Bogor (ANTARA Jambi) - Sejumnlah siswa SD Negeri Bantarjati 9 Kota Bogor, Jawa Barat, kembali membuat inovasi dengan mencoba mengolah minyak jelantah menjadi bahan bakar biodiesel.

"Kami telah mencoba mengolah sendiri minyak jelantah menjadi biodiesel, walau hasilnya masih dalam skala kecil," kata Ely Rachmawati, salah satu guru SD Negeri Bantarjati 9 di Kota Bogor, Kamis.

Ely menyebutkan pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel baru dimulai oleh pihak sekolah. Sebelumnya, SD Negeri Bantarjati 9 menjadi salah satu sekolah yang memasok minyak jelantah yang disalurkan ke Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) Kota Bogor untuk diolah menjadi biodiesel bahan bakar bus Trans Pakuan.

Pengolahan minyak jelantah sebagai biodiesel tidak terlalu sulit. Cukup menyiapkan methanol, soda api dan minyak jelantah untuk menjadikan biodiesel.

"Kami sudah mempraktikkan dengan tiga liter minyak jelantah yang dicampur dengan methanol, soda api kemudian diendapkan hingga 12 sampai 14 jam," jelasnya.

Untuk mengolahnya, campuran minyak jelantah dan ethanol tersebut membentuk lapisan bening yang akan dicampurkan dengan dua liter air lalu disuling untuk diambil biodieselnya.

"Biodiesel warnanya bening kekuning-kuningan, hasilnya dapat dicobakan untuk bahan bakar kendaraan, dan alat-alat industri lainnya," kata Ely.

Biodiesel yang diproduksi para siswa tersebut hanya berskala kecil yang bisa dipasok untuk rumah tangga. Untuk memenuhi kebutuhan minyak jelantah, pihak sekolah mengumpulkan setiap harinya minyak bekas goreng tersebut dari para siswa.

Hampir setiap hari siswa SD Negeri Bantarjati 9 dianjurkan membawa minyak jelantah ke sekolah. Bila dihitung dalam waktu seminggu rata-rata sekolah bisa mengumpulkan enam hingga tujuh liter minyak jelantah.

Menurut Kepala Sekolah SD Negeri Bantarjati 9 Yayah Komariah, program pengumpulan minyak jelantah oleh siswa itu sesuai dengan program Pemerintah Kota Bogor dalam mengumpulkan minyak goreng bekas di kalangan masyarakat.

Pemkot Bogor melalui BPLH Kota Bogor saat ini menjadi penampung minyak jelantah dari masyarakat yang akan diolah menjadi biodiesel untuk diolah menjadi bahan bakar bus Trans Pakuan yang dikelola PDJT.

Minyak jelantah yang disetorkan oleh masyarakat, sekolah dan rumah makan oleh BPLH dibeli seharga Rp3.000 per liternya.

"Kalau selama ini minyak jelantah yang terkumpul dari siswa diserahkan ke BPLH Kota Bogor, tapi mulai saat ini kami mencoba mengolah sendiri minyak tersebut menjadi biodiesel," kata Yayah.

Yayah menyebutkan, ke depan pihaknya berkeinginan punya tempat untuk mengolah minyak jelantah menjadi biodiesel, sehingga bisa menjadi pemasok biodiesel untuk bahan bakar trans Pakuan.

Kreativitas siswa SDN Bantarjati 9 ini mendapat apresiasi dari staf pengajar dan peneliti dari Program Studi Lingkungan Pogram Pasca Sarjana Universitas Indonesia.(Ant)

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2013