Jakarta (ANTARA Jambi) - Ketua Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) Nila F. Moeloek mengatakan kasus kebutaan di Tanah Air banyak terjadi di daerah miskin dengan kondisi sosial ekonomi yang lemah.

"Kondisi masyarakat dengan kondisi ekonomi yang lemah membuat akses untuk pemeriksaan mata secara rutin menjadi terbatas," kata Nila di Jakarta, dalam program serial edukasi kesehatan SOHO #BetterU: Hari Penglihatan Sedunia, Sabtu.

Padahal, kata dia, kebutaan dapat dicegah dengan pemeriksaan secara rutin.

Karena itu, melalui program serial edukasi kesehatan bersama perusahaan farmasi SOHO Global Health melakukan sosialisasi kepada masyarakat di seluruh Indonesia mengenai pencegahan kebutaan.

Nila berpendapat, lebih dari 80 persen penyebab kebutaan dapat dicegah atau diobati.

"Artinya, lebih dari 80 persen orang buta saat ini seharusnya tidak mengalami kondisi tersebut. Kebutaan terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksa rutin kesehatan matanya," katanya.

Sementara itu, Direktur Jakarta Eye Center, Johan Hutauruk  menambahkan, ada empat penyebab utama kebutaan di Indonesia yaitu katarak, glaukoma, kelainan refraksi (kelainan mata yang membutuhkan koreksi dengan kacamata) dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan lanjut usia.

Saat ini katarak masih menjadi penyebab utama kebutaan di Indonesia.

Selain itu, penyakit kebutaan akibat kelainan retina mengalami peningkatan cukup tinggi seperti ablasio retina (terlepasnya perlekatan retina akibat minus tinggi atau benturan), retinopati diabetikum (gangguan pada retina akibat komplikasi penyakit diabetes) dan AMD (kelainan pada pusat penglihatan yang diakibatkan faktor usia).

"Karena itu, masyarakat diminta memeriksa matanya secara rutin," tegasnya. Kebutaan adalah kondisi yang sangat merugikan individu, keluarga, dan negara.

"Orang dengan kebutaan membutuhkan pendampingan yang bersifat terus menerus untuk menjalankan aktivitas sehingga dapat menurunkan produktivitas dirinya sekaligus pendamping atau keluarganya," katanya.(Ant)

Pewarta: Wuryanti Puspitasari

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2013