Mahasiswa penemu Mijel Natural Relaxants, Arulia Zalni, di Malang, Kamis, mengemukakan bahwa limbah jelantah (minyak goreng sisa) di kota itu relatif cukup melimpah sehingga tidak begitu sulit untuk mendapatkannya.
"Sayang kalau tidak dimanfaatkan dan ternyata limbah ini bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat sebagai pengharum," katanya.
Pembuatan aroma terapi tersebut, kata dia, dimulai setelah dilakukan penjernihan. Selanjutnya, minyak itu dicampur dengan jeli dengan berbagai aroma, seperti kopi, cokelat, dan vanila.
"Cobain deh, aroma terapi kopinya. Bisa menghilangkan stres," tutur mahasiswa semester empat FPIK itu.
Arulia Zalni bersama timnya akan mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) yang digelar selama sepekan (8 s.d. 12 Agustus) di IPB. Karya tim dari FTIK itu sudah dipresentasikan dan dipamerkan kepada publik, khususnya di kalangan kampus UB.
Ia mengatakan bahwa jelantah di kota itu relatif cukup banyak karena penjual gorengan bertebaran di mana-mana.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang pada tahun 2012, di kota itu sehari ada 820 liter jelantah yang tidak terpakai.
Dalam tahun ini, jumlahnya bisa meningkat karena kondisi saat ini sudah berbeda dengan 4 tahun lalu. Bagi konsumen, keberadaan jelantah itu biasanya menimbulkan kebingungan hendak dibuat apa sebab kalau dibuang juga akan mencemari lingkungan.
Ia menjelaskan bahwa cara pembuatan aroma terapi Mijel secara sederhana, yaitu jelantah itu diproses untuk netralisasi dengan ampas tebu. Ampas tebu pun diperolehnya dari penjual yang tidak memanfaatkannya lagi.
Selanjutnya, limbah itu disatukan dengan perendaman selama 48 jam. Hasilnya jelantah dengan lemak jenuh yang membahayakan kesehatan bisa menjadi minyak goreng baru.
Setelah itu, bubuk jeli ditambahi aroma esens, seperti kopi, cokelat, atau vanila, kemudian diolah, lalu dicetak seperti butiran kopi dan cokelat bar yang dikemas dalam botol plastik.
Namanya Mijel Natural Relaxants dan dibanderol seharga Rp9.000,00 untuk isi 80 gram.
Menurut dia, sejak dijual bebas, terutama melalui media "online", pada bulan Maret sampai Juni 2016, sudah terjual sekitar 2.300 buah.
"Kami menjual secara online dan konsumen kami paling banyak adalah mahasiswa. Dengan penggunaan aroma terapi dari jelantah ini bisa membantu berhemat ruangan dan bahannya juga tidak mengandung unsur kimia," katanya.