Tiga pegulat bersaudara asal Provinsi Kalimantan Timur, Muhammad Aliansyah, Dewi Ulfa dan Andriansyah masih menjadi tumpuan tim gulat Kaltim untuk meraih medali emas di ajang PON XX Papua.
Ketiga pegulat tersebut merupakan mantan atlet nasional di ajang SEA Games dan PON di Papua kali ini merupakan ajang pesta olahraga keempat kalinya bagi mereka.
Dewi Ulfah merupakan kakak kandung dari Muhammad Aliansyah dan keduanya telah berhasil tiga kali meraih medali emas PON yakni PON 2008 di Kaltim, PON 2012 di Riau dan PON 2016 di Jawa Barat.
Sedangkan Andriansyah, saudara tertua dari ketiganya hanya berhasil meraih satu medali emas PON yakni saat PON tahun 2012 di Riau.
" Pada PON 2008 saya hanya mendapatkan medali perak, sedangkan PON 2016 di Jawa Barat terkena diskualifikasi dan tidak mendapatkan medali," kata Ardiansyah di Samarinda, Senin.
Meski pada event empat tahunan tersebut prestasi Andriansyah tidak sementereng kedua adiknya, namun Andriansyah pernah menyumbangkan medali perak dan perunggu untuk Indonesia di ajang SEA Games 2009 di Laos dan 2011 di Jakarta.
" PON tahun ini memang beda dari tahun sebelumnya, khususnya dalam hal persiapan dengan tidak adanya program try out dan latih tanding baik di luar negeri maupun dalam negeri karena pandemi, namun kondisi ini tidak menjadi alasan bagi saya untuk mendapatkan prestasi terbaik di Papua nanti, yang penting tetap optimistis dan menjalani program persiapan dengan sebaik-baiknya," kata Pria kelahiran 21 Januari 1986 di Samarinda ini.
Pria yang akrab disapa Andre tersebut menuturkan efek dari Pandemi tak hanya mengganggu program persiapan para atlet yang akan berlaga di PON, namun juga telah mengaburkan kekuatan atlet dari daerah lain, karena minimnya event nasional dalam kurun dua tahun terakhir.
" Untuk tolok ukur kekuatan atlet di kelas saya 65kg bebas putra, pelatih telah membeberkan berdasarkan dari data kejurnas pra PON terakhir, untungnya saat itu saya bisa meraih medali emas di ajang Pra PON," jelas Andriansyah sembari menegaskan bahwa ia belum berniat pensiun dari olahraga gulat.
Keputusan berbeda disampaikan Dewi Ulfa adik kandung Andriansyah. Dewi menyatakan bahwa PON Papua tahun ini bakal menjadi ajang terakhir baginya.
Keputusan "gantung sepatu" menjadi motivasi tersendiri bagi Dewi untuk mengakhiri kariernya sebagai pegulat dengan prestasi terbaik di ajang PON Papua.
"Habis PON Papua ini saya memutuskan pensiun menjadi pegulat, saya akan melakukan progam kehamilan karena sudah beberapa kali PON program tersebut tertunda," kata Dewi Ulfa.
Dewi Ulfah juga pernah tergabung dalam timnas gulat Indonesia pada ajang SEA Games 2005 di Pilipina, sayangnya saat ini dia hanya berhasil finis pada peringkat empat dan gagal membawa pulang medali.
Dewi mengaku pada PON kali ini dia akan bermain di kelas 53 kg, padahal dalam ajang PON sebelumnya saat meraih medali emas yakni PON 2008, 2012 dan 2016, Dewi turun di kelas bebas 55 kg putri.
" Harus turun kelas karena di Papua yang dipertandingkan kelas 53kg, alhamdulilah saat ini kondisi berat badan sudah tidak ada masalah lagi, tinggal maintenance kebugaran fisik dan mental," tutur putri kelahiran 13 April 1988 di Samarinda ini.
Sebagai pegulat senior putri, Dewi mengaku tidak akan menyepelekan rival terberatnya khususnya pegulat yang tergabung dalam timnas dan pegulat Jawa Barat.
"Tentunya dari segi kekuatan fisik para pegulat muda jauh lebih kuat fisiknya, namun untuk teknik saya optimistis masih bisa bersaing dengan pegulat muda," tegas Dewi.
Sementara Muhammad Aliansyah, saudara termuda dari kedua pegulat andalan Kaltim tersebut dalam hal prestasi memang lebih unggul.
Selain menyabet tiga kali medali emas PON, pria kelahiran Samarinda 26 September 1991 itu juga pernah meraih medali medali emas pada ajang SEA Games 2011 di Jakarta dan medali perak SEA Games 2009 di Laos.
" Sebenarnya kami adalah delapan bersaudara, dan tujuh di antaranya merupakan pegulat. Prestasi terbesar di keluarga kami pada saat PON 2012 di Riau, saat itu lima bersaudara kami berhasil mendapatkan medali emas dan satu lainnya medali perak oleh kakak kami Maya yang saat ini sudah almarhum," kata M Aliansyah.
Pada ajang PON Papua, Aliansyah mengaku akan tampil di kelas 66kg grego putra, di kelas itu Aliansyah harus mewaspadai pegulat Jatim
Arip suko yang menjadi rivalnya saat kejurnas Pra PON tahun 2020.
