Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono menyatakan bahwa program prioritas pengentasan stunting merupakan upaya Pemerintah Indonesia dalam mencegah IQ atau daya intelektual anak turun lebih rendah.

“Kalau kita ingin mencapai generasi emas dimana Indonesia mengalami pertumbuhan perekonomian yang tinggi, kita membutuhkan modal bersaing dan itu sebagian besar adalah sumber daya manusianya,” kata Dante dalam Forum Menuju Indonesia Bebas Stunting di Jakarta, Kamis.

Dante menuturkan, ketakutan terbesar pemerintah dalam menangani stunting pada anak, bukan terletak pada tumbuh tingginya yang tidak optimal. Melainkan otak anak tidak dapat terbentuk dengan baik dan dapat menyebabkan dampak panjang berupa turunnya kecerdasan anak.

IQ anak stunting, rata-rata mempunyai 11 poin lebih rendah dibandingkan dengan anak yang tidak terkena stunting. IQ yang rendah, menyebabkan produktivitas anak-anak jadi lebih rendah di usia dewasa-nya.

Menurut Dante, anak stunting diestimasi memiliki penurunan kapasitas penghasilan sebesar 22 persen lebih rendah, sebagai dampak dari rendahnya kecerdasan anak, yakni timbulnya sifat tidak kompetitif.

Hal ini berpotensi membuat Indonesia tertinggal atau kalah ketika bersaing dengan negara lain. Selain tidak produktif dan tidak kompetitif, penyakit yang diderita anak-anak stunting dalam jangka waktu 30 atau 40 tahun ke depan, bisa membuat beban kesehatan negara jadi membengkak.

Anak stunting, katanya, berisiko memiliki probabilitas kematian tiga kali lipat lebih besar akibat penyakit kronis seperti diabetes, stroke dan hipertensi.

“Ini akibat dari investasi yang kita lakukan terlambat beberapa waktu sebelumnya ketika dia masih anak-anak. Tidak hanya pada individu, stunting berdampak pada daya saing bangsa. Ini masalah bersama, sekali lagi, ini masalah daya saing bangsa,” kata Dante.

Maka dari itu, pemerintah terus berusaha mempercepat penurunan stunting melalui 11 program yang tiap sasarannya mencakup siklus hidup manusia. Misalnya sebelum lahir, di kalangan remaja putri dilakukan skrining anemia dan pemberian tablet tambah darah (TTD).

Sementara pada ibu hamil, pemerintah menetapkan jumlah kunjungan ibu memeriksakan kehamilannya (ANC) di puskesmas menjadi enam kali, diikuti pemberian TTD dan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang kekurangan gizi kronis (KEK).

Dante melanjutkan setelah bayi lahir dan masuk sampai fase usia balita, pemerintah menguatkan pemantauan pertumbuhan anak sambil menyosialisasikan pentingnya pemberian ASI eksklusif dan pemberian makanan tambahan (PMT) berupa protein hewani bagi baduta.

Bagi balita yang terpantau mengalami suatu masalah tumbuh kembang, pemerintah akan mengawal tata laksana balita yang terkena masalah gizi tersebut. Dante mengatakan pemerintah juga meningkatkan cakupan dan perluasan jenis imunisasi dasar rutin untuk mencegah anak terkena infeksi berulang baik dari virus atau bakteri.

Sedangkan selama masa sebelum dan sesudah lahir, baik remaja putri, ibu hamil, balita dan masyarakat secara umum, pemerintah membuat program edukasi terkait bahaya stunting yang digaungkan sampai pelosok wilayah Indonesia.

“(Angka stunting) punya kita sudah 21,6 persen tahun ini. Di tahun 2023, mudah-mudahan turun, kalau misal turun 3,8 persen bisa jadi 17,8 persen. Akhirnya, kita bisa turun jadi 14 persen di tahun 2024 seperti target yang kita harapkan bersama,” ucap Dante.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2023