Harga emas melemah di perdagangan Asia pada Senin pagi, karena dolar tetap kuat, sementara investor berhati-hati menunggu data harga konsumen AS yang akan dirilis minggu ini yang bisa menjadi penting bagi keputusan Federal Reserve tentang kapan harus keluar dari kebijakan yang sangat mendukung (super-supportive)-nya.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya sedikit menguat di perdagangan Asia, setelah memberikan kenaikan mingguan 0,6 persen, membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Data pada Jumat (10/9/2021) menunjukkan harga-harga produsen AS meningkat dengan kuat pada Agustus, mengarah ke kenaikan tahunan terbesar dalam hampir 11 tahun. Angka tersebut mengirim imbal hasil acuan obligasi 10-tahun AS lebih tinggi.
Sementara beberapa investor melihat emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang lebih tinggi, imbal hasil yang lebih tinggi diterjemahkan ke dalam peluang kerugian yang lebih tinggi untuk memegang emas yang tanpa suku bunga.
Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan pada Jumat (10/9/2021) bahwa dia masih ingin bank sentral mulai mengurangi pembelian aset tahun ini, bergabung dengan pembuat kebijakan yang memperjelas bahwa rencana mereka untuk mulai mengurangi dukungan tidak tergelincir oleh pertumbuhan pekerjaan yang lebih lemah pada Agustus.
Permintaan emas fisik di India melemah pekan lalu meskipun ada koreksi harga emas batangan, sementara konsumen di sebagian besar pusat Asia lainnya juga tetap menahan diri saat mereka mengharapkan tren yang lebih jelas dalam harga global.
Spekulan memangkas posisi net long mereka di emas Comex sebesar 15.324 kontrak menjadi 83.540 kontrak dalam pekan yang berakhir 7 September, data dari Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS menunjukkan.
Baca juga: Dolar temukan pijakan ketika para pedagang menunggu data inflasi
Baca juga: Minyak naik ke tertinggi satu minggu di tengah kekhawatiran pasokan AS
Baca juga: IHSG awal pekan diprediksi datar menanti keputusan PPKM
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021