Harga minyak lebih rendah pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena investor tetap fokus pada kemungkinan bahwa kelesuan ekonomi China akan membuat permintaan yang lesu dari importir minyak mentah utama dunia itu. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober merosot 43 sen atau 0,5 persen, menjadi menetap pada 84,03 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Kontrak WTI bulan depan turun 37 sen menjadi 80,35 dolar AS per barel dengan volume yang sangat terbatas menjelang masa berlakunya yang akan segera berakhir.
China, ekonomi terbesar kedua di dunia, dianggap penting untuk menopang permintaan minyak selama sisa tahun ini. Aktivitas ekonomi yang lesu telah membuat pasar frustasi karena stimulus yang dijanjikan tidak memenuhi harapan, termasuk penurunan suku bunga pinjaman utama yang lebih kecil dari perkiraan pada Senin (21/8/2023).
“Pemangkasan produksi Saudi dan Rusia sebagian besar telah dinegasikan oleh melemahnya permintaan minyak mentah dari China yang tampaknya meningkat pada bulan lalu dan cenderung berlanjut sepanjang sisa musim panas,” kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates LLC di Galena, Illinois.
Memperkuat kekhawatiran permintaan, pejabat bank sentral AS tidak mengesampingkan kenaikan suku bunga lebih lanjut untuk menahan inflasi.
AS terus menarik stok minyak mentah, yang turun sekitar 2,4 juta barel dalam pekan yang berakhir 18 Agustus, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Selasa (22/8/2023).
Para menteri perminyakan Irak dan Turkiye telah membahas pentingnya melanjutkan aliran minyak setelah menyelesaikan pemeliharaan pipa, kantor berita Irak melaporkan, sebuah perkembangan yang dapat meningkatkan pasokan global.
Turkiye telah menghentikan ekspor Irak sebesar 450.000 barel per hari – sekitar 0,5 persen dari pasokan global – melalui pipa utara Irak-Turki pada Maret setelah keputusan arbitrase Kamar Dagang Internasional.
“Dimulainya kembali ekspor seperti itu dapat menambah hampir setengah juta barel per hari pada pasokan minyak global dan mengurangi pengurangan produksi tambahan secara signifikan di Arab Saudi yang diperkirakan akan berlanjut hingga bulan depan,” kata Ritterbusch.
Secara terpisah pada Senin (21/8/2023), Shell mengatakan pihaknya sedang menyelidiki kemungkinan kebocoran pada pipa minyak Trans Niger berkapasitas 180.000 barel per hari, meskipun tidak ada force majeure yang diumumkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2023