Jakarta (ANTARA Jambi) - Direktur Utama Perusahaan Umum LKBN Antara Saiful Hadi mengatakan praktik jurnalisme yang buruk oleh media tertentu di Tanah Air berpotensi mengundang kemarahan publik.

"Tentu tidak semua media buruk. Beberapa koran memiliki sejarah panjang dari praktik jurnalisme baik dan menjaga kredibilitas untuk para pembacanya," kata Saiful Hadi dalam diskusi dengan The Frankfurters Press Club, di Frankfurt Jerman, Senin.

Namun, saat ini ada kecenderungan bahwa organisasi media dan jurnalis menghadapi situasi yang menantang dengan serangan kekerasan dan aksi hukum dari individu, kantor dan perusahaan bisnis.

Hal itu terjadi saat media Indonesia menghadapi kebebasan pers setelah kekuasaan rezim Soeharto selama 32 tahun.

"Selama era Soeharto, ancaman terbesar pada pers di Indonesia datang dari rezim. Hari ini datang dari sumber berbeda, yaitu publik," kata Saiful mengutip pernyataan ahli hukum Nono Anwar Makarim.

Ia mencontohkan kasus yang menimpa Grup Media Tempo yang menghadapi tuntutan hukum dari pengusaha Tomy Winata.

Saiful mengatakan tuntutan hukum karena pencemaran nama baik dapat menjadi sarana ampuh terhadap akuntabilitas media.

Cara terbaik untuk menhindari risiko tuntutan hukum adalah memberikan hak jawab dan meralat kesalahan yang diperbuat. Namun yang terpenting adalah mematuhi Kode Etik Jurnalistik dalam menjalankan profesi ini, tambahnya.(Ant)

Pewarta: Imam Budi Laksono

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2013