Jakarta (ANTARA Jambi) - Kementerian Pertanian mengharapkan ada insentif kepada pabrik minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dari Kementerian Keuangan guna mendukung hilirisasi CPO.
Menteri Pertanian Suswono dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR di Jakarta, Senin menyatakan, hilirisasi CPO yang akan didorong adalah pengembangan biofuel atau Bahan Bakar Nabati (BBN).
"Sampai kepada produk akhir, mau tidak mau pemerintah harus memberi insentif dari hulu ke hilir. Insentif tidak akan merugikan," katanya.
Menurut Suswono dengan adanya insentif beberarti memacu semangat hilirisasi sawit. Pasalnya hilirisasi sawit menjadi BBN sedang digalakkan pemerintah untuk mengurangi impor bahan bakar minyak.
"Dengan adanya hilirisasi, diharapkan ekspor memiliki nilai tambah, apalagi untuk domestik sangat dibutuhkan hasil hilirisasi CPO," katanya.
Pada kesempatan itu Mentan Suswono juga menyatakan, Kementerian Pertanian akan menggalakkan integrasi sapi dengan sawit untuk meningkatkan populasi sapi yang didasari Permentan.
Menteri menyatakan pihak perkebunan yang didorong mengintegrasikan sapi dengan sawit tidak perlu khawatir dengan peruntukan integrasi ini, karena integrasi memiliki payung hukum berupa Peraturan Menteri (Permentan) No.97 tahun 2013 yang mengatur izin pemasukan sapi indukan dan bibit sapi.
"Dengan memanfaatkan potensi perkebunan sawit yang memilki sumber pakan akan mempercepat populasi sapi," katanya.
Di tempat terpisah Wakil Menteri Keungan Bambang Brojonegoro mengatakan bahan bakar nabati sebenarnya telah mendapatkan insentif sebelum adanya mandatory biofuel 10 persen.
Menurut dia, insentif sifatnya membantu usaha biofuel agar dapat berjalan dengan baik yang mana nilainya sebesar Rp3.500 per liter.(Ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2013
Menteri Pertanian Suswono dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR di Jakarta, Senin menyatakan, hilirisasi CPO yang akan didorong adalah pengembangan biofuel atau Bahan Bakar Nabati (BBN).
"Sampai kepada produk akhir, mau tidak mau pemerintah harus memberi insentif dari hulu ke hilir. Insentif tidak akan merugikan," katanya.
Menurut Suswono dengan adanya insentif beberarti memacu semangat hilirisasi sawit. Pasalnya hilirisasi sawit menjadi BBN sedang digalakkan pemerintah untuk mengurangi impor bahan bakar minyak.
"Dengan adanya hilirisasi, diharapkan ekspor memiliki nilai tambah, apalagi untuk domestik sangat dibutuhkan hasil hilirisasi CPO," katanya.
Pada kesempatan itu Mentan Suswono juga menyatakan, Kementerian Pertanian akan menggalakkan integrasi sapi dengan sawit untuk meningkatkan populasi sapi yang didasari Permentan.
Menteri menyatakan pihak perkebunan yang didorong mengintegrasikan sapi dengan sawit tidak perlu khawatir dengan peruntukan integrasi ini, karena integrasi memiliki payung hukum berupa Peraturan Menteri (Permentan) No.97 tahun 2013 yang mengatur izin pemasukan sapi indukan dan bibit sapi.
"Dengan memanfaatkan potensi perkebunan sawit yang memilki sumber pakan akan mempercepat populasi sapi," katanya.
Di tempat terpisah Wakil Menteri Keungan Bambang Brojonegoro mengatakan bahan bakar nabati sebenarnya telah mendapatkan insentif sebelum adanya mandatory biofuel 10 persen.
Menurut dia, insentif sifatnya membantu usaha biofuel agar dapat berjalan dengan baik yang mana nilainya sebesar Rp3.500 per liter.(Ant)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2013