Dolar tersandung pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), menyerahkan kenaikan awal menyusul penurunan produksi minyak yang tidak terduga dari OPEC+, karena data menunjukkan ekonomi AS terus melambat dengan penurunan dalam pengeluaran manufaktur dan konstruksi.

Data pada Senin (3/4/2023) menambah narasi bahwa Federal Reserve mendekati akhir dari siklus kenaikan suku bunga.

Pengumuman pada Ahad (2/4/2023) tentang pemotongan target produksi oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, mendorong harga minyak lebih tinggi. Minyak mentah Brent terakhir diperdagangkan pada 84,9 dolar AS per barel, naik 5,7 persen.

Dolar awalnya menguat setelah pengumuman OPEC+.

OPEC+ diperkirakan akan mempertahankan pemotongan dua juta barel per hari (bph) yang sudah dilakukan hingga akhir 2023, tetapi malah mengumumkan pengurangan produksi lebih lanjut sekitar 1,16 juta bph.

Namun demikian, dampak OPEC+ berumur pendek, karena investor fokus pada kebijakan moneter dan perbedaan antara Federal Reserve dan bank sentral lainnya, khususnya Bank Sentral Eropa (ECB).

"Tesis kerja kami adalah bahwa kami mungkin akan melihat puncak dolar AS sekitar pertengahan tahun," kata Shaun Osborne, kepala strategi valas di Scotiabank di Toronto.

"Itu didasarkan pada pandangan bahwa puncak inflasi berarti puncak Fed dan itu berarti puncak dolar AS. Tapi sangat mungkin kita telah melihatnya lebih awal dari perkiraan kita."

Laporan ekonomi Senin (3/4/2023) menunjukkan aktivitas manufaktur AS pada Maret merosot ke level terendah dalam hampir tiga tahun karena pesanan baru terus berkontraksi. Institute for Supply Management (ISM) mengatakan PMI manufakturnya turun menjadi 46,3 bulan lalu, terendah sejak Mei 2020, dari 47,7 pada Februari.

Pengeluaran konstruksi AS juga melemah, turun 0,1 persen pada Februari setelah meningkat 0,4 persen pada Januari.

Dolar memperpanjang kerugian setelah data Senin (3/4/2023).

Pada Senin (3/4/2023), dana federal berjangka memperkirakan peluang 65 persen untuk kenaikan suku bunga 25 basis poin (bp) lainnya oleh Fed pada Mei. Pedagang berjangka juga memperkirakan jeda pada Juni dan penurunan suku bunga pada Desember.

Di zona euro, pedagang memperkirakan sekitar 60 basis poin pengetatan lebih lanjut oleh ECB pada akhir tahun setelah data yang dirilis pada Jumat (31/3/2023) menunjukkan percepatan pertumbuhan harga inti di kawasan euro.

Euro terakhir naik 0,6 persen pada 1,0905 dolar, setelah menyentuh level terendah satu pekan di 1,0788 dolar di awal sesi.

"Meskipun kemungkinan Fed selesai atau hampir selesai, kita akan melihat sedikit lebih banyak pengetatan oleh ECB. Oleh karena itu kita memperkirakan euro/dolar mencapai 1,10-1,12 dolar pada paruh kedua tahun ini," kata Osborne dari Scotiabank.

Indeks dolar, yang mengukur mata uang terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya termasuk euro, turun 0,9 persen pada 102,01.

Fokus pekan ini akan tertuju pada laporan pekerjaan AS pada Jumat (7/4/2023), meskipun banyak pasar akan tutup untuk liburan Paskah.

Terhadap mata uang Jepang, dolar turun 0,3 persen menjadi 132,44 yen, setelah sebelumnya mencapai level tertinggi sejak sekitar pertengahan Maret.

Sterling menguat 0,8 persen pada 1,2422 dolar, sementara dolar merosot terhadap franc Swiss menjadi 0,912 franc.

Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko terakhir naik 1,5 persen pada 0,6790 dolar AS menjelang pertemuan kebijakan bank sentral pada Selasa. Pasar memperkirakan 85 persen peluang bank sentral akan mempertahankan suku bunga stabil setelah 10 kali kenaikan. Dolar Australia sebelumnya mencapai level tertinggi satu bulan versus greenback.

Di pasar uang kripto, Dogecoin, koin meme yang didukung oleh pendiri Tesla Inc, Elon Musk, melonjak 27 persen menjadi 0,10 dolar AS setelah laman web Twitter menggunakan ikon anjing token alih-alih burung biru situs web media sosial yang biasa, kata para pelaku pasar.*

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2023