Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) Indonesia pada pertengahan Mei 2022 mengeluarkan taklimat media terkait dengan mobilisasi nasional gerakan petani keluarga.

Pada Selasa (17/5) ada 100 pegiat keluarga yang berasal dari berbagai organisasi petani dan instansi pemerintah di seluruh Indonesia berkumpul di Jakarta melalui lokakarya "Diskusi Multipihak Rencana Aksi Nasional dan Rencana Strategis Nasional Pertanian Keluarga" yang diadakan secara hybrid untuk membahas pertanian keluarga sebagai salah satu prioritas nasional di Indonesia.

Pejabat dari sejumlah, termasuk Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Bappenas, Badan Pangan Nasional (Bapangnas) dan pemangku kepentingan terkait lainnya berdiskusi dengan perwakilan organisasi petani dan FAO tentang bagaimana melangkah maju untuk menyelesaikan rancangan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pertanian Keluarga (RAN) dan kegiatan-kegiatan yang bersifat strategis.

"Kebijakan yang efektif akan memperkuat pertanian keluarga untuk menghadapi tantangan sosial, ekonomi, dan lingkungan saat ini," kata Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste Rajendra Aryal.

Karena itu, kata dia, sangat penting untuk membangun dan memperkuat kebijakan, investasi, dan kerangka kelembagaan yang mendukung untuk pertanian keluarga di tingkat nasional dan sub-nasional.

"Pertanian Keluarga harus dilaksanakan secara terpadu dengan tata kelola yang inklusif dan efektif, berdasarkan data yang relevan secara geografis dan tepat waktu," kata Aryal.

Baca juga: Komisi IV apresiasi program Pekarangan Pangan Lestari Kementan

Kementan telah mengambil inisiatif untuk mengimplementasikan pertanian keluarga, yakni "Pekarangan untuk Pangan Berkelanjutan" sebagai salah satu program inisiatif unggulan dalam pertanian keluarga di Indonesia.

Pertemuan tersebut adalah upaya menggerakkan sebuah konsensus lintas pihak untuk menjadikan pertanian keluarga sebagai sebuah prioritas nasional yang didukung oleh berbagai kementerian dan organisasi petani.

Hasil dari diskusi itu akan memperkuat RAN Pertanian Keluarga dan rencana aksi strategisnya.
Sejumlah anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Angin Mamiri merawat berbagai jenis sayuran di pekarangan pangan lestari dan rumah bibit di Aspol Todopuli Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (7/4/2021). Pekarangan pangan lestari dan rumah bibit yang dibangun oleh Pengurus Daerah Bhayangkari Sulsel tersebut untuk mendukung ketahanan pangan di tengah pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Arnas Padda/yu/hp. 



Skala kecil

FAO menyatakan pertanian sangat penting bagi perekonomian Indonesia, yakni telah menyumbang 14 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB).

Sekitar 93 persen petani Indonesia adalah pertanian keluarga skala kecil, yang bercocok tanam di lahan sederhana dengan luas rata-rata 0,6 hektare (ha).

Petani di Indonesia merupakan bagian penting dari petani Asia Pasifik, yang 70 persennya merupakan pertanian keluarga.

Pertanian keluarga menghasilkan 80 persen pangan di kawasan.

Majelis Umum PBB mencanangkan Dekade Pertanian Keluarga PBB 2019-2028 (UNDFF) sejak tahun 2017, sebagai kerangka kerja bagi negara-negara untuk mengembangkan kebijakan publik dan investasi untuk mendukung pertanian keluarga.

Dekade Pertanian Keluarga merupakan kesempatan yang sangat baik untuk berkontribusi dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan cara yang inklusif, kolaboratif, dan koheren.

Terkait lahan pekarangan, sebagai program inisiatif unggulan dalam pertanian keluarga di Indonesia, sebenarnya sudah digaungkan oleh Mentan Syahrul Yasin Limpo (SYL).

Mentan bahkan sering menekankan upaya meningkatkan pemanfaatan pekarangan rumah sebagai sumber pangan keluarga, yakni kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L), yang merupakan salah satu strategi dalam menjaga ketahanan pangan, terutama di masa pandemi COVID-19, maupun dalam menghadapi musim kemarau.

