Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menyatakan indeks saham Asia yang menguat bisa menahan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
“Indeks saham Asia terlihat menguat. Hal ini bisa menahan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," katanya ketika ditanya Antara di Jakarta, Rabu.
Pada Selasa (25/6), tercatat bursa saham regional Asia, antara lain indeks Nikkei menguat 197,69 poin atau 0,51 persen ke 39.002,30, indeks Hang Seng menguat 171,47 poin atau 0,95 persen ke 18.199,18, indeks Shanghai melemah 7,19 poin atau 0,24 persen ke 2.970,30, dan indeks Straits Times menguat 12,95 poin atau 0,39 persen ke 3.327,09.
Bursa saham regional Asia per Rabu pagi ini antara lain indeks Nikkei menguat 486,89 poin atau 1,24 persen ke 39.660,00, indeks Hang Seng melemah 5,97 poin atau 0,03 persen ke 18.006,92, indeks Shanghai melemah 3,82 poin atau 0,13 persen ke 2.946,17, dan indeks Straits Times melemah 2,67 poin atau 0,08 persen ke 3.323,60.
Saat ini, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah 54 poin atau 0,33 persen menjadi Rp16.429 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp16.375 per dolar AS.
Pelemahan rupiah dipengaruhi penguatan indeks dolar AS yang bergerak di atas 105,60 dari sebelumnya 105,40. Kenaikan indeks dolar AS disebabkan efek dari indeks harga rumah AS yang naik 0,2 persen dari sebelumnya 0,1 persen per Selasa (25/6).
Selain itu, tingkat kepercayaan konsumen yang mengalami kenaikan menjadi 100,4 dari sebelumnya 101,3 turut mempengaruhi penguatan indeks dolar AS.
“Kenaikan indeks dollar AS ini efek dari data ekonomi AS semalam, yaitu data harga rumah dan tingkat keyakinan konsumen AS yang masih memperlihatkan kenaikan, sehingga masih berpotensi menyumbang inflasi AS,” ungkap dia.
Pernyataan Gubernur Federal Reserve AS Michelle Bowman yang membuka peluang kenaikan suku bunga acuan AS karena inflasi AS sulit turun juga mempengaruhi kenaikan indeks dolar AS.
“Peristiwa eksternal di AS ini menunjukkan bahwa tekanan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya termasuk rupiah masih belum surut. Tapi di sisi lain, minat pasar terhadap aset berisiko masih positif pagi ini,” ucap Ariston.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024
“Indeks saham Asia terlihat menguat. Hal ini bisa menahan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," katanya ketika ditanya Antara di Jakarta, Rabu.
Pada Selasa (25/6), tercatat bursa saham regional Asia, antara lain indeks Nikkei menguat 197,69 poin atau 0,51 persen ke 39.002,30, indeks Hang Seng menguat 171,47 poin atau 0,95 persen ke 18.199,18, indeks Shanghai melemah 7,19 poin atau 0,24 persen ke 2.970,30, dan indeks Straits Times menguat 12,95 poin atau 0,39 persen ke 3.327,09.
Bursa saham regional Asia per Rabu pagi ini antara lain indeks Nikkei menguat 486,89 poin atau 1,24 persen ke 39.660,00, indeks Hang Seng melemah 5,97 poin atau 0,03 persen ke 18.006,92, indeks Shanghai melemah 3,82 poin atau 0,13 persen ke 2.946,17, dan indeks Straits Times melemah 2,67 poin atau 0,08 persen ke 3.323,60.
Saat ini, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah 54 poin atau 0,33 persen menjadi Rp16.429 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp16.375 per dolar AS.
Pelemahan rupiah dipengaruhi penguatan indeks dolar AS yang bergerak di atas 105,60 dari sebelumnya 105,40. Kenaikan indeks dolar AS disebabkan efek dari indeks harga rumah AS yang naik 0,2 persen dari sebelumnya 0,1 persen per Selasa (25/6).
Selain itu, tingkat kepercayaan konsumen yang mengalami kenaikan menjadi 100,4 dari sebelumnya 101,3 turut mempengaruhi penguatan indeks dolar AS.
“Kenaikan indeks dollar AS ini efek dari data ekonomi AS semalam, yaitu data harga rumah dan tingkat keyakinan konsumen AS yang masih memperlihatkan kenaikan, sehingga masih berpotensi menyumbang inflasi AS,” ungkap dia.
Pernyataan Gubernur Federal Reserve AS Michelle Bowman yang membuka peluang kenaikan suku bunga acuan AS karena inflasi AS sulit turun juga mempengaruhi kenaikan indeks dolar AS.
“Peristiwa eksternal di AS ini menunjukkan bahwa tekanan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya termasuk rupiah masih belum surut. Tapi di sisi lain, minat pasar terhadap aset berisiko masih positif pagi ini,” ucap Ariston.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024