Bogor (ANTARA Jambi) - Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkampanyekan makan beras analog yang diikuti lebih dari 4.200 peserta bertempat di gedung Graha Widya Wisuda IPB, Kampus Dramaga, Sabtu.
"Kami menyiapkan sekitar 400 kilogram lebih beras analog yang dimasak dan disajikan dalam bentuk nasi kotak," kata Slamet Budijanto penemu beras analog.
Slamet yang juga Direktur Fakultas Teknologi Pertanian, menyebutkan beras analog tersebut memiliki kadar protein delapan persen, keunggulan diseratnya diatas empat persen.
Beras analog masuk dalam daftar satu dari 103 inovasi nasional, dan pada tahun 2011 mendapat penghargaan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Saat ini pihaknya terus berupaya mematangkan alat dan produktivitas beras analog agar bisa diproduksi secara masal.
Slamet mengaku mampu menghasilkan 240 kilogram beras analog per bulan dengan peralatan seadanya yang ada di laboratorium IPB.
"Kami berharap ada pihak swasta yang mau membantu memproduksi beras analog untuk mendukung ketahanan pangan nasional, karena sumber karbohidrat saat ini masih didominasi oleh padi," katanya.
Walaupun Indonesia merupakan negara produksi padi nomor satu dunia, tapi masyarakat Indonesia juga pemakan beras terbesar di dunia yakni 98 persen per orang per tahun.
Sebelum kegiatan kampanye dimulai, Menteri Pertanian Suswono secara resmi meluncurkan beras analog IPB dan menyatakan hadirnya beras analog karya IPB membuktikan Indonesia mampu berinovasi menciptakan banyak mode pangan.
"Beras analog ini salah satu inovasi IPB, bahan utamanya berasal dari negeri sendiri seperti singkong, sagu dan jagung. Ini adalah bukti bahwa Indonesia mampu menciptakan, mode pangan berbeda," katanya.
Sementara itu, menurut salah satu almni IPB, rasa beras analog tidak jauh berbeda dengan beras yang biasa dimakan.
"Rasanya hampir sama kayak beras biasanya. Kalau dimakan pakai lauk tidak jauh beda. Mengenyangkan juga dan wangi," kata Muhammad Adriansyah.(Ant)