"Harus tetap optimistis, karena motivasi terbesar kami tiga bersaudara ini ingin membawa pulang medali emas untuk tim Kaltim, mudah-mudahan berhasil, kami mohon dukungan dan doanya," harap Aliansyah.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021
Ketiga pegulat tersebut merupakan mantan atlet nasional di ajang SEA Games dan PON di Papua kali ini merupakan ajang pesta olahraga keempat kalinya bagi mereka.
Dewi Ulfah merupakan kakak kandung dari Muhammad Aliansyah dan keduanya telah berhasil tiga kali meraih medali emas PON yakni PON 2008 di Kaltim, PON 2012 di Riau dan PON 2016 di Jawa Barat.
Sedangkan Andriansyah, saudara tertua dari ketiganya hanya berhasil meraih satu medali emas PON yakni saat PON tahun 2012 di Riau.
" Pada PON 2008 saya hanya mendapatkan medali perak, sedangkan PON 2016 di Jawa Barat terkena diskualifikasi dan tidak mendapatkan medali," kata Ardiansyah di Samarinda, Senin.
Meski pada event empat tahunan tersebut prestasi Andriansyah tidak sementereng kedua adiknya, namun Andriansyah pernah menyumbangkan medali perak dan perunggu untuk Indonesia di ajang SEA Games 2009 di Laos dan 2011 di Jakarta.
" PON tahun ini memang beda dari tahun sebelumnya, khususnya dalam hal persiapan dengan tidak adanya program try out dan latih tanding baik di luar negeri maupun dalam negeri karena pandemi, namun kondisi ini tidak menjadi alasan bagi saya untuk mendapatkan prestasi terbaik di Papua nanti, yang penting tetap optimistis dan menjalani program persiapan dengan sebaik-baiknya," kata Pria kelahiran 21 Januari 1986 di Samarinda ini.
Pria yang akrab disapa Andre tersebut menuturkan efek dari Pandemi tak hanya mengganggu program persiapan para atlet yang akan berlaga di PON, namun juga telah mengaburkan kekuatan atlet dari daerah lain, karena minimnya event nasional dalam kurun dua tahun terakhir.
" Untuk tolok ukur kekuatan atlet di kelas saya 65kg bebas putra, pelatih telah membeberkan berdasarkan dari data kejurnas pra PON terakhir, untungnya saat itu saya bisa meraih medali emas di ajang Pra PON," jelas Andriansyah sembari menegaskan bahwa ia belum berniat pensiun dari olahraga gulat.
Keputusan berbeda disampaikan Dewi Ulfa adik kandung Andriansyah. Dewi menyatakan bahwa PON Papua tahun ini bakal menjadi ajang terakhir baginya.
Keputusan "gantung sepatu" menjadi motivasi tersendiri bagi Dewi untuk mengakhiri kariernya sebagai pegulat dengan prestasi terbaik di ajang PON Papua.
"Habis PON Papua ini saya memutuskan pensiun menjadi pegulat, saya akan melakukan progam kehamilan karena sudah beberapa kali PON program tersebut tertunda," kata Dewi Ulfa.
Dewi Ulfah juga pernah tergabung dalam timnas gulat Indonesia pada ajang SEA Games 2005 di Pilipina, sayangnya saat ini dia hanya berhasil finis pada peringkat empat dan gagal membawa pulang medali.
Dewi mengaku pada PON kali ini dia akan bermain di kelas 53 kg, padahal dalam ajang PON sebelumnya saat meraih medali emas yakni PON 2008, 2012 dan 2016, Dewi turun di kelas bebas 55 kg putri.
" Harus turun kelas karena di Papua yang dipertandingkan kelas 53kg, alhamdulilah saat ini kondisi berat badan sudah tidak ada masalah lagi, tinggal maintenance kebugaran fisik dan mental," tutur putri kelahiran 13 April 1988 di Samarinda ini.
Sebagai pegulat senior putri, Dewi mengaku tidak akan menyepelekan rival terberatnya khususnya pegulat yang tergabung dalam timnas dan pegulat Jawa Barat.
"Tentunya dari segi kekuatan fisik para pegulat muda jauh lebih kuat fisiknya, namun untuk teknik saya optimistis masih bisa bersaing dengan pegulat muda," tegas Dewi.
Sementara Muhammad Aliansyah, saudara termuda dari kedua pegulat andalan Kaltim tersebut dalam hal prestasi memang lebih unggul.
Selain menyabet tiga kali medali emas PON, pria kelahiran Samarinda 26 September 1991 itu juga pernah meraih medali medali emas pada ajang SEA Games 2011 di Jakarta dan medali perak SEA Games 2009 di Laos.
" Sebenarnya kami adalah delapan bersaudara, dan tujuh di antaranya merupakan pegulat. Prestasi terbesar di keluarga kami pada saat PON 2012 di Riau, saat itu lima bersaudara kami berhasil mendapatkan medali emas dan satu lainnya medali perak oleh kakak kami Maya yang saat ini sudah almarhum," kata M Aliansyah.
Pada ajang PON Papua, Aliansyah mengaku akan tampil di kelas 66kg grego putra, di kelas itu Aliansyah harus mewaspadai pegulat Jatim
Arip suko yang menjadi rivalnya saat kejurnas Pra PON tahun 2020.
"Harus tetap optimistis, karena motivasi terbesar kami tiga bersaudara ini ingin membawa pulang medali emas untuk tim Kaltim, mudah-mudahan berhasil, kami mohon dukungan dan doanya," harap Aliansyah.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021