Anggota Perhimpunan Ahli Ilmu Penyakit THT Bedah Kepala Leher Indonesia (PERHATI KL), Dr. dr. Semiramis Zizlavsky, Sp.THT-BKL(K) mengatakan anak yang kerap batuk dan pilek bisa terkena risiko gangguan pendengaran.
“Mungkin anaknya sering mengalami batuk pilek. Sehingga hal ini bisa menyebabkan anak mengalami gangguan pada telinga tengahnya,” jelas Semiramis dalam diskusi daring yang digelar oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Rabu.
Lebih lanjut, Semiramis memaparkan beberapa faktor risiko sehingga dapat mencegah anak-anaknya mengalami gangguan pendengaran.
Untuk anak berusia 0 hingga 29 hari, faktor risikonya meliputi riwayat keluarga, infeksi Torsch, prematur, berat badan lahir rendah, bilirubin tinggi, Apgar skor rendah, dan obat-obatan.
Pada bayi usia 29 hari hingga 2 tahun, faktor risikonya meliputi infeksi Torsch, meningitis bakterialis, sindrom, dan infeksi telinga tengah berulang.
“Dengan satu faktor risiko saja, kemungkinan ada gangguan pendengaran itu sebesar 10,3 kali lipat. Kalau mengalami tiga faktor tersebut, itu 63 kali lipat kemungkinannya menjadi gangguan pendengaran,” jelas Semiramis.
Oleh sebab itu, Semiramis mengingatkan orang tua agar tak menyepelekan batuk pilek pada anak. Sebab jika ada cairan di telinga tengah bisa berisiko mengalami gangguan pendengaran.
Kemudian untuk pencegahan, Semiramis juga mengimbau agar jangan membersihkan telinga terlalu dalam, tidak menggunakan earphone dengan volume terlalu keras dan waktu yang lama. Terakhir, agar memakai pelindung telinga pada daerah yang bising.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024
“Mungkin anaknya sering mengalami batuk pilek. Sehingga hal ini bisa menyebabkan anak mengalami gangguan pada telinga tengahnya,” jelas Semiramis dalam diskusi daring yang digelar oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Rabu.
Lebih lanjut, Semiramis memaparkan beberapa faktor risiko sehingga dapat mencegah anak-anaknya mengalami gangguan pendengaran.
Untuk anak berusia 0 hingga 29 hari, faktor risikonya meliputi riwayat keluarga, infeksi Torsch, prematur, berat badan lahir rendah, bilirubin tinggi, Apgar skor rendah, dan obat-obatan.
Pada bayi usia 29 hari hingga 2 tahun, faktor risikonya meliputi infeksi Torsch, meningitis bakterialis, sindrom, dan infeksi telinga tengah berulang.
“Dengan satu faktor risiko saja, kemungkinan ada gangguan pendengaran itu sebesar 10,3 kali lipat. Kalau mengalami tiga faktor tersebut, itu 63 kali lipat kemungkinannya menjadi gangguan pendengaran,” jelas Semiramis.
Oleh sebab itu, Semiramis mengingatkan orang tua agar tak menyepelekan batuk pilek pada anak. Sebab jika ada cairan di telinga tengah bisa berisiko mengalami gangguan pendengaran.
Kemudian untuk pencegahan, Semiramis juga mengimbau agar jangan membersihkan telinga terlalu dalam, tidak menggunakan earphone dengan volume terlalu keras dan waktu yang lama. Terakhir, agar memakai pelindung telinga pada daerah yang bising.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024