Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeie dan rombongan tiba di Balairung UGM Yogyakarta , Jumat, sekitar pukul 14.00 WIB untuk membahas mengenai ketahanan pangan bersama para akademisi di kampus itu.

Setelah menyaksikan pameran produk penelitian di Balairung UGM, Frank-Walter kemudian mengikuti diskusi bertajuk "Food Security, Global Challenges, and Dependencies" di Balai Senat UGM.

"Saya bukanlah seorang ahli, tetapi saya sangat tertarik dengan isu ini. Saya banyak bepergian, dan di negara-negara yang saya kunjungi saya melihat bagaimana kita berhadapan dengan krisis pangan," kata Frank-Walter.

Ia menuturkan bahwa Jerman merupakan salah satu pendukung utama Program Pangan Dunia atau World Food Programme (WFP).

Meski demikian, menurutnya, hal tersebut bukan sesuatu yang perlu dibanggakan karena merupakan dukungan yang memang selayaknya diberikan oleh masyarakat internasional.

Pemerintah Jerman, kata dia, memiliki kesiapan serta kepedulian untuk membantu negara-negara dunia dalam menghadapi krisis pangan.

Baca juga: Dirjen Kebudayaan: Presiden Jerman terkesan restorasi Candi Borobudur

"Kita harus menganalisa apa akar dari permasalahan ini. Kami ingin mengetahui, dukungan seperti apa yang diharapkan dari kami," ujar Presiden.

Menteri Negara Bidang Eropa dan Iklim Jerman Anna Lührmann yang bertindak sebagai moderator dalam diskusi itu menuturkan bahwa agresi Rusia di Ukraina ikut memperparah situasi pangan global.

"Sebelumnya kita telah menghadapi persoalan terkait pangan global, namun hal ini semakin diperparah dengan agresi Rusia di Ukraina serta masalah iklim," ujar Anna.

Hadir sebagai panelis dalam diskusi ini Prof. Damayanti Buchori selaku Lead Co-Chair T20 Task Force 4 Food Security and sustainable agriculture; Felippa Amanta, selaku Head of Research, Center for Indonesian Policy Studies; dan Christa Räder selaku perwakilan WFP.

Baca juga: Presiden Jerman apresiasi transformasi digital di Indonesia

Panelis lainnya adalah Dr. Yose Rizal Damuri selaku Executive Director CSIS sekaligus Executive Co-Chair T20; Linda Yanti Sulistiawati, S.H., M.Sc., Ph.D., selaku ahli hukum internasional dari UGM; serta Maria Angela Putri mewakili Mahasiswa UGM.

Rektor UGM Prof Ova Emilia menuturkan bahwa Jerman dan Indonesia merupakan dua sahabat baik, dan Jerman telah menjadi tempat pelatihan bagi banyak akademisi Indonesia, termasuk pengajar di UGM.

"Presiden ketiga Indonesia, Presiden Habibie, juga merupakan lulusan Jerman. Sementara itu UGM menjadi tempat belajar dari Presiden Indonesia saat ini, Presiden Joko Widodo. Ada kesamaan, ini yang membuat ikatan kita lebih kuat," kata dia.

Interaksi Indonesia dan Jerman, menurut dia, sangat penting dalam konteks geopolitik dan teknologi.

 

Pewarta: Luqman Hakim

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2022