kerja teman tuli yang memuaskan,

"Kami mikirnya begini, yang sempurna aja susah cari kerja selama pandemi apalagi teman-teman yang memang ada keterbatasan ini. Kami yakinkan pihak SLB untuk merekrut karyawan dari teman tuli ini, awalnya cuma dua orang setelah kami melihat kinerja mereka lalu dari SLB melihat keseriusan kami ingin membantu teman tuli akhirnya bertambah menjadi 7 pekerja ," katanya.

Saat ini 30 persen dari total karyawan Kopi Ketje Jambi ini adalah penyandang tuna rungu. Diakui oleh Heny, dari 7 pekerja tersebut ,empat diantaranya perempuan dan tiga laki-laki dengan total jumlah karyawan di kedai kopi ini berjumlah 25 pekerja.

Mempekerjakan teman tuli dalam bisnisnya dikatakan Heny terdapat tantangan tersendiri. Masalah komunikasi adalah masalah utama yang dihadapinya beserta karyawan lainnya. Namun Heny meyakini, semua hanya membutuhkan waktu dan proses agar  para teman tuli dapat bekerja dengan maksimal di kafenya.

Saat pertama kali mempekerjakan teman tuli ini diakuinya beberapa pelanggan sempat heran dan menganggap karyawan kafenya tidak ramah. Lambat laun para pelanggannya mengetahui bahwa  Kopi Ketje Jambi menjadi rumah bagi pekerja tuna rungu di Jambi.

"Saya minta ke karyawan yang lain untuk bersabar mengajari mereka (teman tuli) dalam bekerja. Sekarang bisa dilihat mereka sudah bisa bekerja diberbagai bidang di kafe saya," ungkapnya.

Sudah 6 bulan lebih para penyandang tuna rungu ini bekerja di Kopi Ketje Jambi. Mereka juga sudah ditempatkan diberbagai bidang seperti di dapur maupun pelayanan hingga mendekorasi ruangan kopi Ketje . Pemilik kafe mengakui tidak  membatasi teman tuli untuk mengeksplorasi diri mereka  dan belajar banyak hal mengenai bisnis kopi ini.

Heny mengatakan, usai menguasai satu bidang ada beberapa teman tuli ditempatnya yang meminta untuk ditempatkan di bagian dapur.     Setelah berkoodinasi dengan kepala chef, Heny juga menempatkan teman tuli di dapur dengan resiko yang tidak terlalu besar.

"Kita kasih bagian dapur yang tidak membutuhkan komunikasi terlalu banyak, mereka bisa memotong, menggoreng . Saya salut mereka kerjanya sangat rapi dan teliti," ujarnya.

Banyak tantangan yang harus dihadapi tim ini tentunya. Apalagi selama pandemi dikatakan Heny masalah komunikasi dialami oleh karyawannya. Penggunaan masker sedikit mempersulit karyawannya dalam berkomunikasi dengan pelanggan. Sehingga dirinya menyiapkan alat bantu tulis untuk mempermudah komunikasi dengan pembeli.

“Kita belajar dari teman tuli karena potensi mereka sangat luar biasa. Mereka sangat tekun dalam bekerja. Kita berusaha untuk menganggap mereka sama,” ucap Heny.

Ke depan dikatakan Heny tidak menutup kemungkinan dirinya kembali akan merekrut teman tuli  untuk bergabung bersamanya di bisnis lain miliknya. Menurut Heny, pandemi Covid memberikan dampak tersendiri bagi penyandang tuna rungu ini. Mulai dari sulitnya berkomunikasi sehingga menyebabkan sulitnya mereka mendapatkan pekerjaan yang layak.

“Saat pandemi covid ini semua usaha besar atau kecil kena dampaknya. Namun apa yang bisa kita lakukan untuk Jambi ini. Setelah berbincang sama suami jadi kepikiran untuk memperkerjakan kawan-kawan disabilitas,” ungkapnya.

Saat ini setelah  semakin banyak khalayak yang mengetahui banyak penyandang tuna rungu yang bekerja di kopi Ketje Jambi membuat kafe ini juga menjadi sasaran kunjungan beberapa teman tuli. Heny melihat jika banyak teman tuli yang datang sekedar makan minum, hingga berdiskusi di kafe ini.

"Mungkin mereka merasa nyaman karena ada teman-teman mereka juga, untuk memesan makanan  baik ke teman tuli atau karyawan lainnya juga tidak kendala lagi karena karyawan lain juga sudah bisa menggunakan bahasa isyarat," sebutnya.

Meski mempekerjakan teman tuli di kafenya hingga menempatkan teman tuli pada posisi-posisi utama tidak membuat Heny menerima komplain dari pelanggan. Dirinya menilai hasil kerja teman tuli diberbagai bisang sangat memuaskan dimana hingga kini dirinya tidak menerima komplain dan pengaduan dari pelanggannya. Bahkan banyak pelanggan yang kemudian belajar bahasa isyarat dari teman tuli yang bekerja dengannya.






 

Pewarta: Tuyani

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021