"Dalam kondisi krisis seperti COVID-19 ini, pertanian menjadi jawaban untuk bisa survive. Tidak perlu lahan besar, kita manfaatkan lahan di pekarangan kita. Jadi di pekarangan ini semua orang bisa bertani," kata SYL, sapaan akrab Mentan.

Karena itu, ia meminta kepada seluruh pemerintah daerah, dari gubernur hingga tingkat desa, agar mendorong pemanfaatan pekarangan sebagai sumber pangan keluarga.

Ia menambahkan P2L ini sangat penting sehingga meminta para kepala daerah mendorong pemanfaatan pekarangan di setiap rumah sebagai sumber pangan keluarga, karena ketahanan pangan nasional dimulai dari ketahanan pangan keluarga.

Mentan juga berpesan agar kegiatan P2L perlu terus ditingkatkan sebagai upaya pemenuhan pangan di tingkat keluarga.

P2L tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga, tetapi produksi pangan dari pekarangan bisa menambah pendapatan keluarga.

"Program pekarangan pangan lestari ini sangat bagus, tingkatkan agar tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, tapi juga menjadi sumber pendapatan sehingga meningkatkan kesejahteraan keluarga," tambahnya.

Baca juga: Perguruan tinggi dukung program pekarangan pangan lestari Kementan

Apresiasi dunia

Saat peluncuran Global Dekade dan Rencana Aksi Pertanian Keluarga PBB 2019-2028 di Kantor Pusat FAO, Roma, Italia, Rabu (29/5), seperti dirujuk dari laman (https://www.pertanian.go.id) kebijakan dan program pertanian Indonesia mendukung pertanian keluarga dalam memperkuat basis ketahanan pangan masyarakat mendapat apresiasi positif dunia.

Delegasi forum itu terdiri atas ratusan perwakilan negara anggota FAO, International Fund for Agricultural Development (IFAD), asosiasi petani dan lembaga internasional.

Sekretaris Jenderal Kementan Syukur Iwantoro, yang kala itu mewakili Mentan, menyatakan bahwa Direktur Jenderal FAO, Jose Graziano da Silva, menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Indonesia, sebagai salah satu dari 24 negara anggota Internasional Steering Committee yang secara aktif mendukung pelaksanaan Dekade Pertanian Keluarga ini.

Pada forum itu, Syukur Iwantoro memaparkan program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) -- yang dikembangkan oleh Badan Ketahanan Pangan (BKP) sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2019 -- dan sejak 2020 dalam upaya memperluas penerima manfaat dan pemanfaatan lahan, kegiatan KRPL berubah menjadi Pekarangan Pangan Lestari (P2L) dan berbagai rancangan strategis mendorong peran generasi muda dalam sektor pertanian, menjadi tiga program utama dalam mendorong peran pertanian keluarga mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di Indonesia.

P2L sendiri, dalam laman http://cybex.pertanian.go.id disebutkan sebagai kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat yang secara bersama-sama mengusahakan lahan pekarangan sebagai sumber pangan secara berkelanjutan untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas dan pemanfaatan, serta pendapatan.

Kegiatan P2L dilaksanakan dalam rangka mendukung program pemerintah untuk penanganan rawan pangan prioritas intervensi stunting dan/atau penanganan prioritas daerah rentan rawan pangan dan pemantapan daerah tahan pangan.

Tujuan kegiatan P2L adalah untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas dan pemanfaatan pangan untuk rumah tangga sesuai dengan kebutuhan pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman, serta meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui penyediaan pangan yang berorientasi pasar.

Kegiatan P2L dilakukan melalui pendekatan pengembangan pertanian berkelanjutan, (sustainable agriculture), pemanfaatan sumberdaya lokal (local wisdom), pemberdayaan masyarakat (community engagement), dan berorientasi pemasaran (go to market).

Apresiasi dunia atas pemanfaatan lahan pekarangan bagi gerakan pertanian keluarga membuktikan bahwa pertanian adalah solusi atas berbagi ancaman krisis.

Baca juga: Ratusan mahasiswa-alumni Unhas ikuti Program P2L Kementan
Baca juga: Mendagri dorong warga bercocok tanam depan pekarangan rumah

Pewarta: Andi Jauhary

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2022