Jambi (ANTARA Jambi) - Asap di Provinsi Jambi mengganggu aktivitas penerbangan di Jambi, kata Manajer Operasional Bandara Sultan Thaha Syaifuddin, Jambi, Alzog.

 "Asap di Jambi sangat tebal, dua pendaratan di Jambi terpaksa dialihkan ke Palembang (Sumatra Selatan) sejak Selasa (7/8) hingga hari ini," ujar Alzog di Jambi, Jumat.

Ia menjelaskan, jarak pandang sejak Selasa (7/8) hanya berkisar antara 300-500 meter. Sementara, jarak pandang untuk keselamatan pendaratan pesawat harus diatas 2.000 meter.

Gangguan asap itu biasa terjadi saat pagi hari antara pukul 07.00-09.00 WIB, sehingga dua kali pendaratan terpaksa dialihkan ke Palembang untuk kemudian ditunda selama satu hingga dua jam.

Terkait hal itu, Alzog tidak berani memprediksi sampai kapan aktifitas penerbangan di Jambi bisa kembali normal.

"Sebab, pendaratan saat pagi hari sangat tergantung kondisi cuaca. Hal ini memang sangat mengganggu lalulintas pendaratan di Jambi. Apalagi menghadapi lebaran, untuk itu kami berharap kondisi cuaca cepat membaik sehingga aktifitas penerbangan di Jambi bisa kembali lancar," ujarnya lagi.

Dihubungi terpisah, Kasi Pengendalian Hama Penyakit dan Kebakaran Hutan, Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Jambi, Sucipto mengatakan, hingga hari ini terdapat tiga titik api di Provinsi Jambi yakni berlokasi di Kabupaten Tebo dan Batanghari.

 "Meski sudah lama tidak hujan, jumlah titik api di Provinsi Jambi fluktuatif. Kadang banyak, tapi kadang juga sedikit, seperti hari ini," ujarnya.

Sejak Januari-Juli 2012 tercatat ada 1.350 titik api di Provinsi Jambi. Dari jumlah tersebut paling banyak terdapat di Kabupaten Tebo dan Batanghari.

Dari beberapa titik itu, sedikitnya ada dua kali kejadian kebakaran lahan yakni di Kecamatan Dendang, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dan satu kejadian lainnya di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

"Untuk mengantisipasi hal ini, kami juga telah berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait. Apalagi, kondisi kemarau dikhawatirkan bisa memicu kebakaran lahan/hutan sehingga menimbulkan kabut asap," jelasnya.

Prakirawan di Balai Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Jambi, Kurnianingsih mengatakan, Agustus 2012 merupakan puncak kemarau di Jambi.

Kondisi kemarau itu terjadi sejak awal Juni hingga akhir September 2012. Diperkirakan, musim hujan akan terjadi pada pertengahan Oktober 2012.

"Dalam satu minggu ini diprediksi tidak akan terjadi hujan turun. Akibat kondisi ini, terjadi cuaca panas yang bisa menimbulkan titik api," katanya.(Ant)

Pewarta:

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2012