Tahun ini, Indonesia dilanda musim kemarau panjang atau yang sering disebut fenomena El-nino. 

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan fenomena ini berlangsung hingga akhir bulan Oktober mendatang. 

Fenomena El-nino ini berdampak panjang pada lingkungan, seperti kurangnya ketersediaan air bersih, kekeringan, terhambatnya proses pertanian hingga ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada areal gambut.
 
Terkait karhutla, tentunya mitigasi menjadi hal yang paling penting. Untuk itu diperlukan sinergitas antarlembaga, mulai dari pemerintah pusat, kementerian, lembaga, LSM, pemerintah daerah hingga masyarakat tingkat tapak. 

Dalam hal ini Pemerintah Provinsi Jambi melalui Dinas Kehutanan, melakukan aksi cepat dan tanggap bencana karhutla di area gambut.
 
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi Akhmad Bestari mengatakan sejauh ini karhutla di Jambi khususnya untuk areal gambut masih kondusif dengan rata-rata tidak lebih dari 50 hektare sampai dengan hari ini. 

“Kami berharap BRGM tetap berlanjut karena manfaatnya bisa dirasakan langsung yakni kebakaran di lahan gambut bisa ditekan, dan adanya peningkatan kesadaran masyarakat kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan areal gambut,” kata Akhmad.
 
Akhmad menjelaskan, dalam pelaksanaan restorasi gambut ini Dinas Kehutanan provinsi Jambi bersama dengan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) telah membangun infrastruktur dan menguatkan kelompok masyarakat dalam kegiatan pembasahan gambut dan upaya pemadaman, serta monitoring infrastruktur tersebut agar berfungsi dengan baik.

Dengan begitu, apabila terjadi kebakaran maka secara cepat dan dini dapat dilakukan pemadaman secara efektif. 

Dari beberapa kali insiden kebakaran di lahan gambut, tercatat ada empat pokmas binaan BRGM yang melakukan upaya pemadaman dini sehingga tidak meluas kebakarannya.
 
Terhitung dari 2017 hingga kini khusus di Jambi, BRGM berhasil merestorasi gambut seluas 151.404 hektare melalui pembangunan infrastruktur pembasahan gambut sebanyak 716 unit sekat kanal dan 788 unit sumur bor.

Selain itu, dilakukan juga kegiatan penanaman kembali seluas 275 hektare dan pemberian revitalisasi ekonomi kepada masyarakat sebanyak 128 paket.
 
Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan restorasi gambut menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan restorasi gambut. 

Masyarakat juga dilibatkan dalam pelaksanaan restorasi gambut melalui Sekolah Lapang Petani Gambut (SLPG) BRGM melalui pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) dan pelatihan pertanian berbasis ramah lingkungan. 

Tak hanya itu, masyarakat juga diberikan bantuan revitalisasi mata pencaharian ekonomi berupa peternakan sapi, dan budidaya ikan air tawar.
 
Kelompok Masyarakat Maju Bersama, Desa Pematang Raman, Kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu kelompok binaan BRGM dalam kegiatan pembasahan serta  pendampingan revitalisasi ekonomi budidaya ikan air tawar dan pengolahan produk turunan. 

Jarwo, Ketua Kelompok Masyarakat (Pokmas) Maju Bersama mengatakan selain melakukan kegiatan pembasahan, mereka juga diberikan pendampingan budidaya ikan air tawar.

“Dalam sekali panen bisa menghasilkan 20 - 30 Kg dan kami jual di pasar Rp20 ribu per Kg. Alhamdulillah menambah penghasilan kami,” ujar Jarwo.
 
Selain melakukan budidaya ikan air tawar, Pokmas Maju Bersama juga diajarkan untuk mengolah hasil ikan menjadi produk olahan berupa abon ikan nila, dan peyek seluang. 

Namun pokmas ini juga mengalami kendala dalam pemasaran produk olahan ikan sehingga diharapkan ada pelatihan pemasaran.

“Kami berterima kasih kepada BRGM, dengan adanya budidaya ini penghasilan kami bertambah. Harapan kedepannya, semoga program BRGM bisa terus berlanjut di tempat kami,” kata Jarwo.

Pewarta: Pewarta ANTARA

Editor : Dolly Rosana


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2023